Freedom-less

Excuse me, Sir.” ucap Zero pada pimpinan pasukan AS.

What do you want?”

Wait, you're not from here. Don't you?” tambah pimpinan itu.

Yes, Sir. We are reporters, from Indonesia” sahut Fero.

“Indonesia huh? What do you guys want?” tanya pimpinan itu mulai curiga.

We're just gonna ask some questions to you, Sir” balas Zero.

Kemudian pimpinan AS itu menjawab segala pertanyaan yang dillontarkan empat sekawan yang ternyata penyamaran ekstremnya berhasil di depan pimpinan AS.

Sesampainya di markas, Yoel menghela nafas pelan.

“Kenapa, Brigjen Yo?” itu suara Fero.

“Lega saya, ternyata penyamaran kita berhasil. Semudah ini?”

Sementara di sisi lain, Jade dan Zero mengotak-atik kamera yang digunakan untuk memotret kegiatannya bersama pimpinan pasukan AS itu.

Kemudian Jade mengangkat benda kecil yang mengeluarkan cahaya merah. “Saya juga lega benda ini aman” ucapnya.

Benda kecil bercahaya merah itu microphone. Ya, benar. Mereka memasang microphone di kamera. Mereka bukan hanya memotret tapi juga merekam semua percakapan yang berlangsung.

Rencana besar itu belangsung cukup lama, lancar tanpa lika-liku.

Hingga pada akhirnya, salah satu mata-mata pasukan AS menemukan pasukan N127 sedang sembunyi-sembunyi saat akan memasukan markas mereka. Tak lupa mata-mata itu memotret beberapa foto dari wajah-wajah pasukan N127 dan lebih sialnya lagi empat sekawan itu masuk dalam list potretannya.

Pimpinan pasukan AS murka kemudian memutuskan untuk menyerang pasukan N127 secepatnya. Mereka bertikai di negara orang, bukan tempat mereka.


Desiran pasir di padang yang tandusnya tak seberapa, semilir angin panas yang melukai relung hati, dan perasaan ingin bebas yang belum tercapai. Disinilah Jade, Zero, Fero, dan Yoel.

Empat sekawan ini sudah pasti menaruh diri di garis terdepan ketika berperang, tapi para bintara dan tamtama kesayangan mereka menghalau keras keinginan itu.

Tiga bintara dan dua tamtama kebanggaan mereka siap memasang badan apapun yang akan terjadi.

Ketika semua pasukan N127 sedang terlelap, bunyi tembakan lolos mengganggu telinga mereka. Hingga pada puncaknya ledakan terjadi di area parkir markas mereka.

Dengan itu semua pasukan bersiap-siap, sudah waktunya.

Selang 8 menit saling melempar tembak, tiga bintara dikabarkan gugur tertembak dari jarak 2000 mil. Mereka tertembak oleh penembak jitu, penembak itupun tak diketahui siapa.

8 jam belum juga surut pertikaian ini.

Hingga pada masanya Yoel tertembak di bagian lengannya ketika akan keluar dari suatu bangunan. Sebelum tertembak ia berkata “Jenderal di belakang saya, saya duluan” pada Jenderal Jade yang akhirnya dituruti oleh sang empunya nama.

Kemudian Jade yang posisinya paling dekat dengan Yoel pun segera menghampiri dan menghubungi unit gawat dan darurat di seberang sana.

“Lapor Pasukan N12714021997, saya butuh bantuan. Yoel tertembak, depan gedung B26, sekarang!”

“Lapor Pasukan N127009765 terima.”

Setelah mendapat balasan, Jade berdiri hendak waspada alih-alih ada penyerangan yang tiba-tiba menghujam dirinya. Tak lama setelah Yoel dibawa, Jade berjalan mundur, kemudian DOR..

Jade tertembak di bagian perutnya.

Jade tersungkur tak berdaya, darahnya berceceran membasahi bata yang ada di jalanan. Zero pun dengan tergesa-gesa menghubungi unit gawat dan darurat itu. Namun..

Mereka berkata mereka kewalahan. 8 jam berjalan perang sudah terdapat hampir 200 pasukan yang terluka, mereka bilang jika Jenderal Jade diobati, mereka tak yakin bisa mengobati yang lain juga.

Saat HT antara Zero dan pihak kesehatan masih terhubung, tiba-tiba terdengar suara lain yang masuk. “Biar saya yang menangani.”

Dengan itu, Jade langsung dibawa untuk diberi pengobatan segera. Sementara Fero dan Zero melanjutkan pertumpahan darahnya di medan perang.