Bunda
Setelah mengiyakan ajakan Taeyong untuk mengobati lukanya. Jaehyun dengan perasaan dan penampilan acak-acakan memasuki rumah Taeyong.
Seperti kata Taeyong, biar Bunda yang mengobati.
“Bun, bunda” panggil Taeyong.
“Sini kamu duduk sini dulu” suruhnya pada Jaehyun.
Sang Bunda pun mendatangi asal suara, “Lah katanye mau pergi, Nang?” tanyanya.
“Anak kesayangan Bunda tuh, liat deh” ucap Taeyong.
Bunda tentu kebingungan, tapi tetap menghampiri Jaehyun yang sedang duduk meringkuk di sofa itu.
“Nang, kenape?” tanya Bunda pada Jaehyun.
Yang ditanya menengadahkan kepalanya, orang tua bicara harus ditatap matanya. “Bun” panggil Jaehyun sambil tersenyum, senyum manis kebangaannya.
“Taeyong ambilin p3k” ucap Bunda sigap tepat setelah melihat penampilan acak-acakan Jaehyun.
- - - -
“Selamat hari Ibu, Bunda” ucap Jaehyun sambil mengenggam tangan Bundanya Taeyong.
Sebetulnya Bunda masih mengobati luka Jaehyun, tapi satu tangannya tiba-tiba dicekal Jaehyun. Jadi sekarang satu tangan mengobati Jaehyun, satunya lagi digenggam Jaehyun.
“Makasih, Nak Jeje” balas Bunda sambil tersenyum.
“Tapi lu bisa gak tolong ngucapinnya nanti dulu? Ini betadine di ujung bibir lu mau netes” tambah Bunda.
Taeyong yang mendengar itu hanya bisa terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
“Dah selesai” ucap Bunda setelah selesai menempel hansaplas pada ujung dahi Jaehyun yang ternyata juga terluka.
Jaehyun masih terdiam di tempatnya. Menikmati usapan kecil dari Bunda pada surai lebatnya. Ia ingin punya mama seperti Bunda.
“Jangan jera ya, Nang?” pinta Bunda.
“Sekarang anak Bunda ada dua, jangan sungkan-sungkan kalo mau cerita sama Bunda” tambahnya.
Jaehyun tersenyum senang.
“Makasih Bunda” ucap Jaehyun tak lupa mengenggam tangan Bunda.
“Ehemm” sela Taeyong.
“Yang disini gak di makasihin?” tukasnya.
“Makasih sayang” balas Jaehyun sambil merentangkan dua tangannya, mengundang Taeyong dalam pelukannya.