Sesaat setelah Taeyong memutuskan untuk pulang sendiri, Jaehyun dengan cepat menginjak pedal gas motornya. Mencari Taeyong kemanapun asal jangan sampai Taeyongnya pulang sendirian.

;

“Naik” ucap Jaehyun setelah menemukan Taeyong sedang duduk membungkuk di tepian halte bus.

Taeyong mendongakkan kepala. “Duluan aja” sahutnya.

“Naik, Taeyong” pinta Jaehyun. Membuat bulu kuduk Taeyong terpancing untuk berdiri karena nama aslinya dipanggil.

“Apa sih maunya kamu?” protes Taeyong namun tetap berjalan menghampiri Jaehyun dengan langkah kaki sedikit terpaksa.

Saat Taeyong tak segera menaiki motornya, Jaehyun dengan cepat meraih tangan Taeyong, menciumnya, kemudian mengusapnya sayang. “Naik, Sayang” pintanya lagi, kini lebih lembut daripada sebelumnya.

;

Keduanya pulang dengan keadaan yang sangat diam. Tak ada yang memulai obrolan. Jaehyun akui ia sedikit tak tahu diri karena habis berburuk sangka dengan Taeyong, sekarang ia kebingungan harus bagaimana terhadap Taeyong.

“Sayang, maaf” ucapnya setelah sedari tadi keduanya terdiam.

Hiks

Hiks

Taeyong sesenggukan.

“Maaf, Sayang. Aku gak maksud ngebentak kamu tadi. Maaf juga aku negative thinking ke kamu soal murid bakor baru itu”

“Aku cuma gak nyaman aja liat dia terlalu nempel gitu ke kamu” tambah Jaehyun sambil menatapi wajah sembab Taeyong dari pantulan kaca spionnya.

Taeyong makin sesenggukan.

“Maaf, Sayang...”

Hiks.. Kamu bisa tanya bai–hiks–baik. Kenapa langsung–hiks–kaya gitu tadi?” sahut Taeyong seraya terbata, arah pandangnya juga tak kunjung membalas pandang Jaehyun. Taeyong betah dengan posisi tertunduknya.

Jaehyun semakin tak tega ketika melihat air mata Taeyong lolos terus-menerus dari pipi kesayangannya itu.

“Iya, Sayang, maaf. Jangan nangis...”

“Ada yang bikin kamu sebel ya hari ini selain aku?” tanya Jaehyun.

Taeyong mengangguk.

“Aku habis dimarahin sama Bu Bertha–hiks– gara gara file ppt buat tugas hari ini ilang—HUAAA” jelas Taeyong kini sambil menempelkan dahinya pada punggung Jaehyun, tangisannya semakin menjadi.

“Cup-cup, Sayang. Maaf ya aku nambah-nambahin beban pikiran kamu. Udah-udah jangan nangis. Ini udah deket rumah. Cup-cup, Sayang” sahut Jaehyun sambil menautkan jemarinya pada jemari Taeyong yang sedari tadi bertenggar pada pinggangnya.

Dibawa tautan jemari itu ke arah bibirnya, Jaehyun kecup permukaan tangan Taeyong sambil menggumamkan kalimat, “It's gonna be okay, Sayang. Gapapa gapapa”

;

“Dah sampe rumah nih. Mau langsung masuk?” tanya Jaehyun.

“Iya”

Kemudian Taeyong turun dari motor Jaehyun. Hendak langsung masuk rumah, namun lengannya dicekal oleh Jaehyun, membuat badannya sedikit terhuyung.

Cup

Jaehyun dengan gamblang mencium bibir Taeyong. Di depan rumahnya.

Jaehyun menyungging senyum, “It's okay, jangan terlalu dipikirin ya?” pintanya.

“Dah sana masuk”

Cup

Taeyong pun membalas aksi gamblang Jaehyun dengan mencium pipi Jaehyun sebelum ia benar-benar masuk ke rumah.

Thank you. Hati-hati di jalan”