Rivalry

TW // mentioning sexual harassment, almost-raped scene, fighting and blood.

🔞🔞

Saat tangan lelaki alpha itu mau menjelajah lebih jauh, memasuki celana Heizel, tepatnya di bagian belakang. Suara tong sampah terdengar berjatuhan. Buuk! Bruuk! Bruuk! “Heizel, sayang, ini Marteen. Kamu dimana???” panggil seseorang itu, nadanya terdengar sangat khawatir.

Setelah mendengar suara kesayangannya, Heizel reflek berteriak, ingin membalas panggilannya. “Kak, heiz disini” katanya.

Alpha di depannya pun menyeringai karena ternyata Heizel sudah selemah itu sekarang, bahkan ia gak bisa menghasilkan suara lagi. Bagaimana Marteen notice kalau suaranya saja sekecil barusan?

You look so desperate, Little Bear” ucap lelaki alpha itu sambil kembali menggerayangi tubuh molek Heizel.

“Berhenti nyentuh omega gue, anjing!” suara penuh amarah terdengar di seberang sana, Marteen menemukan Heizel, bersama seseorang yang entah siapa.

Marteen berjalan dengan langkah lebar, bahunya tegap, dan pandangan matanya lurus tajam seakan hanya ada satu arah jalan di dunia ini.

Lelaki alpha itu masih terdiam disana, mendekap Heizel seperti gak akan ada ancaman, padahal semua sudah di depan mata.

Alpha itu ditarik secara kasar oleh Marteen. Cengkeramannya di kedua tangan Heizel pun terlepas, Heizel langsung terhuyung saking gak kuat menahan bobot tubuhnya lagi. “Sayanngg!” panggil Marteen. Namun Heizel memberi isyarat dua jempol, Heizel menyuruh Marteen menghadapi alpha yang hilang otak itu.

- - -

“Mati lo, bangsat!” ucap Marteen murka sambil terus menendang perut alpha itu. Terus memukulinya tanpa tahu seperti apa keadaan alpha di hadapannya itu.

Uhuk! Uhuk! alpha itu tersungkur dan mengeluarkan batuk darah. Marteen memukulinya terlalu brutal. Alpha satu ini memang gak melawan sama sekali, ia sedang mode defending, karena memang ia salah.

Setelah terbatuk, alpha itu menatap Marteen. Marteen pun mendekatkan dirinya sambil mencengkeram erat krah kemeja alpha itu, he said, “Lu siapa sih, sok misterius!” kemudian Marteen menarik paksa masker dan topi yang dikenakan alpha itu.

What the fuck, Jericho? You tryna rape my boyfriend?” cengkeraman di krah alpha yang diketahui bernama Jericho semakin erat, emosi Marteen semakin terbakar.

Fuck. Are you out of mind?” tambah Marteen. Ia tak habis pikir, saudara tirinya, tinggal satu atap dengannya, anak dari istri baru papanya, berusaha memperkorsa pacarnya, kesayangannya, Heizel.

Even you, you couldn't resist when you near him, right? He's so sexy, look at those long-tan thighs. I wanna bite it so fucking much.” balas Jericho.

How dare you?“ “Lo ngomong kotor,melecehkan pacar gue di depan gue?” “Gue rasa lo beneran udah gila.” kalimat terakhir dari Marteen, ia terlalu bungkam dengan apa yang telah dilakukan oleh Jericho. Sekarang fokusnya hanya pada Heizelnya, ia tersiksa disana.

“Sayang, bisa berdiri?” tanya Marteen dengan nada selembut mungkin.

“Aduh, aduh, kaki aku kayaknya kesleo deh, aduh.”

“Katanya heat tapi sempet-sempetnya kayak gini,” ucap Marteen sambil geleng kepala. Heizel terlalu menggemaskan. “Sini gendong.” tambahnya.

Sebelum benar-benar menjauh dari tempat itu, Marteen berhenti. Dengan posisi menggendong Heizel ala koala, ia memiringkan kepalanya, mencari keberadaan Jericho.

“Hey berengsek,” yang dipanggil menoleh.

“Lo harus bersyukur lo gak gue bikin mati. Gue masih inget nyokap. Ini sekaligus jadi peringatan terakhir buat lo. Kalo lo berani maju lagi, lo liat akibatnya sama nyokap lo.” tukas Marteen telak. Kemudian ia melanjutkan berjalannya, menjauhi tempat itu, dan membawa Heizel pulang.