Comfort
Meskipun Taeyong sempat sedikir merajuk tadinya, namun ia tentu saja tetap mengizinkan Jaehyun menyambangi kamarnya.
Taeyong menyuruh Jaehyun untuk menganggap kamar ini rumah keduanya. Jaehyun senang tentu saja.
“Masih kurang lama peluknya?” tanya Taeyong.
Iya, sedari tadi mereka berbagi dekap dan hangat di dalam ruangan ini. Terpaan angin dari air conditioner, bed sheet, dan cermin di kamar Taeyong yang jadi saksinya.
“Masih” balas Jaehyun sambil terus mengeratkan peluknya.
“Sambil tiduran dong, punggung aku capek” pinta Taeyong.
Jaehyun yang mendengar itu langsung menindih badan Taeyong kemudian menyamankan posisinya, jangan sampai peluknya terlepas.
“Iya-iya sayang aku gak kemana-mana, santai aja meluknya” goda Taeyong.
Posisi keduanya sekarang seperti spooning. Punggung Taeyong menempel pada dada bidang Jaehyun, dagu Jaehyun bertengger di pucuk kepala Taeyong.
Beberapa menit terdiam, Taeyong iseng bertanya pada Jaehyun.
“Je”
“Hm”
“Terus mobil kamu gimana? Disita juga?”
“Tau dah disita apa gak, tapi udah aku bawa sih mobilnya” balas Jaehyun sambil tertawa.
“Kemarin kebetulan habis dari rumah kamu aku bawah mobil kan? Nah ya udah itu aku ke rumah ambil baju terus berangkat lagi pake mobil”
Mulut Taeyong membentuk “O” setelah mendapat jawaban.
“Terus itu motornya?” tanyanya lagi, tak lupa mata berbinarnya itu.
“Aku bawa juga, yang. Kemarin mobilnya aku taro rumah Jo bentar, aku ke rumah lagi ambil motornya. Gak peduli dicariin juga. Siapa suruh ngusir aku” jelasnya.
“Huss gak boleh gitu” sahut Taeyong sambil menoel lengan Jaehyun yang membelit pada pinggangnya.
“Biarin”
“Ntar kalo aku BU banget tinggal WTS kan” balas Jaehyun.
“Dasaarrr anak nakal”
- - -
“Nanggg, ayo makan duluu!” panggil Sang Bunda dari lantai satu.
“YAAA BUNN” balas Taeyong.
“Lepas dulu peluknya, kita makan dulu”
“Aku boleh gak makan?” tanya Jaehyun.
“Boleh”
Tangan Jaehyun membentuk gestur YES!
“Tapi habis gitu gak usah cium sama peluk-peluk aku lagi ya?” tambah Taeyong.
YES! nya luntur.
“Gak jadiii, ini bangun mau makan kokk” ucapnya cepat-cepat berdiri.
Taeyong tersenyum penuh kemenangan, kemudian keluar kamar mendahului Jaehyun.
- - -
“Loh sejak kapan Nak Jeje disini?” tanya Bunda Taeyong.
“Sejak tadi, Bun”
“Duduk, duduk. Makan dulu”
Saat semuanya sudah disiapkan oleh Bunda, Jaehyun tak kunjung melahap makanannya.
Bunda yang mengetahui itu pun bertanya, “Kenapa kok gak dimakan?”
Jaehyun melempar tatapnya pada Taeyong. Taeyong mengerdikkan bahunya, he had no clue what's Jaehyun talking about.
“Anu, Bun. Jaehyun boleh gak—” belum selesai bicara, Taeyong motong ucapan Jaehyun. “Oohh”
Sang Bunda yang sedari tadi menoleh menyimak Jaehyun kini gantian menoleh menyimak Taeyong.
“Jaehyun izin nginep disini ya, Bun? Sampe uangnya cujup buat bayar kos” ucap Taeyong.
“Kenapa gitu?”
Taeyong menatap Jaehyun kemudian menganggukkan kepalanya. Memberi Jaehyun ruang untuk menjelaskan sendiri pada Sang Bunda.
“—Jadi gitu, Bun”
Bunda hanya mengangguk.
“Kalo Bunda gak ngijinin, Je—” ucapannya terpotong lagi.
“Ngijinin. Kaga apa-apa disini aja” ucap Sang Bunda.
Jaehyun berbinar, “makasih Bunda” kemudian berdiri dari kursinya dan memeluk Bunda.
“Ini yang anaknya Bunda yang mana dah”
Taeyong merajuk.