tuanmudalee

End?

Bruaakkk!

Bisa dilihat Jav dan Ansel berjalan semakin dekat. Para pesuruh orang yang bernama Bryan itu sudah siap dengan menodongkan pistol ke arah dua pemuda itu.

“Turunin pistol, gue Ansel, dasar pesuruh bodoh” sela Ansel.

“Akhirnya datang juga kamu Ansel Pradigta, anak gak tau terimakasih.

Sudah papa bilang jangan macam-macam di belakang papa. Kamu kira papa gak tau kamu berbuat apa aja selama ini?” sahut Bryan.

“Papa gue udah mati” balas Ansel dingin.

Pesuruh Bryan kembali menodongkan pistol ke arah Ansel.

“Sekali lagi gue beri peringatan. Kalian berani tarik pelatuk itu, kalian tau akibatnya” tegas Ansel.

Di sisi lain, Javiero yang pengen banget menghampiri Jibran seakan tertahan dan membatu di tempatnya berpijak sekarang. Jibran lagi diambang kematian dan Javiero merasa gak berguna sekarang. Dek, lo adek gue jadi lo harus kuat, batin Jav sambil melakukan kontak mata dengan Jibran sebagai isyarat.

Selang beberapa menit saja tiba-tiba adegan dramatis ini terinterupsi,

“Cukup Bryan” muncul satu suara berbeda yang terdengar dari arah pintu gudang. Lelaki dengan tubuh cukup tinggi dengan setelan classic layaknya seorang Ayah anak dua.

Waktu cahaya memperlihatkan keberadaan orang itu, ternyata benar saja, orang itu adalah Ayah. Ayah Tito.

“Ayah? kok...” sela Jav.

Jibran dan Ansel masih melongo.

Atmosfir semakin panas dan menegangkan semenjak Tito datang.

“Nanti ayah jelaskan..” jawabnya.

“Lo kok bisa ngomong? gue kurang nyiksanya waktu itu? masih gak kapok ya?” balas Bryan.

“Gak akan saya kapok menghadapi sampah yang bahkan di daur ulang saja gak bisa, kayak kamu,

Oh iya, bahkan rencana saya apa saja gak ketebak ya sama otak udang kamu itu? Oh iya, karena saya masih punya rasa simpati jadi saya merasa sangat iba terhadap kamu sekarang”

“Sialan! Lo kalo berani panggil polisi anak kesayangan lo ini gue tembak”

“Sorry. Terlambat sih kamu bilangnya”

Dor! Suara tembakan ke arah langit yang dikeluarkan oleh salah satu polisi yang dibawa Tito.

Dor! Suara tembakan lagi, kali ini ke arah Bryan, ditembakkan pistol itu ke arah kakinya sehingga ia tak bisa kabur, begitu juga dengan pesuruh-pesuruhnya.

Namun, sepertinya semesta tidak sepenuhnya berpihak pada keluarga Tito. Sebelum Bryan kena tembak di kakinya, ia sudah lebih dulu menembak lengan kanan Jibran.

Headache

tw // abusive, blood, anxiety


Dukkk!

Setelah terdengar bunyi itu, penglihatan dan pendengaran Ji mulai samar. Kepalanya sangat cecenutan, bisa ia rasakan kalau sebentar lagi dirinya pingsan.

Selang 30 menit semenjak ia tak sadarkan diri, ji akhirnya buka mata. Hanya ruangan gelap yang bisa dilihatnya, ia sedang berada di dalam ruangan semacam gudang sekarang, ditambah ada rasa sedikit perih yang ia rasakan di bagian kaki, tangan, dan sekitar mulutnya.

Ya, ji diikat di kursi dengan tali, bisa dipastikan ikatannya kuat banget. Bahkan mulutnya terasa seperti disobek saja. Matanya yang masih remang masih mampu melihat, perlahan ada seseorang yang berjalan semakin dekat ke arahnya.

“Siapa lo!” bentak Jibran dengan nada sok berani.

“Ssshh, dasar anak kecil, kamu gak tau siapa saya ya? Kasihan sekali, kemana kakakmu dan teman setiamu itu?” katanya, sambil sesekali menggores tipis leher Jibran dengan pisau.

“Lepasin gue lo bajingan!”

“Jangan macam-macam dengan saya atau Tito yang saya jadikan korban selanjutnya”

“Anjing” sela Jibran.

“Ayah bisumu itu bisa apa, dimana dia sekarang? bahkan gak datang mencarimu”

Orang itu sedikit memperdalam goresan pisaunya ke leher Jibran. Leher Jibran yang awalnya hanya ada goresan tipis kini sudah mulai kelihatan darah mengalir dari sana.

“Tolong ambilkan pistol di laci, mau langsung saya tembak mati saja anak ini” kata seorang itu pada pesuruhnya.

“Gue salah apa sih sama lo?”

“Kamu dan keluargamu itu salah karena hidup di dunia ini. Sampah kayak kalian pantasnya mati saja, saya sudah muak”

Ji terkekeh pelan, “Bilang aja lo iri sama ayah gue, bilang aja lo iri sama mamanya Ansel, dan bilang aja lo iri sama semua yang ada di dunia ini karena semesta gak pernah kasih sekalipun kesempatan berharganya untuk lo”

“Ya iyalah semesta gak pernah berpihak, buat apa? orang gak berguna kayak lo masa dikasih kesempatan” tambah Ji, sambil terkekeh lagi.

“Sialan!” plak! balas orang itu sambil menampar pipi Jibran dengan kencang.

“Gue tau semuanya bryan. Lo pilih stop sekarang atau gue yang bikin lo makin hancur di waktu yang akan datang”

“Makannya saya mau bunuh kamu supaya gak ada yang akan bungkam saya”

“Pengecut” sela Jibran.

Seorang itu hendak menarik pelatuk pistolnya namun pintu gudang langsung terbuka lebar dan memunculkan dua orang yang tidak lain lagi yaitu Javiero dan Ansel.

Hilang

Javiero yang tau adeknya sudah gak ada di kamar dan Ansel yang sedikit panik karena Jibran gak segera menjawab chatnya, keduanya langsung bergegas pergi secara bersamaan.

Yang ada di pikiran Ansel adalah papa tirinya yang ambil tindakan terhadap Jibran.

Sedangkan yang ada di pikiran Jav adalah adeknya hilang, keluar rumah dan gak ada kabar.

Tempat pertama yang Ansel tuju yaitu toserba tempat biasa mereka bertemu, sedangkan yang Jav tuju adalah starbruks, yaa tempat biasa mereka nongkrong.

Gak ada yang nemuin Jibran tapi malah mereka berdua yang saling menabrakkan daksa secara tidak sengaja.

“Lah lo” kata Jav.

“Lo gak macem-macem kan sama adek gue? mana jibran?” tambahnya.

“Gue gak ngerti. Gue juga lagi cari jibran”

“Sialan!” hampir saja Jav mau buat bonyok muka lawan di depannya tapi terhenti karena tujuannya adalah mencari adeknya bukan bertarung.

“Sampe ini ada kaitannya sama lo, lo tau akibatnya” tegas Jav.

“Sorry”

“Gue cari ke belakang cafe, lo cari di jalan sebrang” sahut Ansel.

Bad feelings?

Setelah mendapat chat dari nomor baru yang katanya pemiliknya adalah Ansel, Jibran pun siap-siap otw ke Gang Manggis.

Sepanjang perjalanan Jibran bermonolog, apa iya perasaan gak enak gue gara-gara ini? Ansel kenapa dah?

Tak butuh waktu lama untuk berjalan ke Gang Manggis hanya saja Jibran agak ragu karena Gang Manggis terkenal selalu gelap, sepi, dan terlebih lagi tidak ada cctv. Kalo ada apa-apa nanti nasib gue gimana? batin Jibran.

Sampailah di tempat, namun Jibran belum melihat kehadiran Ansel disana, hanya ada seseorang berpakaian serba hitam berjarak kurang lebih 100m dari tempatnya berdiri sekarang.

Dukkk!

Cerita.

Penasaran gak Ansel cerita apa?


  • Start -

“Gimana Sel?” sela Jibran.

“Gue bikin poin-poin ya Ji biar gampang. Jujurly banyak banget soalnya”

“Buruan” sahut Jibran.

“Jangan sela gue sebelum gue ngomong selesai”

“Satu, mulai dari kenapa gue mau bantu lo. Gue mau bantu lo karena gue ngerasa bokap gue udah keterlaluan. Lo tau alasan kenapa gue suka gangguin lo? Itu karena tuntutan bokap gue”

“Dua, lo tau kenapa bokap gue nyuruh gue untuk jadi sebrengsek ini? karena dia gak suka sama Ayah lo, Tito. Dia benci sama Ayah lo dan dia mau keluarga lo musnah aja dari dunia ini. Ayah lo itu saingan bisnis bokap gue tapi menurut gue bokap gue terlalu toxic dalam menyikapi persaingan ini dan masih ada satu hal lagi habis gini”

“Tiga, lo tau alasan kenapa Ayah lo bisu dan alasan kenapa gue gedek sama bokap gue?”

“Apa?” sahut Jibran.

“Ayah lo bisu karena kecelakaan dimana kecelakaan itu dilalui bareng bokap gue”

“Ya, mereka berantem, ngerebutin Bunda lo, Karin. Bokap gue cinta mati sama Bunda lo, pengen ngerebut tapi Ayah lo kan hebat banget, orang berengsek kayak dia mana bisa dapet kesempatan?

Selain itu, lo tau AJ Company, perusahaan daur ulang terbesar di kota ini? Itu dulu namanya JJ Company, Javiero-Jibran Company, itu dulu milik Ayah lo. Tapi direbut sama bokap gue secara cuma-cuma.

Soal kecelakaan, kenapa disebut kecelakaan? karena salah satu dari organ tubuh Ayah lo, yaitu pita suaranya, kena serang sama bokap gue waktu itu dan ternyata itu akibatnya fatal, berakhir bokap lo gak bisa ngomong. Gue.. minta maaf banget, Ji..

Ayah lo orang hebat, Ji. Ayah lo itu malaikat”

“Mengenai alasan gue kenapa pengen banget hancurin bokap gue, karena dia bunuh nyokap gue, Ji...

Gue belum punya cukup bukti yang kuat kala itu, ya apa daya gue cuma anak kecil? Gue tau bokap gue itu tujuan hidupnya cuma uang, uang, uang. Dia bunuh nyokap gue karena nyokap gue itu investor terbesar di JJ Company waktu itu. Waktu itu perusahaan bokap gue, ya bisa dibilang anak perusahaan dari JJ Company dan waktu itu lagi butuh donatur karena mulai runtuh perusahaannya. Bokap gue minta nyokap gue untuk investasi di perusahaan dia, tapi nyokap gue gak mau karena kinerja perushaan bokap gue gak sebagus punya Ayah lo”

“Dan asal lo tau, bokap gue itu bukan bokap kandung gue. Dia angkat gue jadi anak dengan embel-embel mau jagain gue karena mama udah gak ada. Padahal dia yang bunuh haha”

“Dia gak tau apa dampaknya setelah gue segede ini. Gue bikin hancur habis-habisan orang itu, gak akan gue kasih ampun” tambah Ansel.

“Selesai”

Jibran masih terdiam, berusaha mencerna semua kalimat Ansel yang layaknya hanya sebuah khayalan belaka.

“Tunggu Sel”

“Ayo bales pake cara yang smart. Cara yang dia bahkan gak bisa nebak apa strateginya, apa tujuannya, apa hubungannya. Semuanya. Jangan biarin orang kayak dia lolos” sahut Jibran tiba-tiba.

“Oh iya. Soal yang gue bilang nomer gue dilacak, itu lagi-lagi ulah bokap gue. Dia kira gue nurutin dia dengan manfaatin lo selama di deket gue padahal gue bantuin lo untuk ungkap semuanya”

“Thanks ya sel. Soal mama lo, gue turut berduka cita ya. Lo kudu kuat, kita kan sama-sama gak punya ibu HAHAHAAA”

“Sip. Makasih banyak ya Ji. Kali ini gue gak salah ambil keputusan untuk bantuin lo, lo emang hebat banget” balas Ansel.

Yaa jadi seperti itulah ceritanya teman-teman. Kaget gak? Greget gak?

Cerita.

Penasaran gak Ansel cerita apa?


  • Start -

“Gimana Sel?” sela Jibran.

“Gue bikin poin-poin ya Ji biar gampang. Jujurly banyak banget soalnya”

“Buruan” sahut Jibran.

“Jangan sela gue sebelum gue ngomong selesai”

“Satu, mulai dari kenapa gue mau bantu lo. Gue mau bantu lo karena gue ngerasa bokap gue udah keterlaluan. Lo tau alasan kenapa gue suka gangguin lo? Itu karena tuntutan bokap gue”

“Dua, lo tau kenapa bokap gue nyuruh gue untuk jadi sebrengsek ini? karena dia gak suka sama Ayah lo, Tito. Dia benci sama Ayah lo dan dia mau keluarga lo musnah aja dari dunia ini. Ayah lo itu saingan bisnis bokap gue tapi menurut gue bokap gue terlalu toxic dalam menyikapi persaingan ini dan masih ada satu hal lagi habis gini”

“Tiga, lo tau alasan kenapa Ayah lo bisu dan alasan kenapa gue gedek sama bokap gue?”

“Apa?” sahut Jibran.

“Ayah lo bisu karena kecelakaan dimana kecelakaan itu dilalui bareng bokap gue”

“Ya, mereka berantem, ngerebutin Bunda lo, Karin. Bokap gue cinta mati sama Bunda lo, pengen ngerebut tapi Ayah lo kan hebat banget, orang berengsek kayak dia mana bisa dapet kesempatan?

Selain itu, lo tau AJ Company, perusahaan daur ulang terbesar di kota ini? Itu dulu namanya JJ Company, Javiero-Jibran Company, itu dulu milik Ayah lo. Tapi direbut sama bokap gue secara cuma-cuma.

Soal kecelakaan, kenapa disebut kecelakaan? karena salah satu dari organ tubuh Ayah lo, yaitu pita suaranya, kena serang sama bokap gue waktu itu dan ternyata itu akibatnya fatal, berakhir bokap lo gak bisa ngomong. Gue.. minta maaf banget, Ji..

Ayah lo orang hebat, Ji. Ayah lo itu malaikat”

“Mengenai alasan gue kenapa pengen banget hancurin bokap gue, karena dia bunuh nyokap gue, Ji...

Gue belum punya cukup bukti yang kuat kala itu, ya apa daya gue cuma anak kecil? Gue tau bokap gue itu tujuan hidupnya cuma uang, uang, uang. Dia bunuh nyokap gue karena nyokap gue itu investor terbesar di JJ Company waktu itu. Waktu itu perusahaan bokap gue, ya bisa dibilang anak perusahaan dari JJ Company dan waktu itu lagi butuh donatur karena mulai runtuh perusahaannya. Bokap gue minta nyokap gue untuk investasi di perusahaan dia, tapi nyokap gue gak mau karena kinerja perushaan bokap gue gak sebagus punya Ayah lo”

“Dan asal lo tau, bokap gue itu bukan bokap kandung gue. Dia angkat gue jadi anak dengan embel-embel mau jagain gue karena mama udah gak ada. Padahal dia yang bunuh haha”

“Dia gak tau apa dampaknya setelah gue segede ini. Gue bikin hancur habis-habisan orang itu, gak akan gue kasih ampun” tambah Ansel.

“Selesai”

Jibran masih terdiam, berusaha mencerna semua kalimat Ansel yang layaknya hanya sebuah khayalan belaka.

“Tunggu Sel”

“Ayo bales pake cara yang smart. Cara yang dia bahkan gak bisa nebak apa strateginya, apa tujuannya, apa hubungannya. Semuanya. Jangan biarin orang kayak dia lolos” sahut Jibran tiba-tiba.

“Oh iya. Soal yang gue bilang nomer gue dilacak, itu lagi-lagi ulah bokap gue. Dia kira gue nurutin dia dengan manfaatin lo selama di deket gue padahal gue bantuin lo untuk ungkap semuanya”

“Thanks ya sel. Soal mama lo, gue turut berduka cita ya. Lo kudu kuat, kita kan sama-sama gak punya ibu HAHAHAAA”

“Sip. Makasih banyak ya Ji. Kali ini gue gak salah ambil keputusan untuk bantuin lo, lo emang hebat banget” balas Ansel.

Yaa jadi seperti itulah ceritanya teman-teman. Kaget gak? Greget gak?

Cerita.

Penasaran gak Ansel cerita apa?


  • Start -

“Gimana Sel?” sela Jibran.

“Gue bikin poin-poin ya Ji biar gampang. Jujurly banyak banget soalnya”

“Buruan” sahut Jibran.

“Jangan sela gue sebelum gue ngomong selesai”

“Satu, mulai dari kenapa gue mau bantu lo. Gue mau bantu lo karena gue ngerasa bokap gue udah keterlaluan. Lo tau alasan kenapa gue suka gangguin lo? Itu karena tuntutan bokap gue”

“Dua, lo tau kenapa bokap gue nyuruh gue untuk jadi sebrengsek ini? karena dia gak suka sama Ayah lo, Tito. Dia benci sama Ayah lo dan dia mau keluarga lo musnah aja dari dunia ini. Ayah lo itu saingan bisnis bokap gue tapi menurut gue bokap gue terlalu toxic dalam menyikapi persaingan ini dan masih ada satu hal lagi habis gini”

“Tiga, lo tau alasan kenapa Ayah lo bisu dan alasan kenapa gue gedek sama bokap gue?”

“Apa?” sahut Jibran.

“Ayah lo bisu karena kecelakaan dimana kecelakaan itu dilalui bareng bokap gue”

“Ya, mereka berantem, ngerebutin Bunda lo, Karin. Bokap gue cinta mati sama Bunda lo, pengen ngerebut tapi Ayah lo kan hebat banget, orang berengsek kayak dia mana bisa dapet kesempatan?

Selain itu, lo tau AJ Company, perusahaan daur ulang terbesar di kota ini? Itu dulu namanya JJ Company, Javiero-Jibran Company, itu dulu milik Ayah lo. Tapi direbut sama bokap gue secara cuma-cuma.

Soal kecelakaan, kenapa disebut kecelakaan? karena salah satu dari organ tubuh Ayah lo, yaitu pita suaranya, kena serang sama bokap gue waktu itu dan ternyata itu akibatnya fatal, berakhir bokap lo gak bisa ngomong. Gue.. minta maaf banget, Ji..

Ayah lo orang hebat, Ji. Ayah lo itu malaikat”

“Mengenai alasan gue kenapa pengen banget hancurin bokap gue, karena dia bunuh nyokap gue, Ji...

Gue belum punya cukup bukti yang kuat kala itu, ya apa daya gue cuma anak kecil? Gue tau bokap gue itu tujuan hidupnya cuma uang, uang, uang. Dia bunuh nyokap gue karena nyokap gue itu investor terbesar di JJ Company waktu itu. Waktu itu perusahaan bokap gue, ya bisa dibilang anak perusahaan dari JJ Company dan waktu itu lagi butuh donatur karena mulai runtuh perusahaannya. Bokap gue minta nyokap gue untuk investasi di perusahaan dia, tapi nyokap gue gak mau karena kinerja perushaan bokap gue gak sebagus punya Ayah lo”

“Dan asal lo tau, bokap gue itu bukan bokap kandung gue. Dia angkat gue jadi anak dengan embel-embel mau jagain gue karena mama udah gak ada. Padahal dia yang bunuh haha”

“Dia gak tau apa dampaknya setelah gue segede ini. Gue bikin hancur habis-habisan orang itu, gak akan gue kasih ampun” tambah Ansel.

“Selesai”

Jibran masih terdiam, berusaha mencerna semua kalimat Ansel yang layaknya hanya sebuah khayalan belaka.

“Tunggu Sel”

“Ayo bales pake cara yang smart. Cara yang dia bahkan gak bisa nebak apa strateginya, apa tujuannya, apa hubungannya. Semuanya. Jangan biarin orang kayak dia lolos” sahut Jibran tiba-tiba.

“Oh iya. Soal yang gue bilang nomer gue dilacak, itu lagi-lagi ulah bokap gue. Dia kira gue nurutin dia dengan manfaatin lo selama di deket gue padahal gue bantuin lo untuk ungkap semuanya”

“Thanks ya sel. Soal mama lo, gue turut berduka cita ya. Lo kudu kuat, kita kan sama-sama gak punya ibu HAHAHAAA”

“Sip. Makasih banyak ya Ji. Kali ini gue gak salah ambil keputusan untuk bantuin lo, lo emang hebat banget” balas Ansel.

Yaa jadi seperti itulah ceritanya teman-teman. Kaget gak? greget gak?

1 minggu.

Satu minggu yang berasa satu tahun buat Jibran. Hadehh, bergaul sama Ansel selama satu minggu, enggak banget gak sihh?? batin Jibran.

Lagi-lagi, sekarang Jibran sudah di markasnya Ansel untuk investigasi, LAGI. Jibran bolak-balik mengumpat soalnya Ansel ini lama banget, dia sebenernya pup atau membuat script film action? Jibran juga berharap hari ini beneran bisa jadi hari terakhirnya investigasi, yaa sekaligus nagih hutangnya Ansel, yaitu cerita sama dia.

Gak lama dari sesi ngomongin Ansel bareng Author, Anselnya dateng, kayak orang gak bersalah tiba-tiba langsung noyor kepala Jibran dari belakang.

“Goblok anjir”

“Gak tau diri lo dasar” umpat Jibran.

“Lo gak tau rasanya pup itu terus bersarang gak mau keluar-keluar”

“Ya ngapain gue tau rasanya, OGAH BANGET”

“Ye dah gue salah. Ini mau lanjut gak?”

“Lo cerita dulu kek. Habis tu gue gak bakal berisik deh” pinta Jibran.


Sebenernya, Ansel belum mau bikin mukanya yang tampan bak akang bakwan itu bonyok tapi yaudah lah resiko dia juga, siapa suruh ngajakin Jibran?

Eh, tapi ternyata dugaan Ansel salah. Jibran bahkan gak berkutik waktu diceritain semuanya sama Ansel. Sempet sih kera baju Ansel dicengkram sama Jibran tapi Jibran lepas lagi karena yang ada di pikirannya cuma Ayah, Ayah, Ayah.

“Sorry Ji, gue selama ini jadi orang berengsek banget. Tapi sumpah gue gak pernah ada niatan buat gangguin lo di sekolah. Orang cuma tau gue karena gue penganggu, gue jadi gini karena suatu alasan juga”

“Gpp udah. Lagian biarin orang-orang menilai lo, mereka berhak menilai tapi lo juga berhak mengelak dan lo berhak untuk gak ngerespon mereka”

“Lo kok gak nonjok gue sih?” sela Ansel.

“Ngapain?”

Because I'm being such an asshole

“Gak perlu, Sel. Cukup gue tau semuanya dan cukup lo akuin aja. Lagian gue gak main kekerasan, gak level” sahut Jibran.

“Keren, kita harus jadi temen gak sih?”

“Males temenan sama lo, pup lama banget kek lagi buat script film action. Bisa mati kelaparan gue kalo besok disuruh nunggu lo lagi”

“HAHAHAAAA” suara tawa Ansel yang diiringi dengan tatapan sinis dari Jibran.

Siapa yang sangka dua insan yang awalnya terlihat musuhan malah jadi teman sekarang?

Masih sesi cerita

Jav yang mendengar itupun kaget, ternyata ada 2 hal yang udah Ji sembunyiin dari dia.

“Dek, lo juga suka dibully sama Ansel?” sela Jav.

“Sorry Kak”

“Kan kan, gini nih gak sukanya gue, pilih-pilih temen emang gak boleh, tapi kalo modelannya kayak dia aduh jauh-jauh deh, Dek”

“Terus lo percaya gitu soal dia bisa bantuin lo? Pas ternyata yang lo temuin itu si Ansel?” tambah Jav.

“Ya percaya, buktinya gue jadi bisa berkawan sama Ansel, kalo bukan gara-gara Ayah sih ogah juga gue”

“Omg omg otak gue masih mencerna” tambah Rachel.

“Bentar gue belum selesai” sela Jibran.

“Ada satu hal lagi yang bikin gue bingung”

“Apaan?” sahut Rachel.

“Kemarin gue kek ngancem dia gitu, gue bilang kalo dia nguntit gue laporin polisi. Eh ujuk-ujuk dia malah ngomong jangan main polisi dong bro, nanti juga kita yang bakal bikin laporan ke polisi, Gue langsung kek HAH?!”

“Bingung gak kalian?” tambah Jibran.

“Jangan-jangan Ansel juga ada kaitannya sama Ayah lo? tapi gak mungkin juga sih” sahut Rachel.

“Banyak banget kemungkinan 1,2,3 atau mungkin lebih kalo kita mau cari tau. Lagian gak ada yang gak mungkin juga. Ji, ikutin aja alurnya, kalo ada apa-apa kabarin gue langsung” sela Jav.

“Ansel ni beneran susah ditebak anjing, angel angel wes ta” kata Jibran.

Sesi cerita Jibran

Setelah kehebohan kecil yang ditimbulkan Rachel dan Jav, mereka pun akhirnya diajak Ji untuk ketemuan untuk bicara enam mata, yaaa kayak yang Ji janjiin waktu itu.

Di tempatnya, Rachel langsung buka obrolan karena Rachel ngerasa aneh, gimana bisa temannya itu berduaan sama si perundung itu? sejak kapan? dimana? gimana? walah banyak sekali pertanyaan.

“Gimana Ji?” ucap Rachel sambil menyeruput minumannya

Jav sedari tadi masih terdiam, ada Rachel jadi Jav bisa hanya mendengarkan saja, gak perlu bertanya.

“Ini buat Kak Jav dulu ya? first of all, gue minta maaf ya kak gue gak jujur sama lo...”

“Buat lo Chel, maaf ya lo harus ikut ngedengerin pembahasan gue sama Kak Jav” tambah Jibran.

Jav mulai bersungut-sungut pengen noyor kepala adek satu-satunya itu.

“Eits jangan marah dulu brother. Kenapa gue bisa tiba-tiba sama Ansel, karena waktu itu gue keluar rumah kak, gue mau cari Ayah. Lo waktu itu ngomong kan kalo lo gak bisa bantu gue? Yaaa ok gue cari sendiri, meskipun gue gak ngerti apa-apa, tapi ternyata Tuhan tuh merestui gue untuk cari tau soal ini semua”

“Kak, lo inget gak yang gue ngetweet soal dm gak jelas dari youneverknow halah siapa itu” tanya Jibran

“Yaa terus??” balas Jav

“Dia tiba-tiba dm gue malem itu, dia ngomong dia bisa bantu gue buat cari tau soal Ayah dan kalo gue setuju dia minta gue temui di toserba deket keberadaan gue malem itu...”

“Dan betapa terkejutnya gue, ternyata yang gue temuin itu si Ansel, cecunguk yang sukanya ngebully itu. Pantes ganggu gue mulu pake fake acc ternyata dia orangnya” tambah Jibran.

-tbc-