Faith?

Hari itu Varen sedang penugasan dokter di Palembang, hari terakhir. Varen dengan ria memikirkan akan membawa oleh-oleh apa saat kembali ke Jakarta, sebelum ia mendengar kabar Jade sekarat..

Akhirnya Varen dengan paksa mengundurkan dirinya dari acara penutupan penugasan di Palembang dan terbang ke Surabaya dengan tergesa. Ia takut Jade-nya hilang.

Dengan tiket pesawat seadanya dan perasaan yang berantakan, Varen berangkat.

- - -

Sesampainya di Surabaya, Varen membuka handphonenya, ia berniat bertanya dimana letak rumah Jade. Namun, ternyata Tara sudah mengirimkan lokasinya terlebih dahulu. Varen sedikit kikuk, tadi sempat menghalangi kok sekarang malah mempersilakan?

Akhirnya Varen pun berangkat dengan taxi ke kediaman Jade.

Setelah sampai di halaman rumah Jade,

Congratulations, Dokter Varen!”

Tiba-tiba seisi rumah meneriakinya.

Tentu saja Varen kaget, ini maksudnya apa? pikirnya.

Saat Varen mengedar pandang terdapat Bima dan Tara disana, ada teman karib Jade juga, lengkap semuanya.

Namun, ia tak kunjung menemukan sosok Jade.

“Jade mana?” dua kata pertama yang keluar dari mulut Varen.

“Disini, Adek Sayang.” balas seseorang yang belum terlibat eksistensinya.

Varen semakin bingung.

“Ini apa sih maksudnya?” Varen mulai jengkel.

Kemudian kerumunan orang itu perlahan terbuka menjadi dua, menampilkan sosok tampan dengan setelah Jenderal, it's Jade.

Varen tersenyum pahit.

Jade berjalan perlahan ke arah Varen, berusaha terus menyelami manik indah Varen dari sana. Menyalurkan ketenangan karena ia tahu Varen pasti kelimpungan.

“Saya disini,” ucap Jade setelah menapakkan kakinya pas di hadapan Varen.

“Katanya pendarahan?” tanya Varen ketus.

“Pendarahan karena cintamu, boleh?”

Yang lain menyahut, “BASI BASIIII!”

Kemudian Jade berlutut dan menyodorkan kotak kecil berbahan bludru berwarna biru, warna favorit Varen. Jade membukanya, kotak itu menampilkan cincin dengan berlian kecil namun cantik sekali.

Will you be my forever partner, Varen Diratama?”

“Tunangan dengan saya mau ya?” ucap Jade.

Varen menangis. Air matanya lolos membasahi wajah manisnya.

Merasa terlalu lama terharu, Varen mengusap kasar wajahnya kemudian mengangguk cepat.

Jade diterima.

Jade kemudian berdiri dan memasangkan cincin itu di jari tengah Varen.

Thank you, I love you.” ucap Jade sambil mengecup dahi Varen dan memeluk Varen.

Varen mengangguk di pelukan Jade, “I love you too, Mas”