Sprint #1
Sesaat setelah melihat balasan Heaven, Farrel beranjak..
.. berlari sekencang mungkin untuk menggapai Heaven yang hampir ia lepaskan.
“Tunggu gue, Ven.” ucapnya tergesa-gesa.
Tak peduli rintangan apa yang akan hadapi di jalan, yang penting ia bertemu Heaven sekarang.
Farrel berlari, berlari, dan berlari dari rumahnya hingga kos tempat Heaven tinggal. Tak peduli berapa jarak yang harus ia tempuh, ia terlalu bodoh untuk ingat bahwa ia bisa saja menaiki motor atau mobilnya. Pikirnya hanya Heaven, Heaven, dan terpaan rasa tak ingin menyerah.
Sama acuhnya dengan seseorang di seberang sana—yang juga berlari, ingin menemui tambatan hati tanpa berpikir hal lain lagi.
Heaven berlari dari kos ke kediaman Farrel, nafasnya terengah-engah namun langkah kakinya sama sekali tak memelan, jika langkahnya memelan maka waktunya terbuang. Ia tak mau.
“Augie, ya Tuhan, jangan pergi lagi awas lu.” ucapnya terpatah-patah.
Pikiran tersulut kabut kekhawatiran dan takut kehilangan membuat keduanya saling mencari dan berusaha meraih, tanpa tahu bahwa hal itu bisa saja membuat keduanya terpisah jauh.
—Lampu merah persimpangan
Nafas Heaven tersenggal, larinya yang bergitu cepat tanpa istirahat membuat dadanya bergerak naik dan turun sedikit tak beraturan.
Ia pun menghentikan langkahnya, membungkukkan badan dan memegang lututnya sebentar. Lelah juga rasanya.
Saat ia bersiap kembali berlari lagi, langkahnya terhenti..
“AUGIE!”
Jelaganya bagai elang. Ia menangkap presensi Farrel yang ternyata berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Ternyata persimpangan ini jadi tempat gue dan lu ketemu lagi.” ucap Heaven bermonolog.
Farrel yang juga sedang berjongkok karena kelalahan pun akhirnya mencari sumber suara itu. Memastikan kebenaran, jaga-jaga siapa tahu itu hanya khayalan.
“AUGIE!”
Terdengar lagi.
Tinggal satu arah mati angin lagi yang belum ia singgahi, arah selatan.
Toleh ke belakang, siapa tau itu beneran dia, batinnya.
Benar saja..
Senyum merekah lebih merekah daripada bunga matahari timbul di wajah tampan Farrel. Sirkulasi udara di dada yang awalnya berderu tak karuan berubah menjadi deruan yang beraturan.
“Ven..” panggilnya sambil berlari, lagi, ke arah Heaven. As fast as he can.
Tbc