Yan & Lips of Mine
tw // cheating cw // kiss
Hembusan nafas penuh kekesalan, terpaan angin penuh kesesakan. Relung Shailendra lagi-lagi harus dipenuhi oleh rasa kehitam-hitaman. Marko kembali bermain di belakangnya entah kali ini terhitung yang ke berapa kalinya.
Tumbuhlah perasaan tak karuan membelenggu Shailendra. Betapa takutnya ia akan bagaimana bila sewaktu-waktu ia meluapkan amarahnya pada sang jagoan kecilnya, maka terbersit pikiran menitipkan Kenzo di rumah Bundanya.
Sebetulnya tujuan Shailendra mengirim pesan pada Jeano hanya untuk menanyakan lagi tentang seberapa pantas ia hidup, seberapa persen angka lagi yang ia punya untuk bertahan hidup, dan seberapa berharga eksistensi dan absensinya di mata banyak orang.
Namun panggilan sayang dari Jean mengalihkan fokusnya. Shailendra justru merubah moodnya secepat kilat. Dengan angin keberanian dan penuh tekad yang datang entah dari mana, ia menginginkan Jeano ada di sisinya sekarang.
;
Keduanya kini tengah duduk di sofa apartment Shailendra, dibarengi tontonan serial Netflix “Just Look Up”.
Mata Shailendra memang memandang pergerakan manusia dari dalam layar televisi itu, namun gerakan resah dari jemarinya yang terus meremat ujung hoodienya menganggu pikiran Jeano. Jeano knows something.
Dengan perlahan dan diam-diam, Jeano mengangkat tangannya kemudian menumpukan telapak tangan yang ukurannya jauh lebih besar dari Shailendra ke atas kepala Shailendra. Shailendra pun dengan cepat merespon dengan tolehan. Jeano menukik senyum bulan sabitnya kemudian mulai menggerakan tangannya untuk mengusap lembut surai lebat milik Shailendra.
“It's okay to cry” bisiknya.
Shailendra hanya menggelengkan kepalanya, masih berusaha menolak padahal sebetulnya kini ia sangat tersakiti.
“Lo tau gak activities that encourage emotional wellness itu salah satunya apa?” tanya Jeano tak berhenti mengusap surai tebal kecoklatan milik Shailendra.
Shailendra menggeleng lagi.
Sambil menyapu helaian rambut yang menganggu mata dan diarahkan ke belakang telinga Shailendra, Jeano menyahuti, “Let your tears out“
Shailendra mematung. Menolehkan kepalanya kemudian menatap Jeano sedalam menerjang ombak lautan.
Jeano menepuk pundaknya.
Shailendra menatap matanya.
Jeano menganggukkan kepalanya.
Shailendra menjatuhkan kepala sekaligus berat tubuh seutuhnya pada dekap Jeano, ia kalah.
Tangisnya pecah sejadinya.
“Jangan lupa kalo lo punya batas kesabaran dan lelah dalem diri lo. Stop it kalo memang udah gak bisa dikondisikan lagi”
Shailendra mengangguk dalam dekap Jeano.
;
“Can I kis you, Yan?” tanya yang sekaligus menjadi pinta dari Shailendra.
“Are you sure?”
Shailendra mengangguk.
Jeano kembali tersenyum.
“If I'm allowing you to call me Yan, then I'm allowing you to kiss the lips of mine too“
“You have to know that this kiss didn't caused by my sadness. It's just I want it, I'm craving for it, that's all” ucap Shailendra sambil mengusap ranum kemerahan Jeano dengan ibu jarinya.
Jeano meraih tengkuk Shailendra, berusaha menyalurkan semua rasa yang sekian lama ia pendam sendirian. Di sisi lain ia lega, keinginannya mencicip ranum milik Shailendra terkabulkan, bahkan lewat pinta Shailendra sendiri.
;
“Yan, breathe..” ucap Shailendra, bibirnya bergerak di sela pagutan itu. Namun ia tak dapat melepaskan pagutannya karena Jeano menahan tengkuknya seakan-akan lehernya akan patah dalam waktu singkat. “Mmhh.. I nee—breathe” pinta Shailendra kini memukul dada Jeano.
Jeano terkekeh kemudian dengan rasa tak rela memutus pagutan yang kini telah menciptakan rangkaian jembatan saliva yang tersambung dari satu ranum ke ranum lainnya.
Dahi keduanya menempel, Jeano menatap lekat mata Shailendra yang kini tersirat kemarahan karena permintaannya untuk diberi nafas tak kunjung diberikan dengan cepat.
“Cutie” puji Jeano kemudian memajukan ranumnya, berusaha mengecup kupu-kupu ranum milik lawan di depannya.
“Nyebelin banget! Gak mau deket-deket ah males” protes Shailendra.
“I didn't want this to end, Ai. Can we?”
“Sadly to say this, but we can't, Jean”
Jeano menghela nafas berat.
“*Let's make it longer, Jean. Let's start to think that this ain't gonna come an end” sahut Shailendra membuat rekaham senyum bulan sabit dari Jeano tercipta lagi.
tbc.