Ceklek

Suara pintu terbuka memperlihatkan Naura dengan pakaian tidur dilapisi cardigan yang tidak begitu tebal. Terlihat menggemaskan di mata Jerry, sekarang Naura sedang memakai kompres tempel yang biasanya digunakan anak bayi.

“Loh? yang lain manaaa,”

“Sorry yaa yang lain tiba-tiba ada keperluan, gak tau kok bisa barengan,” balas Jerry.

“Kayaknya Nanda mau bantuin Mas Yuta nutup cafe, Aja udah ditelfon Bundanya, kalo Rega gak tau.. kayaknya kebelet berak deh tadi.” tambahnya.

“Ih jorokkk!” ucap Naura, tidak lama dari itu ia kaget sekarang Jerry malah mengelus puncak kepalanya pelan, seakan menyalurkan kehangatan.

“Apa pegang-pegang kepalaku?” tanya Naura ketus.

“Jahat. Kamu kan tak suruh pake jaket ato hoodie nauu kok malah cuma cardigan tipis, dasar. btw ni bubur ayamnya tuan putri,”

“Astaga dibeliin beneran loh, tadi tak kira bakal rame-rame.. maaf ya Jerry ngerepotin.”

“Walah, jangan gitu ah, kayak sama siapa ae kamu ini.”

“Mau masuk dulu nggak?”

“Boleh? ada siapa aja di dalem?”

“Boleh lah. Lengkap semuanya ada, cepetan nanti masuk angin di luar terus!”

— “Mamiii, ada Jerry niii.”

Seseorang yang dipanggil mami pun menghampiri keduanya, sambil senyam-senyum. Tatapan yang amat tidak bisa diartikan kalau menurut Naura.

“Kiw, sopo ini?” goda Mami.

“Jerry mi jerry, temen Naura sama Aja sama Nanda juga kok.”

“Hmm temen ya? ganteng ce, kok gak pacaran aja?”

Deg!

Jerry ingin kabur saja rasanya, apa ini tandanya ia diberi lampu hijau oleh mami mertua? eaaa. Rasa malu membuat Jerry salah tingkah, demi Tuhan terbersit rasa menyesal mengiyakan ajakan Naura mampir terlebih dahulu.

“Ah opo sih mami, dah aku mau naik, greges semua badanku,”

“Nak Jerry ikut aja ke atas gak papa tapi pintunya dibuka ya.”

“Eh? gak papa tan emangnya?”

“Kok panggil tan sih, mi aja gak papa keles, santai doonngg. Gak papa cepetan sanaaa.”

“Hehe oke mi, Jerry naik sek ya.” Jerry berjalan sambil menggaruk bagian belakang kepalanya, dirinya malu.

Tok tok!

“Nau? kalo di depan sini masih kuat gak?” tanyanya setelah mengetuk pintu kamar Naura.

Ceklek

“Kuat Jerry, aku cuma flu kaliii,”

“Maaf ya tak tinggal tadi, mami suka ngelantur emang kalo ketemu cowok ganteng.”

Ya ampun harus bersikap seperti bagaimana lagi Jerry sekarang. Naura mengatakan bahwa dirinya tampan? secara langsung? ya Tuhan ingin hilang saja rasanya dari bumi, kata Jerry.

“Sini jer duduk,” panggil Naura sambil menepuk ruang kosong di sampingnya. Setelah duduk lagi-lagi Naura dikagetkan dengan Jerry yang tiba-tiba menempelkan tangannya ke dahi Naura, mengisyaratkan sedang mengecek suhu tubuh perempuan di depannya.

“Wuihh, bisa masak mie sih ini!” sambil memasang gesture kepanasan seperti habis tersumat api.

“APA SEH JERRY!!!”

“Jangan sakit-sakit toh, Nau, ya?? jangan sakit yaa??”

“Hmm,” balas Naura sambil mengotak-atik laptop di pangkuannya.

“Kenapa kok kamu bukan pacarku aja sih?” gumam Jerry, sangat pelan.

“Hah?”

“Hah? gak gakpapa.”

“Jangan macem-macem ya kamu jer!!”

— “Wes aku tak pulang ya, gak enak kalo lama-lama, salam ke mami ya,”

“Aku buru-buru maaf yaaaa, besok kalo disuruh mampir lagi, aku samperin wes.” disambung dengan gelak tawa dari Jerry.

“Heh, ngapain? gak usah. Aku gak usah dianter keluar, kamu disini ae, makan yang banyak, istirahat yang cukup, jangan lupa minum obat. Yang terakhir jangan lupa mikirin aku.” tambahnya.

Naura yang mendengar itu hampir saja tersedak, banyak sekali yang ia tidak tahu, sebenarnya apa saja yang Jerry dan maminya bicarakan saat di bawah tadi? Ia bingung kok bisa-bisanya Jerry langsung memanggil maminya dengan sebutan mami juga.

“ATI-ATI JERRY, MAKASIH YA!!!”

- - - - -

EAAAAAAA KAPAL RARRY [naura, jerry] BERLAYAR YGX NIIII