Between Wounds and Freedom

Irak, Baghdad 2003.

Hanya perlu empat pekan bagi para tenaga tentara Amerika Serikat untuk menerobos padang pasir Irak menuju jantung kota, Baghdad, tak lupa menyingkirkan Saddhana.

Waktu itu, keadaan pasukan Saddhana sudah tak lagi solid. Pasukan kacau balau, bahkan kabur karena telah menyerah. Untuk apa berperang lagi, mereka tahu mereka telah kalah. Tidak ada yang berusaha menghentikan invasi tersebut, kecuali anggota paramiliter Irak.

Kolonel Sarzan McKeel dari pasukan AS keluar dari tank dan tersenyum bahagia ketika berhasil menyingkirkan Saddhana. Rakyat Irak pun bersukacita dengan menghancurkan patung Saddhana dengan melemparinya batu, dan sebagainya.

Saddhana yang merasa dirinya tertangkap basah pun melarikan diri dari Irak.

Selang beberapa tahun berjalan, pasukan AS masih menduduki Irak.

AS menduduki Irak dengan membawa permasalahan dan pertikaian yang lebih rumit daripada sebelumnya. Rakyat Irak yang awalnya senang akan kehadiran AS, sekarang malah membenci mereka. AS justru membawa petaka.

Ribuan prajurit gugur, ratusan cidera dan cacat, tapi belum juga ditemukan jalan keluar.

Rakyat Irak hampir menyerah, hingga pada akhirnya Pemerintah Irak memutuskan untuk memberitakan pada seluruh dunia bahwa negaranya butuh bantuan.


“Lapor Pasukan N1270140628, Irak membutuhkan bantuan, negara mengutus pasukan kita. Siap Selesai.”

Ucap salah satu juru bicara Tentara di markas itu.


Pasukan N1270410628 pun siap berangkat ke Irak dengan misi membantu berdirinya politik rakyat Irak sekaligus mengeluarkan kependudukan AS dari Irak secepatnya.


“Siap Grak!” ucap Jenderal Jade kala apel.

Pasukan N127 telah siap seutuhnya. Apapun yang akan terjadi biar Tuhan yang menentukan.

“Kalian telah memahami tugas masing-masing. Mari kita sembunyikan proses dan pamerkan hasil. Mari kita sedikit berharap dan perbanyak berbuat. Kita ini satu, kita tegar dan saling menguatkan. Jangan pernah lupa bahwa kita tak bisa disini bila tanpa sebuah tim. Paham?”

Kemudian keseluruhan barisan pasukan itu menjawab serentak, “Siap paham!”

“Sebelum apel selesai mari kita menyanyikan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya dan juga mengheningkan cipta demi mengenang jasa para pahlawan yang secara tidak langsung kita lanjutkan hari ini dan di masa depan.” ajak Jenderal Jade.

“Selesai.” ucap Jenderal Jade.

Hari itu, 28 September 2008, Pasukan Tentara N127 berkobar.