Titik awal pengkhianatan?
CW // kiss So many harsh words guys please be wise.🙏🏻
- POV Arzi
Setelah gue mendapati chat dari Helenna yang selalu gak bisa gue tolak itu akhirnya gue bersiap untuk pergi ke rumahnya.
Dalam perjalanan, gue sambil mencoba menerka apa sebenernya model dari mimpi buruk yang dia bilang itu, mimpi buruk yang katanya mengusik dia, bener atau cuma akal-akalan dia? Aneh, setiap gue lagi mesra-mesraan sama Naya sebentar, dia selalu aja muncul untuk jadi penengah di antara gue dan Naya.
Jangan tanya kenapa gue selalu turutin Helenna. Gue tau gue berengsek, mungkin lebih dari itu. Ada alasannya kenapa gue gak bisa nolak Helenna.
Almarhumah mamanya yang dimana temen deket nyokap gue pernah kasih wasiat ke gue. Berupa janji untuk jagain anaknya yaitu Helenna.
Masalahnya sekarang adalah gue udah punya Naya dan gak bisa selamanya kayak gini, Helenna have crossed her limit, harus Naya yang selalu gue korbanin perasaannya.
Ceklek
Gue langsung masuk ke rumah Helen tanpa basa-basi dan langsung cari keberadaan dia. Memang terkesan gak sopan tapi rumah Helen udah kayak rumah gue sendiri.
“What's wrong?” dua kata pertama yang keluar dari mulut gue.
“Nothing, it's just I wanna cuddle with you.” jawabnya sambil menarik tangan gue, mengisyaratkan agar gue duduk di sebelahnya.
“Len, kalo lo cuma mau main-main, gue pergi.”
“Mau minum apa, Mar?” balasnya mengalihkan pembicaraan.
“Gak usah, to the point aja lo mau apa.”
“Oke jus jeruk ya.” selanya kemudian meninggalkan gue sendirian di sofa.
- POV Helenna
“Kenapa lo gak mau notice gue lagi sih, Marziano?”
“Cantikan juga gue dari pada Naya pacar lo yang penyakitan itu.”
Itu monolog dari Helenna, ia diam-diam membicarakan Arzi dan Naya saat membuat minuman.
“Tunggu aja, bentar lagi juga lo luluh lagi sama gue, Mar.”
- POV Arzi
“Nih, minum ya.” katanya sambil menyodorkan jus jeruk.
“Thanks.”
Kami berdua gak banyak bicara, hanya sekedar diam dan sesekali beradu tatap. Gue berusaha membaca apa sebenarnya yang bocah di depan gue ini inginkan, tapi ternyata gak bisa. Agaknya dia memang cuma bohong supaya bisa nempel-nempel sama gue.
Karena kebosanan yang melanda akhirnya gue memutuskan untuk mainin hp gue. Gue jelas banget lihat ada notifikasi spam chat dari Naya. Gue merasa makin berengsek sekarang.
“Hey, look at me.” kata perempuan di sebelah gue, sambil memegang dagu gue guna menolehkan kepala gue ke arahnya.
Gue cuma diem dan membalas dengan mengangkat satu alis gue yang mungkin bisa diartikan sebagai, “What?”
Cup
Detik itu juga gue langsung mendorong kasar tubuh Helenna, dalam hati gue bersumpah serapah. Bahkan Naya yang notabenenya pacar gue aja gak pernah sentuh bibir gue, bisa-bisanya orang ini..
“Helenna, what the fuck!“
“I know you need it, Marziano.” balasnya sambil berbisik pelan di telinga kanan gue.
“Len, jangan keterlaluan please. Gue udah terlalu berengsek dengan ninggalan Naya demi nemuin lo tapi lo malah nyalahguna-”
Gue dibuat kaget lagi, Helenna menyambar bibir gue lagi, dia memotong pembicaraan gue. Let's say I'm the most stupid man in this world. Bibir Helenna manis, gue.. gue mau lagi. Gue gak munafik tapi gue memang butuh ini. Gue butuh ini dari Naya but she can't give it to me, yet.
Helenna dengan gak sopannya mulai meminta akses untuk menjelajahi lebih lagi dan bodohnya gue turutin itu. Gue hanyut, gue.. rasa bersalah gue ke Naya direngkuh penuh sama rasa berengsek dan nafsu semata karena ciuman bangsat ini. Gue lupa kalau gue punya Naya.
Arzi lupa posisi hpnya sekarang sedang membuka roomchatnya dengan Naya, bahkan ia belum sempat membaca pesan-pesan dari kesayangannya itu.