Take, Drive

Previous part : “Iya ayo berangkat.” balas seseorang di sampingnya. Naya reflek menoleh karena suara yang terdengar tidak sesuai dugaannya. “LOH KOK?”


Setelah mendapati bahwa yang duduk di sampingnya sedari tadi bukanlah Zizi, Naya kaget. Dengan terus-menerus mempertanyakan bagaimana bisa?

“Aku salah mobil?” tanyanya memecah keheningan yang sedari tadi betah berada di antara keduanya.

“Enggak.” jawab seseorang itu.

“Terus?” tanya Naya lagi.

Let's talk about this, Nay. Aku beli tiket dulu ya?”

“Beli tiket kemana, Haksa?”

Yap. Terimakasih kalian sudah menebak dengan benar. Orang di sampingnya ialah Haksa, bukan Zizi. Soal bagaimana kronologinya mari kita bahas nanti—kembali ke laptop.

“Katanya mau ditemenin ke Surabaya?”

“Aku mintanya ditemenin sama Zizi?”

“Kamu salah minta sama dia. Kamu lupa dia cepu?”

Oh shit, batin Naya, iya juga.

“Jadi? Ke Surabayanya jadi nggak?”

Take me wherever you want to aja, Sa.”

“Bilang Sayang, ayo jalan, gitu. Baru aku gas.”

“Buset? Aku turun aja kali ya?”

“Bercandaaa, dah ay—”

“Sayang, ayo jalan.” sela Naya.

Haksapun cosplay menjadi lobster rebus sekarang. Dia yang minta, dia yang salah tingkah. Naya menemukan sisi Haksa yang terlihat semakin innocent sekarang.


“Nay, kemana aja boleh?”

“Iya, Sa.”

“Ancol?”

“Hayuuu!” “Tapi sebenernya aku pengen yang rada jauh-jauh sih,” tambah Naya.

“Aku juga, bosen disini-sini mulu. Pengen ke gunung tapi persiapan kita gak cukup dan aku gak berani bawa kamu nanti kenapa-napa.”

“Aku dibawa kamu kira aku tas ransel.”

“Lebih kecil dari itu malah,”

“YEEE BAHLUL!”

“Kita ini putus atau enggak sih?” tanya Naya.

“Udah berkali-kali aku bilang, aku gak pernah mau putus sama kamu.” Bohong, Haksa bohong. Sebelum Naya mengirim pesan berisi Let's end all of this, sebetulnya Haksa sudah akan lebih dulu mengiriminya yang sama. Ingat kan?

“Ngomong.”

“Emang aku lagi ngomong, kalo mencintai kamu mah disimpen dalem hati aja.”

“Tai kuda lalalalala.”

TBC GENK.