Yang kuat, kini sakit.

Setelah Heaven membagikan lokasi dimana ia dirawat, Nanda pun langsung bergegas mengemasi barang bawaannya kemudian menancap gas motor gedenya ke arah tujuan.

Nanda itu yang paling dekat dengan Heaven, tempat pertama Heaven dalam situasi apapun. Setiap keputusan yang akan Heaven ambil, pasti dibicarakan dengan Nanda lebih dulu. Pantas saja, Nanda jadi seorang yang paling khawatir saat mengetahui Heaven dirawat di rumah sakit.

Masih ingat kan saat Heaven ingin daftar BEM secara tiba-tiba? Nanda sebetulnya sudah berusaha meyakinkan Heaven, Nanda tahu kalau organisasi itu bukan tempat bagi Heaven. Apa yang Heaven kerjakan sehari-hari juga sudah melebihi kapasitas tubuhnya—akhirnya kekhawatiran Nanda pun telah jatuh dari ujung tanduk.

Sesampainya Nanda di rumah sakit, ia langsung saja menuju ke kamar yang Heaven tempati—tentu saja setelah diintrogasi oleh petugas disana.

Ceklek

Heaven yang awalnya memejamkan mata pun membuka matanya perlahan, ia kikuk melihat kehadiran sahabatnya di ujung ruangan.

Nanda menghela nafas dalam, seakan memberi Heaven sinyal I'm so done with you.

Kok bisa sih, Ven?” tanyanya sambil berjalan mendekat.

Heaven kemudian mendudukkan diri sambil memperhatikan setiap pergerakan Nanda. “Ngapain bawa makanan banyak-banyak, gue udah bilang gue disini cuma bentarrr.” katanya saat melihat Nanda mengeluarkan makanan yang ia bawa.

Emang lu Tuhan bisa prediksi sembuhnya lu tuh kapan?” tukas Nanda sambil menoyor kepala Heaven.

Orang lagi sakit juga malah ditoyor!

Nanda duduk di kursi yang tersedia di ruangan itu. Belum ada pembicaraan sekitar 2 menit lamanya karena Nanda masih setia menatap Heaven dari kepala sampai kaki, sedangkan yang ditatap hanya meracau tak jelas sambil sesekali menatapi langit-langit kamar.

Kenapa sih, Ven? Cerita.” ucap Nanda untuk yang pertama kali.

Gue..

.. Farrel pengen gue ikut organisasi. Dari kapan lalu gue udah tolak karena emang gue gak mau, lu tau sendiri kan, Nda,

Terus?” tanya Nanda karena Heaven tak kunjung melanjutkan ucapannya.

Sampe akhirnya gue ngerasa kangen ama dia, pengen ketemu dia. Soalnya minggu itu bener-bener dia kaya hectic banget, gue ajak ketemu sebentar aja gak bisa. Terus lu tau jawaban dia apa pas gue minta ketemu?

Nanda menggelengkan kepalanya.

Heaven menarik nafas sebentar, menenangkan dirinya agar tak mengeluarkan air matanya—jujur saja ia sedikit sakit hati karena keputusannya tak dihargai.

Dia bilang, “Siapa suruh pas gue suruh ikut organisasi gak mau? Gini kan..” Heaven kembali menarik nafas lagi, “.. jadi gak bisa ketemu gue. Gitu katanya.” lanjutnya.

Terus sebelum gue minta ketemu juga dia sempet bohongin gue. Ini pov gue sih, gak tau juga dia beneran bohong atau gak, cuma gue ngerasa hubungan gue sama dia kaya.. makin renggang semenjak gue gak nurutin kemauan dia buat ikut organisasi,

Yaudah gue akhirnya bilang ke lu kan, gue pengen daftar BEM. Sebenernya pas semester 1 gue udah pernah daftar kan, tapi gue rasa makin kesini makin gak kepegang semuanya makannya gue stop.

Lu daftar BEM cuma demi validasi dari Farrel?

Heaven dengan ragu mengangguk.

Gue gak mau kehilangan dia, Nda. Gue cuma takut aja dia gak mau sama gue lagi gara-gara gue gak nurutin kemauan dia,

Ven, tapi lu di luar kampus sendiri aja udah sibuk minta ampun. Gak seharusnya lu turutin juga, itu hak lu kalo misal lu nolak kemauan dia.” sela Nanda.

Heaven menunduk.

Dan terisak.

Nanda pun bernisiatif menggenggam tangan Heaven.

Hey,” panggilnya membuat Heaven mendongak lagi.

Farrel udah tau?” tanya Nanda.

Heaven menggeleng cepat kemudian kembali menundukkan kepalanya dan terisak lebih dalam daripada sebelumnya.

Jang—hiks jangan kasih tau dia ya?” pintanya terbata.

Gue gak mau dia liat gue dalam keadaan kaya gini. Gue gak suka kelihatan lemah di mata dia, sama..

Sama apa?

Gue belum mau ketemu Farrel. I need more time.” katanya sambil mengusap sisa-sisa air matanya.

Sesaat setelah Heaven mengusap air matanya, Felix dan Aries datang.

HIVEENNNNN,” panggil Felix sambil berlari kecil, ingin memeluk teman gembulnya cepat-cepat.

Sssuttt, jangan kenceng-kenceng, ini di rumah sakit!” protes Heaven.

Lo gak papa?” tanya Aries masih dengan muka datarnya, tapi kali ini tangannya mengarah ke dahi Heaven—ingin mengecek suhu tubuh temannya.

Cuma Anemia gue aja, kambuh.” sahutnya.

Pala lo peang, cuma cuma. Kecapekan lo tuh, jangan dipush banget kenapa sih?” ucap Aries.

Iya, Ven. Anemia kan gak bisa kalo terlalu capek, lo harus paham porsi tauu.” sahut Felix.

Iye, iyeee. Perhatian banget dah temen-temen gueee.

Maaf ya gue ngerepotin lu semua?” tambahnya.

Udah sana lu tidur, gak usah mikir aneh-aneh.