Last goodbye.
Jerry, Nanda, Rega juga Aja tentunya sudah berada di bandara sekarang. Ini sudah pukul setengah empat sore yang dimana setengah jam lagi keberangkatan mereka ke Negeri Gingseng.
“Lempeng banget Pak mukanya, kenapa?” Aja yang berbicara, ditujukan untuk Jerry.
“Wis bilang Naura toh? deal kan? baik?” sahut Rega menyela.
Yang diajak bicara diam saja, deal apanya? Nauranya saja sedang marah, tidak ada kabar sejak dua minggu yang lalu. Bukan baik yang ada Jerry berasa meninggalkan suatu tanggung jawab kali ini, karena Naura dan dirinya belum juga berbaikan.
“Heh! diajak ngomong loh malah ngelamun.” ucap Aja sambil menepuk pundak Jerry.
“Baik kok,”
“Kok ragu gitu anjir jawabnya hahaha.” sahut Nanda kini ikut menimbrung.
“Kayaknya.” sambung Jerry.
Jarum jam terus berdenting dan waktu terus berjalan, hanya merapal doa yang bisa Jerry lakukan sekarang. Berharap supaya Naura baik-baik saja tentunya, semoga kesayangannya itu selalu bahagia. Karena entah bisa bertemu kembali atau tidak nantinya maka Jerry harap yang terbaik saja.
“Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Jakarta dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12.”
“Ah, panggilan sialan itu!” Batin Jerry. Tak munafik, Jerry masih berharap Naura muncul di hadapannya sekarang, hanya sekedar mengucapkan selamat tinggal, oh bukan selamat tinggal tapi sampai jumpa lagi, itu saja bisa membuatnya tenang. Satu, dua, tiga kali pikirnya pasrah, ya sudah lah, ini sudah jalannya. “See you when I see you, Naura.” dalam hatinya, sambil beranjak dari tempat duduk dan mulai menggeret kopernya.
Tbc.
- - - - - -
BELUM SELESAI LADIES AND GENTLEMAN.
- - - - - - -
“JERRY!”
Deg!
Jerry berhenti sebentar, batinnya, “suara itu, suara itu.”
“REK BENTAR DENGER SUARA MANGGIL NAMAKU GAK BARUSAN?” tanyanya pada temannya sedikit antusias.
“Hah? mana? ayo jalan lagi Jer cepetan ah!” balas Rega.
“JERRY TUNGGU!”
Seettt.. Keempatnya menoleh bersamaan, benar saja ada yang memanggil nama Jerry barusan dan ternyata ini orangnya.
Hah hah hah. Nafas menderu dari mulut Naura, terbata-bata karena berlarian. Ya, itu suara Naura.
Bug!
Bukan suara pukulan, itu suara pelukan. Naura memeluk Jerrynya sekarang. Bagaimana dengan yang lain? Disapa dengan senyum saja, betapa irinya mereka.
“Maafin aku.”
“Buat apa?”
“Nyuekin kamu. Maaf aku gak tau kamu bakal berangkat secepet ini,”
“Kalo aku minta jangan pergi, ah aku egois banget ya? Maaf.” tambahnya.
Naura berucap dengan posisi masih di dekapan Jerry, suaranya teredam karena dada bidang Jerry.
Jerry terus-terusan mengucapkan kata terimakasih pada Tuhan, doanya sungguh terkabul, bahkan Tuhan memberinya lebih. Naura ada di dekapannya sekarang.
“Kami bertiga duluan ya, Love Bird. Omongin dulu baik-baik tapi jangan lama-lama, bentar lagi nih bentar lagi.” ucap Nanda.
Tersisa Jerry dan Naura berdua saja sekarang. “Jangan nangis.” kata Jerry.
“Gak bisa, aku childish banget. Maafin aku.”
“Lepas dulu dong peluknya, aku kan masih disini, kalo orang lagi ngomong ditatap matanya, cantik.”
“Sekarang aja disininya, habis gini kan pergi.”
“Hei, lihat aku, Nau. 5 menit aja aku ngomong, kasih aku kesempatan ya? buat yang terakhir.”
Yang dipanggil mendongakkan kepala, tanpa melepas pelukan.
“Aku pergi dulu ya?”
Tes. Sudah terasa ada yang basah kah di pelupuk mata kalian sekarang? Sebab Naura sudah.
“Bahagia ya di Surabaya? Maaf aku belum bisa ungkapin banyak hal selama aku sama kamu but I've tried my best, Nau. Maaf aku belum bisa nemenin kamu lebih lama lagi disini,”
“Udah baca semua chat dari aku? Harusnya udah ya kalo kamu sampe nyamperin kesini. Makasih ya?”
“Jangan tanya makasih buat apa, jawabannya aku sendiri juga gak tau buat apa karena semua hal yang aku lakuin selama sama kamu itu hal yang harus banget disyukuri dan aku patut berterimakasih sama kamu. Aku sayang banget sama kamu, Nau. No, bukan sayang lagi I guess. But I love you Nau, so much. Gak berhenti aku ulang-ulang ini, kamu harus bahagi ya Nau disini. Even though we can't sharing thoughts like we used to do but I'm still here, Nau. Always.” ucap Jerry sambil menunjuk Naura di bagian dimana biasa orang menyebut itu hati.
“I love you too, Jer. I do. Really do.” ucap Naura dalam hatinya. Jangan marah padanya, ia hanya merasa tak pantas, Jerry harus menempuh hidupnya di negeri seberang, tanpa pikiran soal perasaan Naura. Biar saja perasaan ini jadi miliknya sendiri, yang penting ia sudah tahu kalau sesungguhnya Jerry bereaksi.
“Soal Calvin, aku juga minta maaf udah sembunyiin semuanya dari kamu. Aku gak pernah ada maksud apa-apa, aku cuma gak suka sama gimana cara koko dapet apa yang dia mau dengan mudah, sedangkan aku enggak. Aku juga mau dapet apa yang aku mau, termasuk mencintai dan menjaga kamu, Nau. Menjaga kamu sekaligus memastikan kamu baik-baik aja itu udah jadi kebahagiaan tersendiri buat aku dan aku gak mau kalo sampe koko ambil itu semua dari aku.”
“Jerry, aku bakal bahagia disini, buat kamu. Kamu juga harus bahagia ya? Aku gak tau kenapa Tuhan pisahin kita dengan cara kayak gini but I'm still happy karena kamu pergi buat diri kamu sendiri, buat banggain aku dan orang-orang yang kamu sayangi,”
“No, jangan bahagia buat aku. Bahagia buat diri kamu sendiri, cantik. You deserve it.” sela Jerry.
“Sampai ketemu lagi cantiknya aku. Be happy ya, jangan lupa selalu jaga kesehatan. Sukses terus ya, Nau.” ucap Jerry mungkin untuk yang terakhir, sambil melepas dekapan Naura disambung dengan sedikit mengusap pucuk kepala perempuan di depannya.
“Aku duluan. Good bye cantik.”
Yang diajak bicara diam saja, hanya menatap mata lawan bicaranya sambil terus-terusan meneteskan air mata. Tatapan yang seakan mengharap agar lelaki di depannya menetap.
“Jangan nangis lagi. Aku beneran pergi ya sekarang. Pulang gih, hati-hati ya.” ucap Jerry, mulai berjalan menjauh dari Naura dan melambaikan tangannya.
“JERRY! I LOVE YOU TOO!” ucap Naura berteriak, di tengah kerumunan orang. Ia melawan niatnya ternyata. Logikanya dikalahkan. Ia mengatakannya barusan.
Yang dipanggil menoleh sedikit, memasang senyum tipis, dan melambaikan tangannya lagi. Kemudian melanjutkan perjalanannya lagi.
“See you when I see you, cantik. I know we'll meet again soon. I love you, so much.” gumam Jerry sambil berjalan menghadap ke depan.