Tacenda
Tok tok
“Iya Bun, nanti Taeyong makan. Duluan aja” ucap Taeyong dari dalam kamar, suaranya samar-samar.
Jaehyun terenyuh. Ternyata Taeyong sungguh sulit makan akhir-akhir ini, persis seperti yang dikatakan sang Bunda. Kini di depan pintu kamar Taeyong, Jaehyun kebingungan. Ia harus apa? Berbalik kah?
“Udah disini masa balik, gak lah.” gumam Jaehyun telak.
“Mià, ini aku” balas Jaehyun.
Setelah mengatakan demikian, Jaehyun tak kunjung mendapat balasan.
“Aku boleh masuk gak?” tanya Jaehyun.
Masih belum mendapat jawaban.
Saat hendak mundur beberapa langkah, pintu kamar Taeyong terbuka dan memperlihatkan Taeyong dengan penampilan apa adanya. Piyama putih dengan motif kelinci yang lengannya menceng tak karuan dan rambutnya yang berdiri mengacung ke sembarang arah, membuat Jaehyun tersenyum gemas.
“Masuk” ucap Taeyong singkat.
Jaehyun pun menurut kemudian berjalan membuntuti Taeyong.
“Duduk di kasur aja, aku di kursi” ucap Taeyong sambil menarik kursi gaming kesayangannya.
“Yang” panggil Jaehyun.
Taeyong hanya menoleh, membalas mata Jaehyun sambil menggerakan kedua alisnya ke atas. Seperti menanyakan “Apa?”. Karena tak kunjung mendapat balasan lagi dari Jaehyun, Taeyong kembali sibuk dengan handphonenya.
“Yang” panggil Jaehyun lagi.
“Iya apa sih?” sahut Taeyong namun kini tanpa membalas tatap Jaehyun.
“Maaf..”
“Buat?” giliran Taeyong yang bertanya. Matanya memang menatap Jaehyun, namun jemarinya di bawah sana sedang bermain-main dengan ujung piyamanya. Berusaha menahan gelenyar emosi yang mungkin dapat meledak kapan saja.
“Maaf aku jarang merhatiin kamu sekarang, jarang nanyain kabar kamu, jarang ngebales chat kamu, jarang ngajak kamu quality time. Maaf aku bertindak seakan-akan aku ini gak punya kamu yang harus aku perhatiin juga, bukan cuma projek, projek, projek” jelas Jaehyun tertunduk, ia akui ia memang salah dan tatap tajam Taeyong adalah kelemahannya.
“Terus kamu kesini buat?” tanya Taeyong lagi.
“Let's take a walk, Sayang. Mau ya?” pinta Jaehyun.
“Katanya mau ke Bandung?” balas Taeyong sambil pura-pura membereskan barangnya yang berserakan di meja gamingnya.
“Masih minggu depan, Yang. Aku mau liat muka kamu lebih lama sebelum aku ke Bandung”
Taeyong hanya mengangguk.
“Jadi?” tanya Jaehyun.
Taeyong terdiam sebentar.
“Lain kali kalo lagi capek jangan jadiin orang lain samsak. Kalo kamu mau adu nasib, aku bisa, aku juga capek kok, Je. Cuma disini posisinya aku pengen aja ngajak kamu jalan, udah lama banget kita gak ketemu karena kesibukan masing-masing. Dari awal aku juga gak bermaksud ngajak debat kok, rasa iri sama projek garapan kamu yang harusnya gak aku luapin tiba-tiba muncul. Iri aja projek keurus sedangkan aku sekalinya minta harus nunda dan nunda lagi”
“Maaf aku egois, padahal ini juga buat masa depan kamu. Oh iya, kamu juga harusnya gak perlu ke rumah kok, you better save your energy for next week, Je. But thank you udah nyempetin mampir” tambah Taeyong.
Taeyong beranjak dari kursi gamingnya, ia duduk di kasur, pas di sebelah Jaehyun. Setelah menapakkan dirinya pada bantalan empuk itu, Taeyong masih terdiam. Menatap kosong lantai di bawahnya.
“Udah gak usah sedih gitu” pinta Taeyong karena Jaehyun sedari tadi hanya bungkam. Membuatnya sedikit khawatir.
“Maaf, Yang” ucap Jaehyun.
Taeyong membetulkan posisi duduknya untuk menghadap Jaehyun. “Liat aku” pintanya.
Jaehyun menolehkan kepalanya dan menatap ragu mata Taeyong.
Taeyong mengangkat tangannya dan aksi itu membuat Jaehyun sedikit terpejam, Jaehyun mengira Taeyong akan memukulnya.
“Relax, Jaehyun” ucap Taeyong sambil mengusap rambut Jaehyun, menyingkirkan helai tipis yang menghalangi manik sipit milik Jaehyun.
“Sayangnya aku ini lagi capek ya. Lagi fokus banget sama projek, lagi ngejar cita-citanya, kasihan gak ada waktu istirahat. Semesta tolong ringanin pekerjaan dia dong, jangan bikin dia kecapekan. Kalo dia sakit nanti yang godain aku siapa?” ucap Taeyong bermonolog, kemudian mencium dahi Jaehyun dan meniupnya seakan ucapannya yang barusan adalah doa.
Taeyong memeluk Jaehyun.
Jaehyun membalasnya dengan amat erat.
“Waduh, waduh. Kalem, bayi. Aku gak kemana-mana”
“I missed you” tutur Jaehyun sambil mengecup pundak Taeyong yang masih terbalut piyama.
“Capeknya kamu udah hilang belum?”
“Gak pernah capek selama ada kamu” sahut Jaehyun.
“Kejuuu” “Jadi jalan gak nih?” tambah Taeyong.
“Eh tapi gak jadi deh, rebahan aja. Aku lagi mager kemana-mana” sela Taeyong saat Jaehyun hendak melepas pelukannya.
Jaehyun terkekeh.
“I love you”
“Aku juga sayang kamu tapi kamu lebih sayang sama projekmu kayanya”
“Kamu kalo kangen banyak omongnya” sahut Jaehyun.
Keduanya tertawa.
Nyatanya hanya komunikasi yang mereka perlukan. Taeyong dengan sifat penyembuhnya dan Jaehyun dengan sifat sigap dalam menghadapi masalah adalah perpaduan yang membuat keduanya bertahan.