Bahagia yang tak lagi tergenggam (?)
“Mau ngomong apa jer?” tanya Naura to the point.
“Aah, ini loh,”
“Yaa, apa???”
“Kalo kamu ada yang mau diomongin gak?”
“Jer, kebiasaan deh. Kan yang mau ngomong kamu?”
“Kamu kenapa deh, Nau? gak enak badan? ato lagi dapet? jangan galak-galak aku takut.”
Sepuluh, dua puluh, tiga puluh detik keduanya terdiam. Maksud kedatangan Jerry kesini adalah untuk menceritakan kabar yang entah bahagia atau tidak didengar oleh Naura, soal ia akan berangkat ke Korea. Lagi, semua malah berujung berantakan, Jerry pulang dengan rasa ketidaklegaan yang masih menyelimuti.
“Jer,” yang dipanggil menolehkan kepala.
“Kamu gak percaya ya sama aku?”
“Maksudnya?”
“Kamu anggep aku apa sih selama bertahun-tahun ini kita temenan?”
“Emangnya kenapa? kok tiba-tiba nanya gitu?” jawabnya sambil tak lupa menunjukkan senyum bulan sabit kepunyaannya.
“Kamu kenapa gak pernah cerita kalo kamu punya kakak? Calvin yang pernah ada di tweet kamu itu bukan kakak kelas kamu kan? tapi kakak kandung kamu, iya kan?
Emangnya susah ya jer untuk sekedar cerita kek “eh aku punya kakak loh” or something like that? Apa yang lagi berusaha kamu sembunyiin dari aku?
I know it's your privacy but untuk tau kamu punya kakak atau enggak that's fine isn't it? wajar aku sekarang bersikap kayak gini, soalnya aku ngerasa, I feel like I'm worthless jerry. Kita temenan bertahun-tahun tapi untuk sekedar cerita aja kayaknya kamu ragu ya sama aku?”
Hampir tiga menit Jerry terdiam setelah ungkapan panjang Naura barusan, harus menjawab apa kalau Naura sudah seperti ini? Jerry tau ini salah, hanya saja, ia melakukan ini karena suatu alasan, bukan sekedar dasar sifat kekanakan saja.
“Kenapa diem aja? gak bisa jawab aku?”
“Nau, bukan gitu,”
“Aku lakuin semua ini ada alesannya kok, dengerin aku dulu ya? ya?”
“I think I can't, Jerry.”
“Nau? please?”
“Sorry. Kamu pulang ya? Maaf, I need some time alone.”
“Nau.. one more chance, please?”
“Aku gak sebenci itu sama kamu jer.”
“Then lemme explain,”
“Jer pulang ya? makasih bobanya, aku suka. Maaf ya. Hati-hati di jalan, jangan lupa sampe rumah cuci tangan sama kaki, minum air putih juga yang banyak ya.”
Tuturnya, padahal suasana hatinya sedang kesal tapi masih sempat-sempatnya ia mengingatkan Jerry layaknya Ibu mengingatkan anaknya.
“*Well.. okay if that's want you want. Sorry Nau, aku pulang.”