Happy Birthday, Keicaanku

cw // kiss (on the forehead)

Setelah merasa dirinya siap dengan segala barang yang akan ia bawa ke rumah Kei, Lavender pun berangkat. Mengendarai mobilnya dengan cukup arogan. Maklum, baru dapet SIM.

Sejujurnya Lavender takut. Ia takut Kei tak menerimanya atau bahkan lebih parahnya Kei tak mau untuk sekedar membukakan pintu untuknya. Ada secuil penyeselan dalam diri Lavender. “Sok-sok an surprise, sih.” gumamnya sendirian di dalam mobil.

Sebelum benar-benar sampai di depan rumah Kei, Lavender berkali-kali memeriksa keadaannya. Membetulkan rambutnya. Memastikan semuanya tertata dengan rapi dan sempurna. Kini mobilnya pun berhenti di depan rumah Kei, sebelum turun pun ia kembali menghadap ke center mirror untuk sekedar membenahi helai rambut yang terlepas dari tatanannya.

“Percaya diri dong, Lavender.” ucapnya sambil menuruni mobil, kemudian mengambil barang di kursi belakang. Ia siap bertemu dengan si cantik yang sedang bertambah umur hari ini.

Sesaat setelah Lavender sampai di depan pintu rumah Kei, ia langsung disapa oleh Bundanya Kei, langsung dipersilakan masuk. Namun saat ia masuk, ia dapat melihat raut terkejut terpampang di wajah Bundanya Kei. “Woah!” ucap sang Bunsa sambil tak henti memandangi Lavender.

“Hehehe. Siang, Tante.” sapa Lavender kemudian. Bundanya Kei tak banyak bertanya karena sudah tahu pasti tujuan Lavender datang kesini untuk apa.

“Bentar, ya, Kei dari tadi masih di kamar, tuh. Gak tau ngapain.” ucap sang Bunda.

“Boleh Laven samperin, Tante?” tanya Lavender gamblang.

“Boleh, Ganteng. Sekalian Tante minta tolong bilangin ke Kei, suruh cepet mandi. Kayanya belum mandi, tuh, anaknya.”

“Siap. Lavender tinggal dulu, Tante. Kalo butuh bantuan langsung panggil aja, Tan.” ucap Lavender sambil acungkan jempolnya.


Tok, tok

“Iya, Bunda. Nanti adek mandiii!” seru Kei dari dalam kamar saat mendengar pintu kamarnya kembali diketuk.

“Cantik, ini aku.” ucap Lavender tanpa basa-basi.

Kei melotot saat mendengar suara yang beberapa bulan ini selalu mengisi hari-harinya.

“Ngapain dia kesini?!” keluhnya sambil mengusak wajah kasar. Ia kemudian berdiri dengan sempoyongan, tak ada tenaga untuk beraktifitas, jujur saja.

Ceklek

Kei membuka pintu tanpa melihat wajah Lavender. Kebiasaan Kei. Selalu melihat kakinya dulu dari pada wajahnya.

“Apa?” tanya Kei tanpa melihat wajah pacarnya. Bahkan ia tak awali percakapan dengan sapaan atau pelukan atau apapun yang biasa orang pacaran lakukan. Ia malah keluarkan kata apa. Membuat Lavender semakin yakin jika si cantiknya ini sedang merajuk.

“Selamat ulang tahun, Cantikku.”

“Semoga panjang umur, sehat selalu, rejekinya sekeluarga selalu lancar, segala urusannya juga dilancarkan, tambah rajin belajar, tambah rajin beribadah dan berdoa, tambah say—”

Stop, Lavender! Kamu tuh gak sad—HAH?!?!”

Ia yang menyela tapi ia juga yang terkejut. Kei menyela ucapan Lavender karena ia merasa Lavender harus lebih dulu minta maaf karena sempat “mengabaikan” nya dari kemarin malam. Kei sudah uring-uringan begini tapi dengan santainya Lavender bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Tapi karena saat menyela matanya tertuju pada wajah Lavender, Kei justru dibuat terkejut setengah mati. Membuat ucapannya juga tersela.

“Lavender, ini.. kamu...” katanya, masih terbata-bata saking terkejutnya.

“Selamat ulang tahun ya, Sayangku. Ini hadiahnya diterima dulu..” ucapnya sambil memberikan satu kotak berukuran cukup besar. “.. Maaf gak bisa kasih yang mahal. Itu hadiah yang pertama, ini hadiah keduanya.” lanjutnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Suka, gak?” tanyanya sambil kembali menata rambutnya yang sebenarnya tak berantakan.

“Lavender..”

“Kemarin aku seharian di salon, Sayang. Capek bangeeeet. Ini bleaching sampe level 10, kata orangnya. Terus aku sengaja bales kamu sekalian pagi-pagi aja, biar surprise!” jelas Lavender kemudian memeluk Kei eraaat sekali.

“Lavender, kamu gak perlu sampe segininya tau.”

“Tapi kamu suka, kan?”

“Ya, gimana gak suka? The part of you that I love the most is when you have a blonde hair...”

Ya. Lavender mewarnai rambutnya, lagi. Membuatnya menjadi full blonde. Seperti saat sebelum ia bersama Kei. Lavender tahu jika kelemahan Kei adalah rambut blondenya, maka ia dengan sangat sengaja mengubah warna rambutnya di hari spesial Kei ini.

“Kamu... ganteng banget, Kapten.” ucap Kei sambil terus memandangi wajah Lavender. Jarinya bergerak bebas di atas wajah tampan itu. Menyusuri dagu, rahang, hidung, mata, dahi, hingga rambut Lavender yang kini tak selebat sebelumnya. Lavender mullet sudah hilang, sekarang yang ada hanya Lavender undercut.

“Cuma buat kamu, Cantik.”

“Makasih banyak. Maaf, aku kekanakan pake segala marah ke kamu. Aku cuma sedih aja, disaat yang lain pada ngucapin, kamu kemana? Mana chat aku dari semalem gak dibales, bikin aku jadi makin mikir yang aneh-aneh.” ucap Kei sambil mencebikkan bibirnya.

Cup, cup. Sayangnya aku, Cantiknya aku, Keicannya aku. Aku minta maaf, ya? Janji besok gak gini lagi, deh. Aku juga ketar-ketir, Sayang, waktu liat chat kamu balesnya ketus gitu. Takut kamu gak mau ketemu aku.” balas Lavender.

“Sekali lagi. Selamat ulang tahun, Keith Senja-nya Aku. I love you to the moon and back, Cantik. Even word couldn't describe how much I love you. Makasih, ya, udah mau selalu ada di samping aku. Sehat-sehat, ya, Sayang? Biar bisa sama-sama terus. Amin.” tambah Lavender kemudian mengecupi dahi Kei berkali-kali.

“Amin. Kamu juga sehat-sehat, ya? Aku sayang bangeeet sama kamu.”

“Udah, ah. Aku gak mau cium-cium kamu. Kamu bau, belum mandi. Ewh!” ejek Lavender sambil menjauhkan badannya dari Kei.

“LAVENDER!!!”

“Ampuuun! Tadi aku disuruh Tante bilang ke kamu, soalnya kamu belum mandiiii.”


“Adekkkk!” panggil Morgan dari lantai bawah.

“Turun dulu, Dek!”

Kei dan Lavender pun turun bersama. Kei kembali dikejutkan dengan kehadiran teman-temannya.

Yaelah, masih pagi udah pacaran.” ledek Riga, bermaksud menggoda dua pemuda yang turun bersama itu.

“Kei, siniiiii.” panggil Raian memecah kecanggungan di tengah ruangan itu.

“Ini, apaan? Kok.. kesini semua?” tanya Kei kelewat polos.

“Aku yang nyuruh.” sahut Lavender kemudian menghampiri kerumunan orang yang tengah duduk melingkar itu.

Dih????”

“Biar rame-rame, Can, ulang tahunnya. Lagian sama Tante dibolehin kok. Ya kan, Tan?” kemudian dibalas dengan anggukan dan senyuman oleh Bundanya Kei.

“Ayo, langsung diambil aja makanannya. Nunggu apa lagi?” ucap Bundanya Kei.

Kemudian Raian, Yoel, Riga, Lavender, juga Morgan mengambil makanan yang sudah tersedia secara bergantian.

Saat mereka hendak makan, terdapat satu orang yang datang terlambat. Orang itu masuk ke rumah Kei sambil menggaruk tengkuknya—ia malu-malu. Dapat Kei lihat, terdapat kotak yang bisa Kei asumsikan jika itu hadiah untuknya.

Lah iniii. Nak Dave kok baru dateng? Ayo sini-sini masuk.” ajak Bundanya Kei kemudian Dave ikut bergabung di dalam lingkaran kecil yang mereka buat.

Lagi, ulang tahunnya kali ini benar-benar membuatnya tak habis pikir. Ia dikejutkan dengan banyak hal dalam waktu kurang dari satu jam. Termasuk kehadiran Dave yang sebetulnya sama sekali tidak ia harapkan.

Kei kemudian menatap Lavender, menuntut penjelasan, matanya seakan bertanya ini kamu juga yang ngajak?. Lavender pun mengangguk kemudian tersenyum simpul.

Sebelum mengambil makanan, Dave berjalan ke arah Kei. Benar saja, ia memberikan kotak berwarna cokelat pada Kei, “Selamat ulang tahun, Kei.” ucapnya singkat. Ia kemudian melenggang pergi.

Canggung yang melanda membuatnya tak sanggup berlama-lama di hadapan Kei, entah apa yang Dave rasakan, tapi jika bisa dideskripsikan dengan kalimat, Dave rasa Dave tengah rasakan sesak di dadanya. Entah, entah sesak untuk apa.

Kei terdiam sebentar, matanya mengikuti setiap pergerakan Dave saat melenggang begitu saja dari hadapannya. Kei kemudian mengangkat bahunya, berusaha acuh dengan keadaan.

Sampai ia merasa handphone yang terletak di pahanya bergetar, membuat senyum di wajah cantiknya mengembang.