Tak menunggu lama, Rigel langsung melajukan mobilnya. Berpakaian celana pendek dan kaos di tengah derasnya air Tuhan tak jadi masalah, yang penting Jovanka harus segera ia temukan.
Sambil meracau, Rigel terus berusaha menghubungi Jovanka.
Beberapa jalan sudah dilewati tapi belum juga menemukan kehadiran Jovanka. Sampai pada akhirnya, Jovanka membalas pesan Rigel. Rigelpun melaju lebih kencang lagi.
- - -
“Masuk, dingin disitu.” pinta Rigel.
Rigel sudah bertemu dengan Jovanka, perempuan itu sedang berdiri di depan pintu masuk resto yang cukup mewah. Berbekal atap setapak yang melindungi dirinya dari guyuran hujan.
“Mm-makka-si-h ya-a,” ucapnya.
Jovanka menggigil.
“Liat, jadi menggigil kan. Gue gak bawa hoodie gak bawa apa. Terus lo gimana kalo udah kaya gini?”
“Ppu-ulang,” balasnya.
“Pulang dengan keadaan lo menggigil? Gue gak mau tanggung jawab kalo lo mati kedinginan,”
“Gue matiin acnya, kita cari warung. Nanti kita beli wedang jahe.” tambah Rigel.
Nampaknya hujan bisa membaca suasana. Ia berhenti menurunkan airnya sehingga memudahkan Rigel untuk mencari warung sekaligus membantu Jovanka mengusir rasa menggigil yang menyelimuti tubuhnya.
“Minum.” pinta Rigel.
“Rigel, makasih banyak,” ucap Jovanka.
“Habisin dulu wedangnya, baru ngomong sama gue.” balas Rigel sambil kembali menyalakan mobilnya.
“Gue belum mau pulang, Gel.”
“Jovanka,”
“Please?“
“Lo kedinginan, Jov. Harus ganti baju. Nyokap lo juga khawatir banget, lo tega?”
“Urusan mami bisa gue urus nanti, asal sama lo kayanya gue gak bakal kena marah.”
“Fine,”
“Tadi gue jalan sama Xaviere.”
“Hah?” “Gue gak salah denger?” tanya Rigel.
“Dia ninggalin gue gitu aja setelah ngeliatin hpnya. Gak tau apa yang dia liat, yang jelas dia langsung khawatir terus lari abis tu udah deh. Gue ditinggal sendirian.”
“Kok lo mau diajak jalan ama dia?”
“Rigel, lo lupa kalo gue suka sama Xaviere?”
“Mulai sekarang lo berhenti deh.”
“Iya, I'll leave it here kok.”
“Gue gak maksa lo, Jov. Maaf kalo gue ikut campur.”
“Ternyata ini alesannya dia ninggalin gue.” ucap Jovanka sambil menyodorkan hpnya ke arah Rigel.
“Sorry, Jov,”
“You're not even included on this roomchat, Gel. What's the use of apologizing?“
“Maaf gue gak ngasih tau lo,”
“Lo udah kasih warning ke gue dari awal, harusnya gue sadar dari situ. It's not your fault.”
“Kita pulang ya?”
- - -
“Sebelum gue turun,”
“Hm?” — “Apaan Jov?”
“Can I ask for hug and a little pet on my head with saying “You doing great and always be like that” ?”
“Of course,”
Daksanya ditarik, dingin dan hangat dari dua insan kini melebur dalam satu peluk. Rigel hugs Jovanka, give her the most comforting word.
“You doing great, Jovanka. You will always be like this.” ucap Rigel sambil mengusap surai kecoklatan milik perempuan di dekapannya.
“Udah kan? Masuk Jov, jangan sampe masuk angin. Gue balik dulu.”
“Careful, Gel. Thank you.”