tuanmudalee

Complicated?

Sehari, dua hari, hingga satu minggu bertemu dan mengenali seorang Calvin, agaknya Naura mulai menyadari ada yang mengganjal dengan teman barunya itu.

Ditatapnya wajah Calvin dari seberang tempat duduknya, ternyata tidak sengaja ia malah bergumam lirih, “Kok mirip Jerry ya kalo dilihat-lihat?” katanya.

“Eh? kamu kenal Jerry?” sahut Calvin yang ternyata mendengar gumaman Naura.

Jangan tanyakan soal perubahan panggilan dari yang awalnya “Mbak Naura” sekarang jadi “kamu” saja. Keduanya sepakat menjadi teman dan mengubah penggunaan bahasa menjadi informal saja, hitung-hitung mengurangi rasa canggung juga.

“Aku kakaknya Jerry, Jerry Zenandra, yang kamu maksud Jerry Zenandra bukan?” sela Calvin.

“Calvin Zenandra.” tambahnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Deg!

Memang terkesan lebay tapi jujur saja Naura sedikit kecewa, Jerry bahkan tidak pernah membahas soal kakak, yang bahkan sosoknya ada di hadapan Naura sekarang. Persahabatan yang sudah terjalin lama ini.. apa memang Jerry tidak percaya sehingga tidak mau berbagi cerita?

“Hah? Jadi Mas Calvin.. kakaknya Jerry?”

“Iya Nau, kenapa kok kaget gitu? memangnya kamu kenal sama adekku deket banget?”

“Fyi aja, Saya, eh maksudnya, Aku sahabatan sama Jerry dari kelas satu SMA.”

“Lah? berarti yang fotonya pernah di up mami di twit*ter itu kamu?”

“Maksudnya Mas, Tante Yuna? Kalo iya berarti bener, itu aku.”

“Iya Mami Yuna. Gila dunia sempit banget???”

“Pantesan kok aku kayak pernah lihat kamu, Nau.” tambahnya

“Mas, selesai makanannya habis aku boleh langsung pulang? maaf ya agak buru-buru, ada urusan mendadak soalnya,” ucap Naura terburu-buru.

“Hari ini aku yang bayar ya, jangan lupa!” tambahnya.

“Eh? iya deh hahaha. Mau aku yang anterin?”

“Gak usah, Mas. Sendirian aja gak papa kok.”

“Yawes kalo gitu, makan duluuu.”

The Real Journey is Begin?

Sesampainya di cafe tak banyak obrolan yang keluar dari mulut masing-masing mereka. Masih hening sambil duduk manis dan sesekali menyeruput kopi. Layaknya mimpi, mereka masih berusaha mencerna soal apa yang dikatakan Yuta tadi siang, itu suatu kebenaran atau hanya harapan belaka?

Ssup, sorry sorry aku baru sampe.” ucap Yuta memecah keheningan di meja itu.

“Gapopo Mas, duduk sek.” balas Rega.

Setelah Yuta memesan minumnya, duduk, dan menetralkan nafasnya akhirnya ia mulai menceritakan apa yang Pak Tio tawarkan padanya hari lalu.

“Pak Tio bilang mau ke Jakarta, terus aku tanya toh, terus kalo Bapak mau ke Jakarta kenapa?”

“Aku sama jantungannya kayak kalian rek. Aku sampe sekarang loh masih gak nyangka Pak Tio nawarin tawaran yang menurutku itu udah beneran jauh banget dari perkiraanku,

Kalian tau sistemnya agensi toh? agensi yang kayak menaungi idol kpop maksudnya. Yang harus trainee dulu dan sebagainya.

Jangan takut kalo misalnya kalian gak bisa, trainee kan gunanya untuk latihan jadi kalo kalian memang niat mau yaa gas aja gak sih?” ucap Yuta panjang dikali lebar.

“Oh iya, kalian juga pasti bakal ketemu banyak temen baru dari seluruh penjuru dunia sih, nanti juga kalo kalian debut, AMININ AJA DULU, kemungkinan kalian juga bakal kepisah. Berdoa dulu aja sih kalo memang kalian berempat mau maju bersama ya semoga nanti akhirnya bersama juga, ya gak???” tambahnya.

Untuk pertama kalinya Aja buka suara setelah sedari tadi waktu bicara dikuasai Yuta seorang, “Berarti ini kita gimana?” tanyanya kebingungan.

“Urusan kehidupan kalian di Korea seluruhnya di tanggung agensi tapi ya itu tadi, kalo kalian banyak penggemar yang dimana bakal meningkatkan reputasi agensi sekaligus bakal jadi uang buat agensi ya itu nanti uangnya bakal dipake sebagai pengganti. Paham gak maksudku?” tanya Yuta.

“Kalo kalian udah debut pun, apalagi fans kalian banyak kan otomatis pemasukan kalian dari penjualan entah album fisik atau tiket konser, ANJAY, itu kan nanti bakal dibagi, berapa persen buat kalian berapa persen buat agensi, gituuu.” tambahnya.

Trainee biasanya lama ya, Mas?” sahut Jerry.

“Empat tahunan maybe? Itu tergantung agensinya deh menurutku. Soalnya ada ya yang udah trainee dari 2016 tapi baru debut sekarang, ada juga yang trainee gak sampe setahun terus tau-tau besok debut.” sela Nanda.

“Iyo menurutku juga tergantung agensi, jer.” sahut Yuta.

Rega, Jerry, Aja, juga Nanda malah adu tatap sekarang. Ini kesempatan berharga banget apa iya dilewatkan begitu saja? Tapi sekalipun mereka mau, banyak hal yang harus mereka tinggalkan di Surabaya. Surabaya tempat dimana mereka tumbuh dan menjadi figur yang hebat seperti sekarang. Apalagi untuk Jerry, bagaimana nasib perasaannya kalau ia harus meninggalkan Surabaya yang di dalamnya ada Naura? Apa perasaannya memang ditakdirkan jadi begini saja?

“Kita bakal belajar bahasa korea juga dong ya?” tanya Rega memecah keheningan.

“Iya lah pasti kalo itu,” balas Yuta.

“Btw, jangan terlalu dibawa pikiran ya guys. Sementara ini cuma tawaran, kalo kalian memang mau pun jangan lupa kalo kalian work as a team jadi keputusan harus ada di tangan empat orang ini ya? Pertimbangin dulu gak usah ngebut-ngebut, kata Pak Tio santai aja.” tambahnya.

- -

Sudah larut malam, waktunya perbincangan panjang ini dihentikan, kembali pulang ke rumah untuk sekedar memikirkan dan merenungkan.

Lil Conversation.

Flashback on!

Pada tanggal 30 Juli, hari dimana Naura sedang keliling Surabaya untuk kebutuhan vlog virtual tripnya. Ia tidak sengaja bertemu dengan sosok tampan ini.

Awalnya hanya di Jalan Tunjungan dan keduanya sama-sama menghiraukan karena yaa wajar saja kan kalau strangers saling berpapasan di jalan?

Namun sepertinya Semesta Surabaya menghendaki pertemuan mereka yang kedua kalinya, di tempat yang sama. Destinasi terakhir Naura yaitu Noach Cafe and Bistro, disitulah mereka bertemu. Lagi-lagi, sosok tampan itu masuk ke dalam vlog Naura tanpa di sengaja.

Menduduki tempat yang bersebelahan dan sama-sama sedang sendirian membuat mereka beradu tatap sebentar kemudian saling melempar senyum untuk sekedar menyapa, juga disusul dengan perbincangan-perbincangan kecil.

“Loh, ketemu lagi? hehe,” ucap Naura basa-basi.

“Eh, iya? tadi kita ketemu ya? kayaknya saya sempet lihat,”

“Mau gabung?” tambah orang itu.

Akhirnya mereka berdua pun bergabung dalam meja yang sama, soal virtual trip Naura? Tentu saja sudah ia bereskan, kamera sudah dimatikan, tersisa dirinya yang masih ingin bersantai di tempat itu.

By the way, saya Calvin, Mbak?” ucap seseorang di seberangnya.

Ya benar, seseorang itu adalah Calvin. Kakak dari Jerry yang identitasnya belum Jerry ceritakan sama sekali.

“Oh hi! Saya Naura, salam kenal ya, Ko?” balas Naura dengan nada bingungnya. Bingung harus memanggil seseorang di depannya siapa karena takut terlihat tidak sopan.

“Salam kenal, Mbak. Panggil Mas saja, santaiii.”

“Oh, iya Mas..”

“Kalo boleh tau, Mas baru pindahan ya?” tambahnya.

“Bukan pindahan, Mbak. Saya kesini cuma untuk refreshing sekaligus meet my parents.”

“Oh, asli mana Mas memangnya?”

“Connecticut Mbak, Amrik. Saya kesini cuma sebentar hehe, cuma pengen tau Surabaya kayak apa,”

“Mbak kok bisa tau saya bukan asli sini? kelihatan ya?” tambahnya.

“Hehe iya mas, logatnya bukan orang Surabaya banget.”

Naura yang notabenenya cerewet dan yaa easygoing dan Calvin yang pembawaannya santai dan calming membuat perbincangan yang awalnya ringan jadi semakin berlarut-larut. Keduanya berbagi cerita seakan sudah kenal lama. Tak lupa juga ternyata diam-diam mereka saling bertukar nomor handphone loh!

Begin.

Setelah destinasi pertamanya di Jalan Tunjungan, Naura melanjutkan ke berbagai destinasi lainnya. Hingga sampailah di pemberhentian terakhirnya, tempat ini sempat jadi salah satu tempat terhits seantero Surabaya.

Bagaimana tidak? interior bangunannya, hiasannya, bahkan dari luarnya saja sudah sangat menarik perhatian khalayak.

Nama tempat itu adalah Noach Cafe and Bistro. Bisa langsung kalian cari sendiri di aplikasi putih dengan huruf G besar di tengahnya.

Sambil menyusuri cafe itu Naura tidak lupa untuk membeli minuman, cemilan, sekaligus berfoto, yaa namanya influencer feeds di insta*gram itu nomer satu. Sesekali ia juga mengobrol dengan salah satu pegawai disana.

Selang beberapa waktu menikmati suasana di tempat itu akhirnya Naura memutuskan untuk memposting tweet di akun twit*ternya. Memberitahukan pada viewers sekaligus penggemarnya bahwa virtual tripnya kali ini telah selesai, tidak lupa menyampaikan kalimat-kalimat harapan tentang semoga apa yang ia bagikan soal Surabaya hari ini dapat bermanfaat dan semoga setidaknya dapat mengurangi rasa risau mereka.

Timestamp!

Seselesainya Naura dari kegiatan virtual tripnya ia pulang ke rumah, oh salah bukan rumah lagi melainkan apartment. Salah satu alasan ia pindah adalah apartmentnya berjarak lebih dekat dengan agensinya dan karena kesibukan yang membuatnya tidak bisa selalu pulang ke rumah maka ia memutuskan untuk tinggal di apartment saja, berpisah dengan maminya.

Baru memasuki kamar apartmentnya, bukan bebersih diri yang ia lakukan tapi malah merubuhkan diri di sofa. Suasana hatinya sedang senang hari ini meskipun sedikit pegal-pegal karena hari ini ia berkeliling hanya naik bus Surabaya yang notabenenya selalu ramai dan tempat duduk yang tersedia sedikit. Mau tidak mau harus mengalah bila ada orang-orang yang lebih membutuhkan kursi untuk diduduki, contohnya seperti ibu hamil ataupun kakek-nenek.

Sejenak memikirkan bagaimana menyenangkannya hari ini namun sejenak lagi ia memikirkan soal seseorang yang membuat perasaannya sedikit tergonjang-ganjing hari ini.

Tbc.

Diriku dan semestaku.

Sebelum menyusuri lebih jauh cerita ini, alangkah baiknya ku perkenalkan dulu diriku dan seluruh isi semestaku.

Namaku Nayanika Adriana, usiaku 18 tahun. Orang-orang panggil aku Naya, terkecuali bagi mereka yang sudah sangat dekat denganku, mereka menggunakan panggilan Ika. Aku tidak baik, cantik, ataupun kata sempurna yang lainnya. Seringkali aku merasa aku banyak teman karena aku orang berkecukupan. Ya, orang tuaku adalah pemilik perusahaan ternama dan memiliki cabang hingga di luar negeri. Tapi apa semuanya membuatku bahagia? Mari bersama telusuri kisah ini untuk tahu kebenarannya.

Isi semestaku yang pertama dan mungkin satu-satunya; Antariksa Haksa. Lelaki 18 tahun, sang pekerja keras sekaligus sang penyihir cinta. Lelaki dengan segala kesempurnaannya. Segala kekurangannya renyuh direngkuh oleh sempurna. Lelaki yang pertama kali kutemui setelah hidupku dan segala isinya hancur berantakan. Lelaki pemilik senyum seluas himalaya, seterang bintang vega, dan seindah nabastala senja. Haksa, satu-satunya sang pemberi tempat beristirahat dikala semesta sedang berubah jahat. Tak hentinya ku ucap kalimat yang sama, “pemilik senyum seluas himalaya,” adalah kalimat penggambaran untuknya. Ku harap kalian tak jatuh cinta padanya karena aku yang akan lebih dulu merenggutnya.

TBC. ©veeillusions

explain

Explain

Setelah kemarin deal akan bertemu untuk bercerita, sekarang Naura dkk sudah berada di tempat yang sama, yaa seperti biasalah 7D.

Bisa dilihat bahwa raut wajah Naura memancarkan kebahagiaan, setiap kali ia tersenyum terlihat seperti akan meledak saja.

Merekapun duduk dan tak lupa memesan minuman.

“Gimana nih?” tanya Naura memecah keheningan.

“Kamu yang gimana nau” balas Rega.

“Yaudah deh aku duluan, emang kalian ada yang mau diceritain juga tah?”

Rega dan sisanya saling adu tatap dan berakhir,

“Kamu cerita dulu aja” sela Jerry.

“Jadi guys...”

“Sek sumpah-sumpah aku tuh masih seneng banget loh ini bawaannya, kek mau cerita tuh aduhh dah kebawa seneng duluan.”

Tik tik tik, hanya suara dentuman jarum jam yang terdengar karena Naura memilih diam sebentar sambil mengambil nafas.

“Aku dapet tawaran masuk agensi!!!!” ucap Naura sedikit berteriak.

Yang mendengarkan senang dong? tak lama-lama beradu tatap mereka juga ikut melompat bersama Naura saking senangnya.

“Terus terus gimana???” tanya Nanda penasaran.

“Yaa, aku accept sih, cuma kekurangannya ya aku tetep freelance kerjanya sebagai tour guide cuma kalo ada apa-apa yang dihubungin lebih dulu pihak agensi bukan direct ke aku dan bisa lebih aman sih kalo ada apa-apa soalnya aku kan ada di bawah lindungan agensi hehee.”

“BAGUS DONG!” sahut Jerry dan dibales anggukan mantap oleh Naura.

“Akhirnya ya sis beneran jadi tour guide, bisa muter-muter nih sekarang?” sahut Aja.

“Puji Tuhan bisa!!!!

“Doain ya guys ke depannya kerjaanku lebih terjamin lagi bukan sekedar freelancer doang dan doain juga siapatau aku bisa jadi guidernya super junior aaaa.” tambah Naura.

Yang lain hanya tertawa dan menjawab “AMIN” bersamaan, apa lagi yang diharapkan oleh mereka selain kebahagiaan buat sahabat perempuan satu-satunya ini?

- - - - -

“Kalo kalian? katanya ada yang mau diceritain juga ya?”

Yang mendengarkan seketika tersedak karena suasana sempat hening lumayan lama tapi tiba-tiba Naura melontarkan pertanyaan itu.

Tak selesai-selesai jika terus beradu tatap untuk mengklarifikasi soal pertanyaan Naura, maka ya lagi-lagi Rega lah yang akan menceritakan semuanya.

“Eum... kami berempat diajak kerja sama sama pak produser nau,”

“Oh, jadi sekarang mainnya cuma berempat aja nih?”

“ENGGAK GITUUU.” ucap Rega menyela.

“Semuanya tuh berawal dari sini nau, di cafe ini. Aku dan yang lain maunya cuma nongkrong kan? kamu masih inget yang kamu sakit waktu itu? nah kita disini tuh gak sengaja ngebband kan, iseng-iseng doang sumpah, pake alat band yang itu tuh disana tuh,”

“Kami cuma bawain satu lagu dan waktu udah selesai tuh kaget soalnya, asli, yang liat ternyata banyak banget and boomm twit*ter kami jadi rame,”

“Maunya kan cuma twitternya Aja, gara-gara abis nyanyi dia ngetweet*, eh ladalah dia malah ngetag aku sama yang lain juga, jadi kena ciprat juga deh. Apalagi ini nih satu ini, FANSNYA BUANYAKK!” ucap Rega sambil menunjuk Jerry.

“Hehee.” sahut Jerry.

“Lanjut, gak sampe disitu. Jujur aja sebelum kami ngeband disini, kami emang udah punya planning buat ngisi waktu luang gitu mau ngeband-ngeband biar gak kelihatan pengangguran bangettt. Kami bahkan udah sewa studio,”

“Satu sampe lima hari kami di studio tuh sama Mas Yuta dipantau terus, kebetulan owner studionya juga temen papanya katanya. Dan ini sih part yang paling bikin terkejut, Mas Yuta tiba-tiba imess Nanda katanya owner studionya itu produser dan beliau mau ngajakin kerja sama.”

“Gitu aja sih ceritanya.” ucap Rega setelah bercerita panjang lebar.

“WOW, berarti sekarang aku sahabatannya sama artis dong???”

“Gak ada artis-artisan, Nau. Jujur aja dari awal gak ada yang ngira bakal dilirik produser padahal kami ngeband lempeng-lempeng aja, kan tujuannya emang cari-cari kegiatan.” balas Nanda.

“Apa yang terjadi di antara kita sekarang gak seberapa penting kan? asal sama-sama bahagia dan kita masih bisa banget kumpul-kumpul kek sekarang. Jalanin aja dulu apa yang dikasih sama Tuhan sekarang, kalo ada apa-apanya ya jangan lupa cerita. Gitu aja sih.” sela Jerry dibalas anggukan oleh yang lain.

“Maaf juga ya Nau kesannya kami kek nyembunyiin dari kamu karena baru ngomong sekarang.” tambahnya.

“Gak, gakpapa jer, lagian aku udah tau juga semenjak twitter kalian rame banget tuh.”

“Kalian keren! bangga bisa kenal kalian, sukses terus ya guys! peluk doonnggg.” pinta Naura.

Satu, dua, tiga, “BERPELUKANNN!” yaa seperti biasa peluk Teletubbies, tradisi persahabatan mereka.

Tak terasa karier yang malah menjemput mereka bukan sebaliknya, sudah waktunya untuk berpacu pada kehidupan masing-masing. Apa yang bakal terjadi kalau rantau bestie hidup dengan kehidupan mereka masing-masing?

Ceklek

Suara pintu terbuka memperlihatkan Naura dengan pakaian tidur dilapisi cardigan yang tidak begitu tebal. Terlihat menggemaskan di mata Jerry, sekarang Naura sedang memakai kompres tempel yang biasanya digunakan anak bayi.

“Loh? yang lain manaaa,”

“Sorry yaa yang lain tiba-tiba ada keperluan, gak tau kok bisa barengan,” balas Jerry.

“Kayaknya Nanda mau bantuin Mas Yuta nutup cafe, Aja udah ditelfon Bundanya, kalo Rega gak tau.. kayaknya kebelet berak deh tadi.” tambahnya.

“Ih jorokkk!” ucap Naura, tidak lama dari itu ia kaget sekarang Jerry malah mengelus puncak kepalanya pelan, seakan menyalurkan kehangatan.

“Apa pegang-pegang kepalaku?” tanya Naura ketus.

“Jahat. Kamu kan tak suruh pake jaket ato hoodie nauu kok malah cuma cardigan tipis, dasar. btw ni bubur ayamnya tuan putri,”

“Astaga dibeliin beneran loh, tadi tak kira bakal rame-rame.. maaf ya Jerry ngerepotin.”

“Walah, jangan gitu ah, kayak sama siapa ae kamu ini.”

“Mau masuk dulu nggak?”

“Boleh? ada siapa aja di dalem?”

“Boleh lah. Lengkap semuanya ada, cepetan nanti masuk angin di luar terus!”

— “Mamiii, ada Jerry niii.”

Seseorang yang dipanggil mami pun menghampiri keduanya, sambil senyam-senyum. Tatapan yang amat tidak bisa diartikan kalau menurut Naura.

“Kiw, sopo ini?” goda Mami.

“Jerry mi jerry, temen Naura sama Aja sama Nanda juga kok.”

“Hmm temen ya? ganteng ce, kok gak pacaran aja?”

Deg!

Jerry ingin kabur saja rasanya, apa ini tandanya ia diberi lampu hijau oleh mami mertua? eaaa. Rasa malu membuat Jerry salah tingkah, demi Tuhan terbersit rasa menyesal mengiyakan ajakan Naura mampir terlebih dahulu.

“Ah opo sih mami, dah aku mau naik, greges semua badanku,”

“Nak Jerry ikut aja ke atas gak papa tapi pintunya dibuka ya.”

“Eh? gak papa tan emangnya?”

“Kok panggil tan sih, mi aja gak papa keles, santai doonngg. Gak papa cepetan sanaaa.”

“Hehe oke mi, Jerry naik sek ya.” Jerry berjalan sambil menggaruk bagian belakang kepalanya, dirinya malu.

Tok tok!

“Nau? kalo di depan sini masih kuat gak?” tanyanya setelah mengetuk pintu kamar Naura.

Ceklek

“Kuat Jerry, aku cuma flu kaliii,”

“Maaf ya tak tinggal tadi, mami suka ngelantur emang kalo ketemu cowok ganteng.”

Ya ampun harus bersikap seperti bagaimana lagi Jerry sekarang. Naura mengatakan bahwa dirinya tampan? secara langsung? ya Tuhan ingin hilang saja rasanya dari bumi, kata Jerry.

“Sini jer duduk,” panggil Naura sambil menepuk ruang kosong di sampingnya. Setelah duduk lagi-lagi Naura dikagetkan dengan Jerry yang tiba-tiba menempelkan tangannya ke dahi Naura, mengisyaratkan sedang mengecek suhu tubuh perempuan di depannya.

“Wuihh, bisa masak mie sih ini!” sambil memasang gesture kepanasan seperti habis tersumat api.

“APA SEH JERRY!!!”

“Jangan sakit-sakit toh, Nau, ya?? jangan sakit yaa??”

“Hmm,” balas Naura sambil mengotak-atik laptop di pangkuannya.

“Kenapa kok kamu bukan pacarku aja sih?” gumam Jerry, sangat pelan.

“Hah?”

“Hah? gak gakpapa.”

“Jangan macem-macem ya kamu jer!!”

— “Wes aku tak pulang ya, gak enak kalo lama-lama, salam ke mami ya,”

“Aku buru-buru maaf yaaaa, besok kalo disuruh mampir lagi, aku samperin wes.” disambung dengan gelak tawa dari Jerry.

“Heh, ngapain? gak usah. Aku gak usah dianter keluar, kamu disini ae, makan yang banyak, istirahat yang cukup, jangan lupa minum obat. Yang terakhir jangan lupa mikirin aku.” tambahnya.

Naura yang mendengar itu hampir saja tersedak, banyak sekali yang ia tidak tahu, sebenarnya apa saja yang Jerry dan maminya bicarakan saat di bawah tadi? Ia bingung kok bisa-bisanya Jerry langsung memanggil maminya dengan sebutan mami juga.

“ATI-ATI JERRY, MAKASIH YA!!!”

- - - - -

EAAAAAAA KAPAL RARRY [naura, jerry] BERLAYAR YGX NIIII

It's time to shine

Selesai menyanyikan sebuah lagu yang dihadiahi tepuk tangan meriah, empat orang itu kembali ke tempat duduknya, sekarang pusat perhatian ada pada mereka.

Tidak lama setelah itu Aja memposting foto cafe 7D di akun twit*ternya dengan caption “Andalan!” dan betapa kagetnya ia saat notifikasinya amat sangat ramai dan bisa dibilang ramai karena kejadian barusan.

“Heh anjing, iki kok twitterku rame banget heh heh,”

Rega sedang mengecek dan benar saja, “he iyooo!!”

Aja yang kebingungan kenapa postingannya bisa sangat ramaipun reflek malah menyebut akun milik tiga teman lainnya di kolom reply, akhirnya semakin ramai-lah akun Aja karena sekarang semua orang sudah tahu kalau yang barusan tampil band di 7D adalah Aja, Jerry, Nanda, juga Rega.

“Fix seh iki kita kudu punya nama!” sela Jerry.

Setelah dipikir matang-matang, keempat laki-laki keren itu memutuskan menggunakan nama “quatre rêves” yang artinya empat mimpi, memikirkan nama ini juga dibantu Yuta loh! Terjadi sedikit perdebatan karena mereka berpikir namanya terlalu susah disebutkan dan mereka memikirkan soal apa sebutan yang akan calon fans gunakan kalau nama bandnya quatre rêves?

Akhirnya dengan musyawarah dan kesepakatan yang matang, semua setuju menggunakan nama itu. Namanya keren, terkesan aesthetic sekaligus fancy. Panggil saja calon fans quatre rêves sebagai quatrealistic atau quatrecious atau mungkin quavesholic? keren kan?

OK! Nama band sudah ditentukan, sisanya tinggal melatih yang masih kurang. Peluang sudah kelihatan di depan mata, anak-anak quatre [ eaa quatre sekarang manggilnya ya ] akan bersinar mulai hari ini.

Is this the start?

Jerry dan Rega sudah duduk bersama dengan Nanda juga Aja sekarang dan tidak lupa langsung memesan minum.

“Nyoh pesenanmu,” ucap Yuta.

“Ooohh dasar, owner cafe kok galak mas mas.” sahut Aja.

“Kamu belum tau aku dalemnya gimana,”

“HAH? ngapain tau dalem segala? aku sek lurus mas.” balas Aja dibarengi toyoran dari Yuta pas di dahinya.

“SECARA PERSONAL HIH DASAR! bukan yang aneh-aneh lah, gila kon.”

Yang menonton hanya bisa tertawa, agaknya Aja cocok kalau harus masuk ke circle Yuta, sama-sama weirdo tapi di sisi lain mereka moodboster banget hahaha.

Jerry masih mengedarkan pandangannya, mencoba mencari titik yang menarik matanya dan kebetulan saja matanya berhenti tepat pada seperangkat alat band disana. “Loh mas, alat band e nganggur ta?” tanyanya.

Yuta masih belum beranjak karena masih berbincang dengan Nanda juga sesekali dengan Rega, rasanya seperti bagian dari genk saja.

“Iyo nganggur jer, aku sengaja nyediain buat live music kan siapa tau ada yang mau ngisi, eh ternyata kok sepi.”

Jerry dan ketiga temannya langsung beradu tatap dengan arti seperti “Weh, kesempatan nihh! mau coba disini bentar gak?” dan yang lainnya langsung mengerti.

“Tak pake aja mas, sama anak-anak ini, sebentar ajaaa.” sahut Rega.

“Oh ya boleh, pake aja, siapatau pelangganku tambah banyak, yang ngeband ganteng-ganteng. Meskipun ownernya sendiri udah ganteng.” Ucap Yuta sambil memejamkan mata karena sedang mendalami ucapannya, ya anggap saja mendalami. Waktu buka mata eh malah sepi, bocil-bocil itu sudah prepare disana. Dasar anak millenial, batinnya.

— “Guys, congratulations by day6 bisa kan ya?” tanya Jerry.

“Amaaannn!” sahut Aja semangat.

Seperti band pada umumnya, keempatnya memainkan perannya masing-masing. Aja dan Rega as vocalist, Nanda dan Jerry as rapper. Yuta menganga gak nyangka adek-adeknya sejago itu, sayang kalo gak dibuat bersinar.

[Aja] Siganeul gajija I mareul nan issneun geudaero Siganeul gajijan Tteuseuro badadeuryeo beoryeosseo

[Rega] Congratulations neon cham daedanhae Congratulations eojjeom geureohge Amureohji anha Hamyeo nal jisbalpa Usneun eolgureul boni da ijeossna bwa Siganeul gajjadeon mal ye Saenggakhae bojadeon mal ye Nae nuneul bomyeonseo mitge haenohgo Ireohge naege

Dinyanyikannya dengan indah, siapa sangka suara keempatnya sungguh sopan didengar telinga? Aduh, yang benar saja pelanggan-pelanggan perempuan berdatangan bahkan sama sekali tidak tersisa kursi kosong sekarang.

[Jerry] Nae gyeoteul tteonaga Geu namjareul manna Naraneun nomeun eopseossdeon geoscheoreom Sarange ppajin neon

Bait lirik terakhir yang dinyanyikan Jerry dengan suaranya yang super powerful sekaligus manly dan berkesan husky, serta urat-uratnya yang bermunculan seakan ingin lepas dari tempatnya, membuat yang melihat menggelepar seperti ikan hidup yang dibiarkan di daratan.

Wooooooo!!!!

Suara tepuk tangan yang wow cukup kencang disana, empat orang itu bahkan kaget, bagaimana bisa seramai ini padahal kan ini cuma coba-coba..

Tbc