tuanmudalee

Dua belas bulan, tiga ratus enam puluh lima hari, delapan ribu tujuh ratus enam puluh enam hari, lima ratus dua puluh lima ribu sembilan ratus enam puluh menit, dan detik-detik yang tak terhingga.

Tiba saatnya bagi panglima perang menghadapi gerilyanya.

Hampir satu tahun hidup di dalam satu lingkup dan menghirup udara yang sama, akhirnya Jade, Zero, Fero, dan Yoel bisa mengucap selamat; Selamat berjuang dan selamat tinggal.

Jade merupakan seorang Jenderal kesayangan semua orang, pahlawan yang ramah lingkungan dan merakyat, kata orang-orang di sekitarnya. Jade mudah menebar senyum, ramah sekali. Meskipun usianya terlampau muda, Jade dikaruniai pangkat sebagai Jenderal, pangkat tertinggi di dunia Tentara.

Bagimana dengan teman-temannya yang lain?

Pangkat tertinggi kedua setelah Jenderal yaitu Letjen atau Letnan Jenderal dengan bintang tiga di lengannya. Pangkat ini dipercayakan pada Zero. Zero itu anak baru besar, di Tentara ia diibaratkan seperti bayi baru lahir. Bocah seperti Zero bila dijadikan Letnan berarti ada alasannya kan?

Fero, Mayjen atau Mayor Jenderal. Fero adalah teman sehidup semati Jade. Jade ke toilet Fero pun juga. Apapun yang Jade lakukan, Fero pasti senantiasa di sampingnya. Fero itu orang kepercayaan Jade yang nomor satu. Fero juga merantau jauh dari negeri seberang untuk menempuh pendidikan sebagai Tentara.

Yang terakhir, Yoel. Sang Brigadir Jenderal, sahabat Jade yang paling garang. Yoel selalu menjadi pawang bagi ketiga sahabatnya karena dengan bantuan ekspresi muka saja orang lain bisa ketakutan. Sihir bukan? Namun Yoel jauh dari kata menyeramkan bila kamu mengenalinya secara personalia. Yoel itu berhati hangat dan lembut, ia dermawan dan selalu membagi kebahagiaan pada orang lain.


Namanya berperang di negara orang demi keselamatan banyak insan pasti membutuhkan persiapan yang matang bukan? Salah satunya unit kesehatan untuk keadaan gawat dan darurat.

Bukannya berdoa yang jelek-jelek, tapi sedang menerawang kemungkinan terburuknya saja.

Namanya tentara pasti memiliki petugas kesehatan yang memang bertugas di markas tentara itu sendiri, kan?

Terdapat dua dokter yang setia mendampingi suka dan duka kehidupan sekawan tampan itu, Dokter Bima dan Dokter Tara. Keduanya sama-sama senior dokter, banyak jiwa yang dibantu untuk selamat oleh mereka.

Semua anggota tentara percayakan hidup dan matinya pada dua insan ini. Dokter Bima dan Dokter Tara tak pernah jera dan kewalahan dalam mengobati para panglima yang terluka, didampinginya hingga siuman.

Namun..

Pada suatu masa Dokter Bima dan Dokter Tara mengakui lengah, mereka membutuhkan tenaga yang lebih segar dan kuat untuk ikut menjadi unit gawat dan darurat di peperangan selanjutnya.

Datanglah Dokter baru dengan paras seindah arunika, segala panca indera tertuju padanya.

Dokter Varen Diratama.

Akankah sekawan tampan itu terkesimah juga?

“Sayang, would you care to hear my explanation?” tanya Jaehyun.

I am

“Maaf soal kemarin malem”

“Yang mana?” tanya Taeyong, pura-pura tidak tahu saja.

Night drive thing

“Eum terus?”

“Jadwal tutoringku sama Laura, keponakannya Sir Richard, dirombak. Harusnya setiap Selasa sama Kamis, tapi tiba-tiba jadi kemarin. I hate the way they make it pas di jam 7, pas banget kita mau jalan”

“Aku mau nolak tapi gak enak sama Sir Richard” tambah Jaehyun.

Taeyong tersenyum pahit, berusaha menyelami manik cokelat Jaehyun. Apakah ada kebohongan di dalam sana?

“Kamu gak enak sama Sir Richard karena dia guru kamu atau gak enak karena gak bisa ketemu sama Lauranya?”

Batin Taeyong.

Cuma suara batin guys, gak mungkin beneran.

I'm so sorry” ucap Jaehyun.

No need to, Je”

“Maaf juga aku salah paham sama kamu soal Jeno”

“Kamu lagi kenapa, sayang? Ada yang ganggu kepala kamu?” tanya Taeyong lembut. Tak lupa memberi genggam pada jemari Jaehyun.

“Aku lagi sumpek banget. Di satu waktu aku disuruh ngerjain ini lah itu lah. Ditambah keponakannya Sir Richard. Aku gak mau nganggep tutoring ini beban tapi kalo gini terus aku juga gak bisa terima”

“Sir Richard gak tau dia seenaknya iya-iya terus ngerombak jadwal gitu, dia gak tau di lain keadaan aku juga lagi struggle. I'm not okay, Taeyong” jelas Jaehyun.

“Aku cuma lagi capek aja. Maaf jadi bawa-bawa kamu. Padahal harusnya aku gak marah-marah kemarin” tambah Jaehyun.

“Maaf” sela Taeyong.

The one who should apologized is me, Taeyong”

“Maaf aku belum bisa ngertiin kamu sepenuhnya. Aku masih ngira kita sama-sama biasa aja, gak ada beban, gak ada gangguan, masalah dan sebagainya. Maaf aku kurang terbuka buat tau perasaan kamu. Tapi aku disini gak pernah nutupin apapun dari kamu. I swear

“Hey hey hey. Enggak gitu, Sayang. Gak apa ya? Udah ya?”

“Ayo saling terbuka dan mendalami karakter satu sama lain, Je. I'll be so happy when I get the chance to know you personally, I mean more than I know before. Oke?”

“Iya, oke”

“Kamu rumahku, Je”

Same as me. You're my home” balas Jaehyun.

We're good now?” tanya Jaehyun.

It's always be good for me, Je”

“Selalu bilang gitu” balas Jaehyun sambil mencubit kecil hidung bangir Taeyong.

Let me kiss you” ucap Jaehyun kemudian meraih kepala Taeyong. Diciumnya dari dahi, turun me mata kanan dan kiri, tidak lupa hidung, bibir, dan..

Leher.

That's so sweet of Jaehyun.

“Heh geli” pekik Taeyong.

Jaehyun hanya terkekeh.

Baru saja selesai menikmati euphoria indah milik satu sama lain, ada teriakan dari dalam rumah, mungkin berasal dari dapur.

“NANG, KOTAK MAKAN BUNDA KEMANA SEMUAAA YA”

Ketika Taeyong melewati depan kelas Jaehyun, ia heran. Tumben sekali seorang Jaehyun sudah meninggalkan kelas pada jam segini?

Sebetulnya kelas mereka bersebelahan, hanya terpisah oleh tangga saja. IPS 2, kelas Jaehyun, kemudian tangga, baru IPS 3, kelas Taeyong.

Hampir seharian tidak bertegur sapa dengan Jaehyun, Taeyong merasa bersalah. Ia terus berpikir apakah tindakannya untuk menenangkan pikiran ini benar? Apakah ia tak terlalu egois? Dan sebagainya.

- -

Saat Taeyong mengetahui bahwa Jaehyun sudah tidak di kelasnya, ia pun bertanya pada murid IPS 2 yang berada di situ. Beberapa dari mereka mengetahui kalau Jaehyun pulang lebih dulu karens sakit.

Tentu saja Taeyong khawatir.

Maka ia langsung menghubungk sahabat Jaehyun, Jo, untuk memastikan.

“Ternyata bener sakit” gumamnya setelah mendapat balasan dari Jo.

Taeyong lebih khawatir lagi, karena ia tidak berkomunikasi dengan Jaehyun, ia juga tidak tahu akan kemana Jaehyun pergi. Taeyong cuma bisa berharap Jaehyun pulang ke rumah, bukan ke tempat lain.

- - -

Sesampainya di rumah, Taeyong membuka pagar kemudian masuk dengan kepala tertunduk ke bawah. Ia jadi ikut lemas mendengar kabar Jaehyun sakit.

Saat Taeyong sudah selesai melepas sepatu dan memasuki rumah, ternyata sudah ada yang menyambutnya disana.

Saling beradu tatap sekitar 1 menit.

Jaehyun tersenyum melihat kesayangannya.

Baru 1 hari tapi terasa seperti 1 windu.

“Hey” sapa Jaehyun.

Taeyong masih kikuk.

Kemudian Jaehyun berdiri dari duduknya dan menghampiri Taeyong.

“Aku kangen” ucap Jaehyun kemudian mendekap yang lebih mungil di depannya.

Taeyong malah melamun. Ini gue harus bereaksi apa ya, pikirnya.

“Aku kangen” ucap Jaehyun sekali lagi.

Dekapannya semakin erat.

Perasaan Taeyong menghangat.

Sejujurnya tidak ada yang Taeyong permasalahkan, ia hanya butuh sendiri.

“Kamu sakit apa?” tanya Taeyong, tak lupa membalas dekapan Jaehyun.

“Sakit kangen” ucap Jaehyun mendusalkan kepalanya ke ceruk leher Taeyong.

“Yang bener, Jaehyun”

“Aku sayang banget sama kamu. Maaf bikin kamu kesel. Jangan sampe lupa buat pulang ya, kamu rumahku”

Taeyong berkaca-kaca. Ia mendongak sedikit guns mencegah air matanya lolos membasahi pipinya.

Tidak mendapat jawaban pasti, akhirnya Taeyong sedikit menjauh dari dekapan itu. Ia memegang dahi Jaehyun, mengecek suhu tubuhnya.

“Badan kamu anget” ucapnya.

“Aku belum makan dari kemarin”

“Biar apa kaya gitu?”

Jaehyun mengeratkan lingkaran tangannya pada pinggang Taeyong sambil membalas, “Aku maunya mogok makan, tapi liat Jeno bawain makanan katanya dari kamu. Aku langsung makan lagi sampe abis malah. I'm a good boy, right?”

Taeyong senang sekali melijat Jaehyun yang seperti ini.

Taeyong mengangkat satu tangannya untuk mengusap pipi kanan Jaehyun, “Thank your for being a good boy” pujinya sambil tersenyum.

Tbc

POV Nana

Sewaktu habis diadd ke grup oleh Taeyong, Nana senangnya bukan main. Baru kali ini ia memiliki teman antar sekolah, bahkan hingga hang out bersama.

Setelah mendapat pesan dari teman-teman barunya itu, Nana langsung memilih pakaian yang cocok untuk ia gunakan nanti.

- - - -

“Yay dah siap!” pekik Nana. Ia sudah siap berangkat.

Tin! ternyata gojek gadungannya juga baru saja sampai.

Setelah membuka pagar, orang itu bertanya,

“Gue motoran gapapa kan?”

“Gapapa lah. Lo kira gue tuan putri apa gak boleh pake motor segala” balas Nana.

“Mau ketemu siape sih” tanya orang itu, sambil tetap melajukan motornya.

“Ntar lo masuk aja bang, sekalian kenalan sama temen-temen baru gue”

“Yeu bocil”

- - - -

Setelah sampai di cafe tujuan, Nana memaksa gojek gadungannya itu untuk ikut masuk, sekedar silahturahmi dengan teman-temannya maksudnya.

“Bang ayo ah masuk bentar doang elah, 3 menit deh” pinta Nana.

“Hadehhh”

“Aduh ayo buru kek”

“Sebentar ini ngunci motor ya Allah sumpah”

Setelah memasuki cafe dan menemukan tempat yang diduduki teman-teman barunya, Nana tersenyum sumringah sambil menyapa teman-teman barunya yang belum sadar akan kehadirannya.

“HAI KAKAK KAKAK!”

Keempatnya pun reflek menoleh.

“Eh udah dateng, sini duduk duduk” ucap Ten.

“Ih gemes banget, ini lo nemu dimana yomiiii” sahut Doyoung.

“Ngawur nemu nemu, anak olimp nie boz sembarang lu” sahut Taeyong.

Mereka berempat masih belum sadar Nana membawa orang lain.

Hyuck yang sadar langsung reflek pula memanggil, “Lah abang ini ngapain disini?” kemudian yang lain menoleh ke arah orang itu.

Taeyong melotot.

“Oh iya, kenalin guys. Kakak sepupu aku, Jaehyun. Nganter doang abis tu aku suruh masuk soalnya itung-itung silahturahmi. Gapapa ya?” ucap Nana.

Taeyong lebih melotot lagi.

“Hai, gue—”

“UDAH TAU” sela Doyoung, Ten, dan Hyuck bersamaan.

“Jadi dia abang sepupu lo?” tanya Hyuck.

“Iya hahaha. Kalian kenal ya?”

“Kenal lah. Dia fansnya sejagat 127 asal kamu tau” sahut Ten.

Jaehyun sedari tadi hanya menatapi Taeyong, begitu pula Taeyong.

“Waduh yang ini diem doang, malah liat-liatan, gimana nih” ucap Doyoung menyindir Taeyong.

“Je gak mau join aja?” tambah Doyoung.

“Oh gak, gue mau ngopi sama yang lain. Kalo gitu gue duluan ya”

“Na, lu jangan nakal” ucap Jaehyun.

Jaehyun tersenyum dan berbalik arah hendak meninggalkan cafe, tiba-tiba ada satu suara yang membuatnya berhenti sejenak.

Careful, Je”

Ucap Taeyong.

Jaehyun berbalik sebentar, kemudian tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. “Love you, have fun ya” kemudian meninggalkan cafe, sedangkan Taeyong disitu sedang digoda mati-matian oleh teman-temannya.

Jadwal olimpiade hari yang pertama antara Bahasa Inggris dan Bahasa Korea memang berbeda. Jadwal Bahasa Inggris lebih dulu selesai, sehingga membuat Jaehyun bisa pulang lebih awal.

Jarak satu jam, Jaehyun mendapat kabar bahwa Bahasa Korea baru saja selesai. Dengan menyungging senyumnya, ia berniat menunggu Taeyong dan menagih janji yang mereka bicarakan di chat.

“Mandi ah biar wangiii” gumamnya.

Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan mandinya, sekarang Jaehyun sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.—Ketika ia melamun, ada suara langkah kaki mendekat ke arah kamarnya dan ia langsung berasumsi bahwa itu Taeyong.

Benar saja, pintu kamarnya terbuka. Siapa lagi kalau bukan Taeyong?

“Wuahh I’m home-ANJING” “YA ASTAGA JE APA-APAAN SIH” ucap Taeyong karena setelah membuka pintu ia langsung melihat Jaehyun berdiri di samping pintu sambil tersenyum menatapnya.

“Kaget ya?” Tanya Jaehyun.

“Kaget lah bodoh” balas Taeyong.

Setelah mengatakan itu, Taeyong berjalan sepenuhnya memasuki kamarnya dengan Jaehyun. Menaruh tasnya dan hendak membersihkan diri. Sedangkan Jaehyun masih setia berdiri di belakang pintu sambil memasang muka menagih janji yang Taeyong ucapkan.

Taeyong masih tidak menggubris Jaehyun dan langsung masuk ke kamar mandi.

Jaehyun hampir pasrah, batinnya “Yaudah lah ya, gak boleh berharap juga” kemudian ia menjatuhkan dirinya ke kasur.

Setelah Taeyong keluar dari kamar mandi, ia tersenyum melihat Jaehyun sudah setengah tertidur di kasurnya. Taeyong tidak akan menunda apa yang sudah ia setujui di awal.

“Hey…” panggil Taeyong.

Taeyong memanggil Jaehyun sambil membuka kedua tangannya lebar, seakan meminta Jaehyun menghampiri dan mendekapnya. Jaehyun yang paham akan hal itupun langsung berlari kecil dan memeluk Taeyong erat. “Gue kira lu lupa” ucap Jaehyun. “Kan gue yang iyain, masa lupa” balas Taeyong sambil mengelus punggung lebar Jaehyun.

Bukan sulap, bukan sihir juga. Kedua anak adam itu sekarang sudah berada di satu kasur yang sama dengan posisi yang sama pula, saling mendekap.

“Lolos ya hari ini?” tanya Taeyong.

“Parfum lu apa sih? Harum bangettt” balas Jaehyun.

“Lu OOT banget sumpah jelek!”

“HAHAHA. Iya masuk babak selanjutnya. Korea juga kan?” tanya Jaehyun dan dibalas anggukan oleh Taeyong.

“Je” panggil Taeyong. “Hmmm” balas Jaehyun sambil menyamankan posisinya.

“Udah 5 menit lebih kalo lu lupa” “Dan kalo lu lupa juga kita musuhan. So you better stay away from me” tambah Taeyong kemudian melepaskan dirinya dari rengkuhan Jaehyun.

“Dihh??? Lu bipolar ya??? Dikit-dikit iya dikit-dikit enggak”

BUKKK! Taeyong melemparkan bantalnya pas di wajah tampan Jaehyun. “Taeyong sakit ya Allah”

Jaehyun yang katanya tadi membuat kopi sekarang sudah kembali ke kamarnya, kamarnya dan Taeyong lebih tepatnya. Ia kembali merebahkan dirinya karena kamar mandi yang sudah ia antrikan justru Taeyong yang menggunakan.

Seharusnya Jaehyun kembali mengantri di barisan paling belakang sedari tadi, namun Jaehyun terlalu malas. Makannya ia meminta Taeyong agar mengabarinya saja bila ia sudah selesai.

Ketika Jaehyun sejenak memejamkan matanya, terdengar suara pintu terbuka.

Jaehyun kembali membuka mata dan beranjak dari posisinya. Jaehyun menganga.

Itu Taeyong, masuk ke kamar hanya dengan menggunakan bathrobe yang ditali sembarang dan tidak tertutup dengan sempurna di bagian dada. Tahan Je, tahan ucap malaikat dalam diri Jaehyun.

Taeyong mondar-mandir kesana kemari untuk memilih baju, mengeringkan rambut, dan menggunakan skincare. Jaehyun yang masih ternganga di kasur hanya menatapi Taeyong, matanya bergerak mengikuti, sesuai dengan pergerakan Taeyong. “Masih pagi, Yomi, astaga” batinnya.

Ketika Taeyong berjalan mendekat dan duduk di ujung kasur Jaehyun, Jaehyun yang posisinya setengah berbaring dengan tumpuan satu siku belum sadar akan hal itu. “Mandi” ucap Taeyong.

Jaehyun masih saja tak berkutik.

Taeyong kembali berdiri karena merasa ada barangnya yang tertinggal di kamar mandi. Sudah siap membuka pintu kamar dengan bathrobe yang apa adanya itu. Namun sebelum gagang pintunya terbuka, lengannya dicekal, “Kemana?” ucap Jaehyun yang sekarang sudah di belakang Taeyong.

“Ambil facewash, ketinggalan dah kayanya”

Malaikat yang sedari tadi mengerubungi pikiran Jaehyun rupanya diusir oleh sesuatu yang lebih gelap. Setelah mendapat jawaban dari Taeyong, Jaehyun justru mendekatkan dirinya ke Taeyong. Jaehyun melangkah ke depan sehingga membuat Taeyong berjalan mundur hingga punggungnya menempel pada pintu yang ada di belakangnya. Kedua mata Taeyong bergerak ke kanan dan kiri, kebingungan akan apa yang akan Jaehyun lakukan.

Jaehyun berhenti dan menyungging senyum karena Taeyong sudah ia kunci sekarang. Punggungnya berhadapan dengan pintu ditambah kedua tangan Jaehyun berada di kanan dan kirinya sekarang. Jaehyun memajukan kepala. Taeyong yang sedari tadi terdiam malah memejamkan matanya erat.

“Lu mau keluar dengan keadaan kaya gini?” bisik Jaehyun. Ternyata Jaehyun mengarahkan kepalanya ke arah telinga Taeyong.

“E-emang kenapa?”

Jaehyun menatap Taeyong heran, “Really?” tanya Jaehyun tak percaya.

Tangan kanan Jaehyun kini terangkat, memegang kain bathrobe yang bentuknya tak karuan di dada Taeyong. “J-je..” panggil Taeyong terbata.

Jaehyun dengan cepat menutup dan membetulkan bathrobe Taeyong. “Liat. Lain kali kalo pake bathrobe yang bener. Lu beruntung iman gue kuat, coba enggak” ucap Jaehyun berbisik lagi.

Taeyong terdiam sedangkan Jaehyun beranjak keluar kamar untuk mandi setelah mengatakan itu.

Sesampainya Jaehyun di lokasi yang Taeyong kirim, ia dengan cepat menelisik dimana keberadaan Taeyong.

Ketika menemukan Taeyong sedang duduk dan memainkan handphonenya, bibirnya tertarik ke atas, tersenyum melihat betapa teduhnya aura seorang Taeyong.

Jaehyun menghampiri Taeyong.

Srieettt

Taeyong kemudian mendongakkan kepalanya karena mendengar suara kursi yang sedang ditarik, “Jauh ya perjalanannya?” buka Taeyong untuk yang pertama kali.

“Gak, soalnya mau ketemu lu, gak kerasa jauhnya”

Order dulu, relaxin pikiran lu”

Setelah Jaehyun memesan, belum ada lagi pembicaraan yang terbuka, belum ada ruang yang siap untuk ditempati dan dijadikan tempat privasi berbagi cerita.

Taeyong sempat sekali-dua kali mencuri tatap dan Jaehyun berkali-kali mendapati mata Taeyong yang kelihatan seperti sedang menyelami miliknya.

“Cerita sama gue” ucap Taeyong. Jaehyun sangat hitam dan Taeyong tidak bisa menyelami apa yang sedang Jaehyun lalui.

Am I not worth it?” tanya Jaehyun tepat sasaran.

Pandangan tajam Taeyong luntur, kemudian ia menepuk kursi di sebelahnya, meminta Jaehyun duduk di situ.

Setelah Jaehyun beranjak dan duduk di samping Taeyong, Taeyong dengan tanpa basa-basi menggenggam tangan Jaehyun.

Look at me” pinta Taeyong. Jaehyun pun menengadah, menatap si positive vibe di hadapannya.

“Siapa yang bikin lu begini?” tanya Taeyong.

“Gak ada, I'm just—”

“Jaehyun” sela Taeyong.

“Cewe-cewe yang pernah deket sama gue, semuanya ngechat gak lama setelah gue post foto lu”

“Terus? Which part of it that makes your head full of noise?”

“Beberapa marah dan gak suka”

“Kenapa mereka gitu?” tanya Taeyong lagi. Kalimat Jaehyun barusan masih sangat ganda maknanya, ia tidak mengerti.

Cause I'm not into girls, Taeyong” balas Jaehyun telak. Taeyong cukup terkejut dengan itu, ia kira Jaehyun hanya main-main soal flirting dengannya selama ini, ternyata Jaehyun sungguh tidak menyukai perempuan.

What did they say?”

“They said something like gue gak nyangka gue suka sama gay, selama ini lu anggurin gue karena lu jalan sama cowo ya, dan yang lain kurang lebih sama. Dan gue terlalu marah karena ada satu, yang paling gue gak suka, dia ngatain lu cowo ganjen. I'm so sick bout her

“*Taeyong, sekali lagi gue tanya sama lu. Segitu gak berharganya kah kehadiran gue di ruang publik ini? Am I not allowed to be like this? Gue gak bisa milih gue harus jadi kayak apa, gue gak bisa nentuin what sexuality I should have. Semuanya salah gue?” tambah Jaehyun, pertanyaan yang kuat muncul di pikiran namun lemah ketika mulut yang mengucap.

Ibu jari Taeyong bergerak mengelus buku jari Jaehyun, tulang-tulang yang menonjol pada genggaman tangan Jaehyun ia sapa sehalus mungkin, berusaha menyalurkan ketenangan.

You're more than worth it, Jeje. Lu tau gak, insecure itu sebenernya hal yang harus ada dan harus kita rasain. Lu keren banget karena lu berani untuk merasa insecure, yang dimana itu menandakan lu masih punya perasaan, lu merasakan, dan lu secara gak sadar menguji diri lu sendiri”

“Soal sexuality, lu gak perlu ragu. Lu bener kok, lu gak bisa minta dilahirkan seperti ini dan itu. Dan cara lu menyikapi diri lu yang berbeda ini juga bener kok, lu sadar gak kalo lu seorang yang bijaksana?”

Jaehyun menggelengkan kepala.

“Buktinya sekarang. Lu berani speak up soal apa yang mengganggu pikiran lu. Lu berani tanya ke orang lain karena lu tau sudut pandang lu dan orang lain pasti beda. Dan yang terakhir, lu dengan lapang dada ngemakan omongan cewe-cewe itu dengan reaksi kaya gini yang dimana belum tentu semua orang bisa ngelakuin” ungkap Taeyong.

Perlahan Taeyong membawa Jaehyun ke dekapannya. Sakitnya, lemahnya, dan keraguannya direngkuh penuh oleh Taeyong.

Sambil mengusap punggung lebar Jaehyun, Taeyong berbisik, “Makasih ya lu udah mau denger pendapat gue yang notabenenya sebagai orang lain disini, lain kali kalo ada yang bilang gitu lagi sama lu, lu lawan ya. Karena bakal percuma, dengerin pendapat orang lain tapi nahan pendapat lu demi ngalah sama orang lain”

Jaehyun memperdalam pelukannya. Batinnya, Ya Tuhan, kalo Taeyong bukan jodoh hamba, jodohin aja pliss. Hamba makin cinta kalo kaya gini

“Tapi ada satu hal yang harus lu tau” ucap Taeyong, masih setia mendekap Jaehyun.

“Apa?” sahut Jaehyun.

Taeyong mendorong tubuh Jaehyun sehingga tercipta sedikit jarak di antara mereka.

Taeyong menatap mata Jaehyun dengan Jaehyun yang masih setia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Taeyong.

“Gue begini sekarang, bukan berarti gue bakal ngalah sama lu waktu di Jogja” ucapnya ketus.

Jaehyun tersenyum, bisa-bisanya ni bocah nginget itu. Kemudian kembali memeluk Taeyong erat.

“Ih je, lepasss. Gak bisa nafas” pinta Taeyong sambil memukul-mukul punggung Jaehyun.

“Makasih ya. Nanti pulangnya gue ajak muter Tangerang”

Jaehyun tersenyum lagi, ia lega.

Setelah sampai di rumah Taeyong, Jaehyun tak lupa memberinya kabar.

katanya namanya yomi : dah di depan aayang

Taeyong sudah memasuki mobil sekarang, sudah duduk dan memasang sabuk pengaman.

“Gitu dong pake jaket” ucap Jaehyun.

“Ayo jalan” balas Taeyong.

“Kita kemana?”

“Pasar”

“Mana ada yomi pasar buka jam segini”

“Ya itu lu tau, Jaehyun, berarti artinya kita mau kemana?”

“Ke hatimuuu” goda Jaehyun.

“Gue vakum kesedot mulut lu”

“Aih selalu galak, yaudah berangkat” balas Jaehyun.

- - -

Tangerang rimbun, angin semilir mengundang dedaunan untuk menari-nari. Hening sekali, Jaehyun fokus ke jalan, Taeyong bingung harus bicara apa.

“Je, spotify lu premium?”

Akhirnya.. atmosfirnya gak mati lagi.

“Iya, mau sambungin lagu? Nih” balas Jaehyun sambil menyodorkan handphonenya.

Ketika Taeyong melihag playlist lagu Jaehyun, “Lu juga suka 1975?” tanyanya.

“Gak. Kan gue sukanya lu”

“Bacooottt” balas Taeyong. “Gue setel I couldn't be more in love lu jangan ngantuk ya” tambahnya.

“Gak akan. Mana bisa mata gue terpejam kalo ada malaikat di sebelah gue?”

Sungguh, baru kali ini Taeyong dibuat memerah dan seisi perutnya kegelian. CIEEE

- - -

Sesampainya di Superindo, Taeyong langsung mengambil trolly.

“Lu bawa apa aja, Je, buat ntar?” tanya Taeyong.

“Bawa rumah. Makannya prepare h-12 jam cukup”

“Ya Tuhan, gue capek banget ngomong ama lu”

“Bawa kaos buat tidur, kemeja yang banyak, celana baggy selutut sama celana pensil yang banyak, kolor jangan lupa, alat mandi, cas hp, sama duit”

“Udah? Itu doang? Basic banget”

“Kurang satu lagi lah” sahut Jaehyun. Taeyong memasang raut bingung. “Apaan?”

“Bawa diri”

“Ikut gue yuk”

“Kemana aayang?” tanya Jaehyun.

“Ke kasir. Gue mau minta tolong mba kasirnya nyegel mulut lu terus dikasih harga terus dipajang” jawab Taeyong ketus.

“Wahahahaha, lucu banget calon pacar aku”

Bukannya kapok tapi Jaehyun justru semakin gencar menggoda si yang lebih mungil di sampingnya.

“Yomi”

“Jangan ngajak gue ngomong. Gue lagi mempertimbangkan hidup dan mati gue” balas Taeyong. Hidup dan mati katanya, padahal ia hanya bingung mau membeli mie sedap cup kuah atau goreng.

“Kalo misal, misal. Gue up foto lu ke twit, boleh gak?”

“Boleh. Tapi pake syarat, hoodie lu yang kemaren buat gue ya” balasnya. Yang terdengar hanya sampai kata syarat, suaranya mengecil karena mengucapkannya ragu-ragu.

“Syarat—what? Gak denger aih jalannya jangan cepet-cepet”

“Boleh”

“Serius????” tanya Jaehyun penasaran.

“Tapi matiin kolom repnya ya”

“Siap laksanakan”

“Bilang-bilang kalo mau ngefoto, biar gue pose yang cakep”

“Gak usah cakep-cakep, ntar banyak yang ngelirik. Males banget” tukas Jaehyun.

- - -

“Laper gak?” tanya Jaehyun.

Mereka sedang dalam perjalanan pulang sekarang.

“Laper tapi gue capek banget, pingin tidur”

“Langsung pulang nih berarti?” tanya Jaehyun lagi.

“Iya, lu juga pasti capek kan. Abis basket langsung nemenin gue”

“Yaudah pulang, tidur gih kalo ngantuk”

“Bangunin kalo udah sampe, jangan lu bawa kabur guenya”

“Iya kapten, siap”

Taeyong mengistiraharkan matanya. Sambil setengah terlelap ia berpikir, “Seru juga hangout sama ni raksasa” atau “Kok gue jadi sering ama dia sih”. Sudahlah, tidak berpikir panjang lagi, ia hanya butuh tidur sekarang.

- - -

“Hey, udah sampe” ucap Jaehyun, perlahan menyingkirkan helaian rambut yang mengganggu mata terpejam milik Taeyong.

“Enak banget tidur gue, makasih ya. Makasih usah mau gue repotin. Rewardnya kapan-kapan” balasnya sambil berusaha meraih barang belanjaannya di kursi belakang.

Saat menuruni mobil Jaehyun, ia meminta sesuatu. “Make sure you chat me when you're already home

Jaehyun menyungging senyum, menutup kaca mobil, kemudian melaju kembali ke rumahnya. Harinya bahagia.

Tok tok!

“Ya ampunnn, curut kamu darimana aja, sayang?” ucap pembimbing olimp bakor itu pada Taeyong.

Pasalnya, sosialisasi olimpiade belum dimulai sejak tadi karena Taeyong tidak kunjung datang.

“Hehe iya maaf Pak Jang, toiletnya antri banget tadii”

“Yaudah cepet duduk. Saya mau mulai ini”

Benar saja, ketika manik Taeyong mengitari seisi penjuru ruangan, tidak ada satupun kursi kosong untuk ia duduki. Jaehyun tidak bohong.

Ketika pandangannya berhenti pada titik terakhir, ia bisa melihat Jaehyun sedang melambaikan tangannya, tidak lupa senyum unjuk giginya. Mulutnya bergerak seperti mengatakan “Siniii, siniii”. Taeyong memutar matanya, hadehh. Namun, akhirnya ia duduk di sebelah laki-laki bongsor itu.

“Gue bilang juga apa, gak ada yang kos—” ucapnya terputus karena Taeyong tiba-tiba membekap mulut Jaehyun. Taeyong keheranan, bisa-bisanya bocah di sebelah ini sangat banyak bicara?

“Boleh selesai ngomong loh yaang” kata Jaehyun setelah Taeyong menjauhkan tangannya.

“Selamat pagi, all. To the point aja lah ya. Jadi olimp ini bakal diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk—” Pak Jang berhenti bicara karena melihat hal yang aneh di belakang kelas.

“Waduuh dua ketua olimp ini kok malah serasa dunia milik berdua ya di belakang sana”

Pak Jang mengatakan itu ketika Jaehyun sedang menggoda Taeyong, “Tapi mau lagi dong mulutnya dibekep pake tangan lu” sambil menaikturunkan alisnya. Kemudian Taeyong yang enggan melakukan itu langsung memelototi Jaehyun, kegiatan itu tertangkap oleh Pak Jang dari depan sana. Hahaha jujur aku jadi kangen banget sama sekolah kalo nulis gini

Atensi semua murid terarah pada dua insan itu. 1, 2, 3 bersamaan, “AAACIEEEEE!!”

Yang dicie-cie tertunduk malu.

“Kedua Bapak Ketua Olimpiade Yang Terhormat, saya minta tolong pada anda berdua supaya dengan senang hati menyisihkan waktu sebentar dulu ya untuk mendengarkan saya” tegas Pak Jang, kemudian beliau lanjut membicarakan yang sempat terpotong tadi.

“Saya ulang. Jadi, olimp akan diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena pengumuman yang sangat mendadak, saya dan guru pendamping lainnya menyiapkan semuanya juga serba dadakan. Untuk biaya, seperti biasa sekolah yang menanggung, tapi untuk keperluan uang jajan, sekolah menyerahkan itu kembali pada kalian sendiri”

“Untuk penginapan dan segala macamnya juga tidak usah khawatir, kalian tinggal terima jadi saja” tegas Pak Jang.

By the way, kalau perwakilan dari Bahasa Inggris atau Korea berhasil membawa pulang juara, sekolah mengapresiasi kalian dengan memajang foto kemenangan baik individu maupun grup di seluruh pamflet sekolah. Termasuk brosur penerimaan PPDB. Hayoo, tunjukkan jiwa ambismu” ucap Bu Wayan selaku guru pendamping olimp Inggris.

“Oh yaa! dan voucher all u cant eat by GYUKAKU OMGG” tambah Bu Wayan.

Kemudian seisi ruangan gaduh, antara excited bercampur penasaran.

“Hening sebentar, Yeoreobun” pinta Pak Jang.

“Untuk pembagian kamar”

Hening.

“Iya, gimana Pak?” tanya Taeyong dari tempat duduknya.

“Pihak pendamping yang menentukan”

Langsung gaduh,

“Yah Pak kok gitu” “Gak asik Pakk” “Pilih sendiri dong Pakk”

“Mianhae. Gak bisa. Kalau milih sendiri saya yakin bakal ada yang gak punya teman sekamar nanti. Enak aja kalian”

“Gak pake lama, langsung saya umumkan. Satu kamar dua orang ya” tambah Pak Jang.

“Kamar 1, Inggris Indri dengan Korea Zelina. Kamar 2, Inggris Kiano dengan Korea Putra, Kamar 3, Inggris Neta dengan Korea Wulan, Kamar 4—”

Taeyong melamun di kursinya, batinnya “hadah, ini mah diurutin ganjil-ganjil genap-genap”

“Kamar 4, Inggris Jaehyun dengan Korea Taeyong. Sudah itu terakhir”

Lamunan Taeyong buyar. Ia sedang tidak tuli kan? Hah??? Kemudian ia menolehkan kepalanya ke arah si bongsor di sebelahnya. “Apa gue bilang. We're destined, Yomi”

Sungguh, Taeyong capek melotot.

Setelah menyuruh Jaehyun kembali ke kelas. Taeyong berjalan, akan kembali ke kelasnya juga. Namun, badannya terhuyung. Kepalanya pening dan nafasnya terasa panas. Dari pagi ia sudah merasa tidak enak badan tapi ia nekat masuk sekolah. Saat akan menuruni dua tangga kecil yang menyambungkan toilet dengan jalan setapak Taeyong terjatuh.

“Weh!” kata orang di seberang sana yang reflek menghampiri Taeyong karena ia tiba-tiba tergeletak di tanah.

“Eh, eh, lu sakit ya? Waduh panas nih badan lu. Gue anter ke UKS, ayo” kata orang itu, Taeyong bisa merasakan badannya digotong, namun matanya tak sempat melihat siapa yang menggotongnya, kepalanya terlalu pusing.

Sesampainya di UKS, Taeyong langsung ditidurkan di kasur UKS kemudian salah satu anak PMR yang menjaga disana dengan cepat memberikan minyak kayu putih, “Bentar ya, gue cari obatnya sama sekali beliin teh anget” ucapnya pada seseorang yang membawa Taeyong ke UKS.

Setelah minum the hangat, minum obat, dan menghirup aroma minyak kayu putih. Pusing di kepala Taeyong mereda. Akhirnya ia berhasil membuka matanya. “Hey” panggil Taeyong. Orang itu menolehkan kepalanya karena sedari tadi ia menunggu di dekat jendela.

“Akhirnya sadar juga lu. Gimana? Enakan kaga?”

“Makasih ya” tukas Taeyong.

“Santai aja. Tadi kebetulan gue lagi mau ke toilet juga” balasnya. “Gue tinggal gak papa ya? Gue tadi mapel Bu Ratri, izinnya juga cuma ke toilet. Gak balik-balik bisa ditoyor gue” tambahnya sambil melangkahkan kaki keluar UKS.

“Nama lu siapa?” tanya Taeyong membuat langkah laki orang itu berhenti.

“Johnny. IPS 3. Panggil Jo aja”

“Gue boleh minta nomer lu?” tanya Taeyong takut-takut, takut Johnny mengira ia terlalu berlebihan.

“Boleh. Sini hp lu” balas Johnny sambil menghampiri Taeyong. Taeyong menyodorkan handphonenya. Tak butuh waktu lama, Johnny menyodorkannya kembali, artinya ia sudah selesai menyimpan nomornya di handphone Taeyong.

“Kapan-kapan kalo gue ngajak lu makan, lu gak boleh nolak ya” ucap Taeyong.

Johnny hanya menyungging senyum kemudian membalik badannya lagi, kali ini sungguh keluar dari UKS.

Belum ada tiga langkah, ia berbalik lagi, “Oh ya habis gini ada yang gantiin gue jagain lu” katanya kemudian keluar UKS.

“Hah? Gue gak papa anjir. Gak perlu dijagain lagi” balas Taeyong tapi tentu tak mendapat balasan karena Johnny sudah menghilang.

- - -

Saat Taeyong hendak bangun dari kasurnya dan kembali ke kelas, tiba-tiba ada badan yang muncul di samping kasurnya, menghalangi jalannya.

“Mau kemana?”

“Lu lagi, lu lagi”

“Kenapa kalo gue lagi?” Tanya Jaehyun. Ya, Johnny sempat menghubunginya tadi. Sedang fokus mapel Bu Ratri tiba-tiba ada pesan masuk,

Jo : calon cowo lu sakit om, gantiin gue di UKS gih,

maka Jaehyun menunggu Johnny kembali ke kelas kemudian setelah itu gentian ia yang izin keluar kelas.

“Minggir. Gue mau balik kelas” kata Taeyong, kakinya hampir menyentuh lantai, tapi pundaknya didorong pelan oleh bongsor di depannya.

“Apa kan gue bilang, lu sih pagi-pagi udah minum es. Sakit kan” katanya sambil memegang dahi Taeyong, bermaksud mengecek suhu badannya.

“Gue gak papa kok, sehat buktin-uhuk uhuk!” ucap Taeyong terpotong, kemudian ia melirik Jaehyun dan “Hehehe” tertawa pahit.

“Jaehyun gue mau balik, boleh ya?” pintanya.

“Badan lu panas banget gila, gak bakal fokus juga ngikut mapel”

“Ih abis gini gue mapel bakor tauu”

“Gak peduli gue. Yang penting kan elu sekarang”

“Jaeee” pinta Taeyong, bibirnya mengerecut.

“Tunggu sampe istirahat kedua, baru boleh balik”

“Aih??? Masih lama dong bongsor”

“Ya masih mending gue izinin? Gue bisa nahan lu disini lebih lama, sekalian gue anter pulang juga bisa”

“Aduh jangan, ntar Bunda gue marah”

“Bentar gue balik ke kelas, 1 menit doing. Awas lu kabur”

“Yaelah iyaa sana-sana” kemudian Jaehyun meninggalkan Teyong sendirian disitu. Jaehyun kembali, membawa hoodie hitamnya. “Pake” suruhnya.

“Gak mau nanti baunya jadi bau lu”

“Lu bisa mandi kan nanti Yomi, e buseett” “Pake, buruuu” tambahnya.

Kemudian Taeyong mengambil hoodie itu dan segera memakainya. “Liat. Lu kaya pake karung” ejek Jaehyun. “DIEM LU” tukas Taeyong.

“Udah tau gak enak badan maksa sekolah, mana gak pake jaket kek apaan gitu”

“Bawel banget sihh” sela Taeyong.

- - -

Jam istirahat kedua sudah selesai, maka Jaehyun memperbolehkan Taeyong kembali ke kelasnya. Sebenarnya Taeyong tadi sudah siap membuka dan mengembalikan hoodie milik Jaehyun tapi ditahan oleh yang punya. Akhirnya Taeyong kembali ke kelas dengan mengenakan hoodie milik Jaehyun.