Katanya, Dewasa
cw // kiss, a little bit 🔞
Sesampainya di rumah Lavender, sang empunya langsung menarik tangan Kei tergesa menuju kamar tidurnya. Bahkan Kei tak diberi waktu untuk sekedar bicara dengan sang Bunda.
Mampus gue, mampus! Batin Kei.
Terdapat sedikit penyesalan dalam diri Kei karena bertindak “tak biasa” hari ini. Ia tak tahu jika Lavender akan meresponnya seperti ini. Kei merutuki dirinya sendiri sampai-sampai ia tak sadar jika kini dirinya sudah berada di dalam kamar si kapten, Lavender.
“Ka-kapten,”
Alih-alih menjawab, Lavender menolehkan kepalanya, ia berjalan ke arah Kei yang berada di belakangnya, membuat Kei melangkah mundur hingga punggungnya bertemu dengan pintu berbahan kayu jati itu.
“Hmm?” yang keluar dari ranum Lavender.
“I thought this is what you want and waiting for?” bisik Lavender tepat di depan telinga Kei. Nafas Lavender terdengar jelas di telinga Kei, membuat empunya memejamkan mata erat-erat. Lavender-nya ini... meresahkan.
Tanpa menunggu respon dari Kei, Lavender berjalan lebih dulu ke arah kasurnya, mendudukkan diri kemudian menyamankan posisi dengan kedua tangan ke arah belakang menumpu berat badannya.
“Sini.” perintahnya sambil matanya mengisyaratkan Kei untuk duduk di pangkuannya.
Kei mengerti.
Jangan pernah lupa bahwa ucapan Lavender bagai sihir buat Kei, Kei dengan senang hati menuruti semuanya.
Kei kemudian mendudukkan diri di pangkuan Lavender perlahan. Ia tak berani menyentuhkan pantatnya di paha Lavender—seperti orang duduk pada umumnya. Lavender sendiri merasa jika posisi duduk Kei sekarang sangatlah kaku.
Lavender menyeringai. Satu tangannya ia bawa untuk bertengger di pinggang kecil yang biasanya ia rengkuh dimanapun ia berada. Pinggang kecil yang selalu memenuhi ruang pada lingkaran lengan kekarnya.
“Chill, Barbie Doll.” ucap Lavender menenangkan Kei dengan mengusap-usapkan tangannya di pinggang kecil Kei.
Kei sedikit terperanjat saat mendapati afeksi seperti itu.
“Santai. Duduk kaya biasanya kamu duduk, Sayang.” ucap Lavender lagi. Tanpa memberhentikan kegiatan usap-usapnya pada pinggang Kei.
“L-laven...” cicit Kei.
“You know what, Barbie Doll? When you're talking to someone, you must've look them into their eyes. Am I right?“
Kei meneguk ludahnya kasar. Ucap demi ucap yang Lavender lontarkan seakan mengintimidasinya.
Kei pun memberanikan diri menatap yang lebih tua beberapa bulan di depannya, “Laven...” panggilnya lagi.
“Mau apa, Cantik? Bilang.”
Kei menjatuhkan kepalanya lagi. Menduduk dalam saat Lavender bertanya seperti itu. Bukannya dia yang mau ngapa-ngapain? batin Kei.
“Bu-bukannya.. kamu yang mau.. itu.. sesuatu..?” ucap Kei terputus-putus.
Lavender lagi-lagi menyeringai. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Kei yang masih setia menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“I do control myself, Cantik. Kalo gak ditahan, dari kapan lalu juga kamu udah aku makan habis.”
Kei memejamkan matanya, lagi.
“Bilang. Kamu mau apa, hmm?” tanya Lavender sekali lagi.
Kei menarik dan membuang nafasnya dalam diam.
“K-kiss me...”
“Where should I kiss you, Barbie Doll?”
Kei menatap Lavender, mengubah ekspresi wajahnya, kemudian hanyut dalam rengkuhan Lavender sepenuhnya.
Kei berbisik di telinga yang lebih tua dengan nada yang dibuat amat sensual, “Kiss me all over my body.” katanya kemudian mengecup cuping telinga Lavender kilat.
“Errghh.. Keith Senja!”
Mendengar geraman Lavender membuat Kei semakin tertantang. Kei yang tadi malu-malu sudah hilang entah dibawa siapa.
Lavender pun melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Kei, menarik Kei mendekat sehingga tak ada lagi jarak sejengkal pun di antara mereka. Badan keduanya saling menempel, dada keduanya saling bertemu, bahkan hidung keduanya bertabrakan.
“Kamu yang minta, ya.” ucap Lavender.
Adegan yang Kei tunggu pun terjadi. Lavender menciumnya, tepat di bibirnya. Lavender bahkan melumat juga mengerjaikan bibir berbentuk hati itu.
“Eumhhh..”
Kei mengeluarkan lenguhannya ketika tangan Lavender beralih mengusap pantatnya.
“Haaahh! Lavender, udwh!” pinta Kei sambil meremat pundak yang lebih tua. Ia kehabisan nafas. Atau sebenarnya karena ia malu karena ciumannya amatiran padahal Lavender menciumnya dengan amat lihai?
Kei lagi-lagi menundukkan kepalanya saat Lavender melepaskan lumatan itu. Jembatan saliva yang terhubung di antara bibir Kei dan Lavender berhasil menciptakan rona merah pada wajah imut Keith Senja.
“Kamu yang minta, Sayang.” ucap Lavender kemudian mengambil tangan Kei untuk ia kecupi dengan sayang. Ia kecup setiap inchi-nya seakan besok tak dapat ia lakukan lagi.
Kei mengangguk sebagai respon.
“Enak?” tanya Lavender.
Kei mengangguk lagi.
“Ini bibirnya cuma bisa buat ciuman apa gimana? Manggut-manggut doang kepalanya, bibirnya gak mau ngomong.”
“Enak...
....Mau lagi.”
Dengan itu, runtuhlah dinding penahan Lavender selama ini. Badan Kei dijatuhkannya sehingga kini Kei berada di bawah kukungannya. Kedua lengan kekarnya memenjara tubuh mungil milik Kei.
“Aku gak mau berhenti lagi, ya.” ucap Lavender.
Kei mengangguk kecil.
“Kecuali kamu yang minta berhenti.”
Lavender kembali melumat bibir berwarna merah muda dan mengkilap itu. Menyesapnya di bagian atas dan bawah, memasukkan benda tak bertulang miliknya saat yang dibawahnya mengeluarkan suara surganya, “Mmhhh.”
Lavender berhenti sebentar. Sekedar berhenti untuk menatap si cantik di bawahnya. Tangan yang ia buat tumpuan agar tak menindih Kei pun ia arahkan untuk menyusuri titik demi titik yang ada di wajah sempurna milik Kei.
Mulai dari dahi, ia usap kemudian ia kecup. Kemudian kedua mata dengan netra kecokelatan juga diberi perlakuan sama, hidung bangirnya, kedua pipi gembilnya, hingga kembali lagi ke bibir yang beberapa waktu ini menjadi candunya.
“Do something, Ven.” pinta Kei sambil memejamkan matanya.
Lavender pun memberanikan diri membuka dua kancing teratas kemeja Kei. Menarik kemeja itu ke satu arah sehingga membuat salah satu sisi bahu Kei terlihat. Liurnya hampir menetes saat tulang selangka dan mulusnya kulit tubuh Kei terpampang jelas di depan matanya.
Lavender pun tenggelam di sana.
Lavender menjelajahi leher jenjang Kei, mengecupinya perlahan. Ia tak bermaksud meninggalkan apapun disana. Tapi saat ia sampai pada bahu dan tulang selangka itu, dapat Kei dengar deruan nafas yang semakin kencang dan gesekan gigi dengan kulit yang juga dapat Kei rasakan samar-samar.
Sluurp!
“Aah!“
Kei terperanjat saat Lavender menyesap kulit pada bagian tulang selangkanya kuat-kuat. Kei dapat langsung membayangkan seberapa berwarnanya bagian itu nantinya.
“Aku lagi ngasih tanda buat apapun yang jadi milik aku.” ucap Lavender sambil tetap gencar mengecupi tulang selangka Kei yang terekspos.
“Aaaahh... Lavender...”
Kei tanpa sadar pun meringkuk. Sensasi menggelitik sedang menghampiri tubuhnya setiap Lavender menyesap di bagian yang sama berulang kali.
Lavender yang sedari tadi asik dengan dunianya sendiri pun menghentikan kegiatannya. Ia mendongak. Ingin memastikan keadaan kesayangannya yang oh, ternyata... sudah berantakan. Hehe.
Lavender kembali duduk. Ia menuntun Kei yang masih setia memejamkan matanya lemas agar duduk di pangkuannya lagi.
“Hey, Cantik.” panggil Lavender sambil menyisirkan rambut Kei yang menutupi matanya.
“Eung?” Kei menatap bingung. Oh, udah? batinnya.
“Maaf, ya? Am I going too far? Did I make you feel uncomfortable? Bilang, Sayang.”
“Harusnya aku yang minta maaf.. Maaf aku masih amatiran, aku gak bisa jago kaya kamu, aku juga suka banyak gerak. Ih, malu.” balas Kei sambil menutupi wajah mungilnya dengan kedua tangannya.
Lavender mengambil tangan Kei yang menutupi wajahnya, mengusapnya sayang, kemudian mengecupi punggung tangan itu.
“Semua orang juga gitu awalnya.” katanya menenangkan Kei.
“Makannya sering-sering latihan sama aku, ya? Biar jago.” ucap Lavender menggoda Kei.
“Lavender!!!!!!”
“Tapi enak 'kan? Suka 'kan?”
Kei mengangguk malu, “Humm.. Enak..” cicitnya.
“Makasih, Kapten, udah nurutin permintaan aku yang aneh-aneh.” tambah Kei.
“Ini gak aneh-aneh, Cantik. Wajar aja kalo kamu minta. Lagian sama-sama mau, gak ada salahnya dong?”
Kei tersenyum, “Hehehe, I love youuuu.”
“I love you more than anything. Selain Bunda, kamu orang kedua yang selalu aku doain, aku khawatirin, aku jagain sepenuh hati, aku sayang-sayangin supaya jangan sampe ada yang bikin sakit hati pokoknya. I love you, Cantik.*
“Lavender,” panggil Kei.
“Hmm, Sayang?”
“TERUS INI MERAH-MERAHNYA DITUTUPIN PAKE APA COBA?!?!?” protes Kei sambil melotot.
Lavender tertawa seakan tak berdosa, padahal semua itu karena mulut nakalnya.
“Nginep aja, ya? Aku telfon Tante, nanti aku izinin kamu nginep dulu semalem.”
Kei kebingungan. Ia tak bawa persiapan apa-apa. Baju, charger hp, alat mandi, dan lain-lain.
“Pake baju aku dulu, Sayang. Merah-merahnya dipikirin nanti, oke?”
Kei kemudian mengganti kemejanya dengan longsleeve super besar berwarna putih milik Lavender sambil terus memikirkan bagaimana cara menutupi kemerahan yang telah menyebar di sekitar leher hingga tulang selangkanya.
— fin.