Sementara, Ternyata.
Langit kota Tangerang ternyata ikut merasakan sedih yang Taeyong rasakan. Yang awalnya biru sumringah, kini berubah menjadi abu-abu. Mendung dan hembusan anginnya membawa serta rasa sesak yang Taeyong rasakan.
—
A month ago.
“Siap?” tanya Jaehyun saat Taeyong sudah memasuki mobilnya sepenuhnya. Pakaian satin serba cream dengan dalaman kaos putih menambah kesan lemah lembut pada Taeyong. Jaehyun suka itu.
“You look soooo pretty” pujinya sambil menyisir halus surai kehitaman milik Taeyong.
“Thank youuuu“
“Mama kamu sukanya apa, Je?” tanya Taeyong berusaha mengurangi rasa nervousnya. Entah kenapa, degup yang ia rasakan bahkan 2x lebih cepat daripada saat menunggu hasil penerimaan mahasiswa di UI.
“Sukanya kamu, makannya aku bawa kamu ketemu Mama”
“Aih yang bener!”
“Bener, Sayang. Udah gak usah bawa apa-apa. Aman kok” tutur Jaehyun.
Taeyong akhirnya menuruti perkataan Jaehyun. Namun hal itu membuatnya justru semakin nervous, apalagi mengetahui jarak rumah Jaehyun tak jauh lagi dari posisi mereka sekarang.
Taeyong terus menatap ke luar jendela, mengerjapkan matanya kesana-kemari agar pikirannya dapat terdistraksi. Jemarinya juga meremas kuat kain celananya yang sedikit kebesaran.
Taeyong sedikit tersontak kala ada yang melepaskan remasan jarinya dan mengangkat tangannya ke udara.
“Hey, don't be nervous. I'm here” ucap Jaehyun menenangkan sambil mengecupi permukaan mulus tangan milik Taeyong. Tak lupa mengusap dan sesekali menggenggam tangan yang meredam ribuan kegelisahan itu.
;
“It's here, Baby. Yuk turun?” ajak Jaehyun.
Jaehyun keluar dari mobil terlebih dahulu. Hal itu membuat Taeyong sedikit kecewa, ia kira Jaehyun akan menunggunya, ternyata ia berlalu duluan.
Dengan segala tenaga yang masih ada, Taeyong melepas sabuk pengamannya. Otak dan badannya terus beradu, antara haruskah ia keluar sekarang atau tidak.
Saat masih sibuk dengan keputusannya, pintu mobil itu terbuka.
“You think I'm gonna leave you here all alone when you feel this nervous? No, baby, I'm not” ucap Jaehyun sambil mengelus pipi Taeyong, memberi usapan kenyamanan disana.
Taeyong akhirnya turun dari mobil, merapikan pakaiannya, dan meraih uluran tangan Jaehyun. Setelah merasa uluran tangannya sudah terisi, Jaehyun beranjak.
“Yuk masuk, it's gonna be okay, trust me” ucapnya lalu menggandeng Taeyong untuk masuk ke dalam rumah sepenuhnya.
;
“Mam, it's Taeyong!” teriak Jaehyun saat memasuki rumahnya karena ia tak mendapati kehadiran Mamanya disana.
Terdengar suara langkah kaki yang sedikit tergesa, Mama Jaehyun keluar dari sebuah ruangan dengan pakaian rapi juga rambutnya yang tertata cantik.
“Pagi, Tante” sapa Taeyong sambil mengulurkan tangannya. Harapannya kali ini hanya satu, uluran tangannya dibalas.
“Astagaaa, Pagi, Ganteng”
Ternyata lebih dari balasan uluran tangan, Mama Jaehyun justru langsung cipika-cipiki dengan Taeyong.
“Gemes sekali. Kamu kan yang namanya Taeyong? Aduh rapi-rapi banget kayak mau kondangan aja” Puji Mama Jaehyun sambil mencubit ringan pipi gembil Taeyong.
Mendengar penuturan dan respon positif dari Mama Jaehyun, mood Taeyong berubah drastis. Ia senang bukan main. Ternyata ia diterima disini, usahanya untuk tidak gugup akhirnya pun berhasil.
“Udah makan belum, Nak?” tanya Mama Jaehyun sambil membawa Taeyong ke sofa. Kasihan anak orang kalau disuruh berdiri terus.
“Duduk dulu sini, Tante ambilin minum ya. Mau minum apa? Jus? Susu? Milkshake?”
Taeyong tersipu, “Air putih aja, Tante” balasnya.
“Walah. Yaudah bentar ya”
“Aku ke kamar dulu yang, bentaran” ucap Jaehyun, mencium pipi Taeyong kemudian berlari kecil meninggalkan Taeyong.
“Cowo gila, ada mamanya main nyosor aja!” gumam Taeyong masih mengerjapkan matanya, kaget dengan perlakuan tiba-tiba kekasih bongsornya.
;
“Mam, what should I say to him?” tanya Jaehyun resah. “Takut, Maaaammm” rengeknya.
Ya, maksud Jaehyun ke kamar adalah ke dapur. Menghampiri Mamanya untuk mengkonsultasikan sesuatu.
Mamanya ke belakang juga bukan untuk ambil air saja tentunya. Ada hal yang harus keduanya bicarakan, it's an important thing. Rahasia negara.
“Hold my hand, Jae” pinta sang Mama.
Saat Jaehyun sudah meraih tangan Mamanya, Mamanya mengusap dahinya, merapikan rambut dan juga baju yang dipakainya dengan satu tangannya yang lain.
“You've done a great job so far. Udah berani punya usaha sendiri bahkan jadi CEO tapi giliran urusan gini aja kok ciut?”
“Maammm, seriously?”
“Kamu tinggal bilang, Taeyong will you marry me? Udah. Itu aja. Selesai”
“Mama tau kamu tipe orang yang bisa merangkai kalimat indah, mama tau kamu bukan tipe orang yang kalo apa-apa banyak ngomong. Kamu selalu mengutamakan action. Jadi gak usah ribut cari kata-kata yang bagus, yang penting semuanya berasal dari sini” tutur sang Mama sambil menunjuk dada Jaehyun dengan jari telunjuknya.
“Apapun yang mau kamu sampaikan, gak peduli seberapa bagus dan panjang kalimatnya, yang penting niatnya. Kalo dari hati kamu tulus, mau bagaimanapun orang akan tetep nerima itu dengan tulus juga. Ngerti?” tambahnya.
Jaehyun mengangguk.
“Now go. Mama nyusul, pura-pura kaget nanti” ucap sang Mama.
Jaehyun kembali mengangguk antusias, tak lupa senyum merekah dengan deretan gigi yang juga ikut ia tunjukkan.
;
“I'm back, Baby” sapa Jaehyun sambil memeluk Taeyong dari belakang—Taeyong kini terduduk di sofa yang dimana ia tak bisa melihat siapapun yang datang dari belakangnya bila ia tak menolehkan kepala. Jaehyun mengalungkan lengannya kemudian membubuhi kecupan kupu-kupu pada surai tebal milik kesayangannya.
“Je ih jangan gitu, ntar diliat Mama kamuuu” protes Taeyong.
Saat Jaehyun melepas pelukan itu, ia berjalan menghampiri Taeyong dan ikut mendudukkan diri di samping Taeyong.
“About the secret I have said to you yesterday, you wanna know that?” tanya Jaehyun.
Taeyong mengangguk, jemarinya menggambar pola abstrak di lutut Jaehyun yang terbalut celana jeans hitam.
“Close your eyes first“
“Right now? Really?“
“Yes, Baby. Right now“
Perintah Jaehyun segera dituruti. Taeyong menutup matanya.
Jaehyun tersenyum, mengecup dahi kesayangannya kemudian berlutut di depan Taeyong. Ia membuka sesuatu yang Taeyong belum tahu bahwa sesuatu itu merupakan kotak cincin yang sudah Jaehyun beli satu bulan yang lalu.
“You're allowed to open your eyes now” perintah Jaehyun.
Taeyong membuka matanya perlahan.
“To you dearest soul that I love so much, Lee Taeyong, will you marry me?”
Taeyong tercekat. Nafasnya seakan terhambat oleh sesuatu. Degup jantungnya seperti dipompa, berdetak tak karuan. Membawa telapak tangannya untuk ia telungkupkan di depan mulutnya.
“Je....”
He's speechless.
Jaehyun memiringkan kepalanya, menagih jawaban yang belum Taeyong berikan.
Taeyong mengangguk cepat, “Yes, Jaehyun. Yes, I will“
Jaehyun tersenyum, beranjak dari posisi berlututnya kemudian membawa daksa Taeyong untuk ia dekap seerat mungkin.
“Thank you, thank you, Taeyong” ucapnya sambil mengecup pundak Taeyong. “Oh, Baby. I'm sorry if I make you cry. Cup cup sayang” ucapnya sambil mengelus ceruk leher belakang Taeyong.
“Taeyong, ini air—oh my God!!!”
Mama Jaehyun beraksi, pura-pura kaget.
Jaehyun yang mengetahui itu langsung menatap dan mengedipkan sebelah mata ke Mamanya. They plan run smoother than they think.
Sedangkan Taeyong, saat mendengar suara Mama Jaehyun, ia segera melepas pelukan Jaehyun. Namun gagal karena Jaehyun mendorong pundaknya sehingga ia kembali berada dalam pelukan itu.
“Lepas ih, Jeje, itu ada mama kamuuu”
“Makasih, Tante. Maaf ya” ucap Taeyong tersipu.
“Akhirnya jadi juga kalian berdua”
“Tante... tau?”
Jaehyun tertawa tertahan, membuat Taeyong melotot ke arahnya.
“Tau, Nak. Jaehyun cerita ke Tante tepat setelah dia sampai rumah. Excited sekali menceritakannya. Katanya juga sih, cincin itu sudah dibeli sama dia dari bulan lalu. Cuma belum nemu waktu yang pas aja hihihi”
Jaehyun melotot, “MAAMMM KOK DIBUKA KARTUNYA JAE” protesnya.
Taeyong terkekeh sekaligus malu, ternyata hanya ia saja yang kebingungan dan kaget disini.
“Selamat ya kalian berdua. Taeyong jangan panggil Tante, panggil Mama” pinta Mama Jaehyun.
“Eh? I-iya.. Ma..”
“Mama tunggu undangan nikahnya” ucap Mama Jaehyun sambil mengacungkan jempol dan mengedipkan sebelah matanya, kemudian melenggang pergi meninggalkan dua anak adam yang sedang di mabuk cinta itu.
“Dasar kamu yaaa!!!!!”
“Aaaww aww ampun sayanngggg, jangan dijambak rambut akuuuu”
—
Taeyong selesai mengingat memori satu bulan yang lalu, memori dimana ia sangat bahagia ketika Jaehyun melamarnya. Membubuhinya dengan segala rasa cinta yang ia punya. Cinta yang mungkin untuk sepersekian sekon ke depan akan sirna.
“Ternyata semua itu cuma sementara ya, Je? It's so hurt, Je. Sesek banget dada aku” rintih Taeyong sambil memegang dadanya, sesekali meremas bajunya.
Hatinya sakit, perasaannya tercabik. Tak pernah ia duga Jaehyun yang ia kira cintanya untuk sehidup dan semati mengkhianati kesetiaannya.