Headache

tw // abusive, blood, anxiety


Dukkk!

Setelah terdengar bunyi itu, penglihatan dan pendengaran Ji mulai samar. Kepalanya sangat cecenutan, bisa ia rasakan kalau sebentar lagi dirinya pingsan.

Selang 30 menit semenjak ia tak sadarkan diri, ji akhirnya buka mata. Hanya ruangan gelap yang bisa dilihatnya, ia sedang berada di dalam ruangan semacam gudang sekarang, ditambah ada rasa sedikit perih yang ia rasakan di bagian kaki, tangan, dan sekitar mulutnya.

Ya, ji diikat di kursi dengan tali, bisa dipastikan ikatannya kuat banget. Bahkan mulutnya terasa seperti disobek saja. Matanya yang masih remang masih mampu melihat, perlahan ada seseorang yang berjalan semakin dekat ke arahnya.

“Siapa lo!” bentak Jibran dengan nada sok berani.

“Ssshh, dasar anak kecil, kamu gak tau siapa saya ya? Kasihan sekali, kemana kakakmu dan teman setiamu itu?” katanya, sambil sesekali menggores tipis leher Jibran dengan pisau.

“Lepasin gue lo bajingan!”

“Jangan macam-macam dengan saya atau Tito yang saya jadikan korban selanjutnya”

“Anjing” sela Jibran.

“Ayah bisumu itu bisa apa, dimana dia sekarang? bahkan gak datang mencarimu”

Orang itu sedikit memperdalam goresan pisaunya ke leher Jibran. Leher Jibran yang awalnya hanya ada goresan tipis kini sudah mulai kelihatan darah mengalir dari sana.

“Tolong ambilkan pistol di laci, mau langsung saya tembak mati saja anak ini” kata seorang itu pada pesuruhnya.

“Gue salah apa sih sama lo?”

“Kamu dan keluargamu itu salah karena hidup di dunia ini. Sampah kayak kalian pantasnya mati saja, saya sudah muak”

Ji terkekeh pelan, “Bilang aja lo iri sama ayah gue, bilang aja lo iri sama mamanya Ansel, dan bilang aja lo iri sama semua yang ada di dunia ini karena semesta gak pernah kasih sekalipun kesempatan berharganya untuk lo”

“Ya iyalah semesta gak pernah berpihak, buat apa? orang gak berguna kayak lo masa dikasih kesempatan” tambah Ji, sambil terkekeh lagi.

“Sialan!” plak! balas orang itu sambil menampar pipi Jibran dengan kencang.

“Gue tau semuanya bryan. Lo pilih stop sekarang atau gue yang bikin lo makin hancur di waktu yang akan datang”

“Makannya saya mau bunuh kamu supaya gak ada yang akan bungkam saya”

“Pengecut” sela Jibran.

Seorang itu hendak menarik pelatuk pistolnya namun pintu gudang langsung terbuka lebar dan memunculkan dua orang yang tidak lain lagi yaitu Javiero dan Ansel.