Recall.

Sebelum mulai ke inti narasinya aku mau ingetin dulu, narasi kali ini bakal berisi flashback ya, kemungkinan juga bakal ada beberapa flashback tapi versi chat di part selanjutnya, sekian happy reading!

TW // Mentioning Selfharm, Mentioning Bipolar Disorder, Cheating, Divorce, and Family's Problem.

Di malam itu, waktu dimana Haksa menemukan Naya di Jalan Cendrawasih, waktu dimana Haksa menemukan Naya dengan kondisi amat rapuh dan waktu dimana Haksa menyelamatkan satu nyawa berharga di dunia.

Isakan tangis Naya membuat Haksa tak bisa berkata-kata, hanya usapan di punggung, di pucuk kepala, juga dekapan hangat yang bisa ia berikan.

“Sa,”

“Hm?”

“Aku jelek kalo lagi nangis, kamu bisa pulang aja sekarang.”

“Gak. Gak akan gue ninggalin Lo sendirian malem-malem gini.”

“Kalo aku cerita panjang lebar, will you hear me?”

OF COURSE!”

“Haha okey, let's start with my parents things,”

“Kamu masih inget waktu ada tiga cewek yang ngatain aku yatim piatu di hari pertama kamu pindah ke Abrahma?”

“Iya ingett.”

“Aku memang yatim piatu, Sa. Ya, bisa dibilang gitu. I have no parents, itu yang pertama.”

“Eh.. I'm so sorry to hear that.”

“Yang kedua, Mami aku, she's cheating on my dad, Mami dan Papaku pengusaha sukses dan terkenal waktu itu, cabang perusahaannya ada dimana-mana dan selalu ada aja media yang ngejar-ngejar mereka, dalam keadaan apapun,

Suatu ketika, aku gak tau salahku dan Papaku dimana tapi Mamiku selingkuh bahkan tinggal bareng sama simpenannya itu. And I hate the fact about I am the one who knew it for the first time.

Jujur aku benci sama keadaanku waktu itu, aku udah tau juga kalo Mami gak akan milih keluarga aslinya, aku juga udah siap hidup sama Papa doang. Ternyata bener, Mamiku memilih pergi ikut simpenannya ke luar negeri.

Hal kedua yang paling aku benci soal Mami adalah dia gak pernah kasih aku kabar, barang satu kalimat dalam surat sekalipun. Mami acuh dan tingkahnya seakan berlagak kalo aku bukan anaknya.”

“Sebentar, jeda dulu, dada aku sesek.” sambung Naya sedikit terbata.

“Kalo mentoknya segitu jangan dipaksa, Nay.” balas Haksa.

“Lanjut, setelah kejadian Mamiku memilih pergi sama selingkuhannya, aku mulai membiasakan hidup cuma berdua sama Papa. Aku belajar nyuci baju, nyetrika baju, dan semuanya sendiri.

Tapi kamu tau gak, Sa? Ada satu hal yang tetep menganggu pikiran aku even waktu itu Mami udah gak lagi terikat sama aku dan Papa. Kayak, I feel like something bad would happen again. Dan ternyata beneran..”

Hiks Waduk air mata yang dimiliki Naya tak mampu lagi membendung segala keresahan dan kesedihannya, maka ditumpahkan begitu saja. Nayanika, yang artinya mata yang bisa memancarkan keindahan itu sedang dilanda keabu-abuan sekarang.

“Maaf, maaf.” ucap Naya.

Let me hug you again, Nay. I feel like I won't let you go after all this time,”

“Sini dekatan, peluk.” tambah Haksa dan dibalas dengan rengkuhan rapuh dari Naya.

Yang rapuh hanya tubuh dan perasaannya bukan mulutnya, tak ada alasan untuk berhenti bercerita.

“Malem itu Papa tiba-tiba imess aku, Sa. Katanya mau terbang ke Aussie untuk ngurusin cabang perusahaan disana. Awalnya aku nyegah Papa karena aku ngiranya I still need him, to be here with me. Tapi aku pikir-pikir lagi, disana juga pasti butuhin Papa kan, so yaudah aku iyain.

But Papa gak jadi berangkat karena katanya aku lebih butuh Papa daripada perusahaannya disana.

Besoknya aku masih dianter Papa, Sa, ke sekolah. Aku masih bercanda sama Papa dan Pak Budi di mobil, aku masih sarapan bareng, waktu itu Papa nunjukkin banget kalo Papa gak mau kehilangan aku, I feel it, Sa.

Setelah nganterin aku ke sekolah, Papa langsung ke bandara untuk flight ke Aussie sesuai janjinya. Aku imess papa setelah aku udah sampe di kelas, aku paham betul perjalanan ke Aussie gak sebegitu lamanya, setau aku 4 jam itu cukup, apalagi kan ini naik pesawat.”

Krik krik krik krik

Sorry, Nay. Then, what is happening with your dad? Kalo mentok gak usah dijawab gapapa.”

“Kamu bisa menerka sendiri sisanya, Sa.”

I see. Ada lagi yang mau diungkapin?”

“Satu rahasia yang cuma Pak Budi yang tau, aku mau kasih tau kamu.”

Tell me then.”

“Aku pengidap Bipolar Disorder, level mild. Aku divonis BD persis setelah 40 hari hidup sendirian, yang bener-bener sendiri. Kamu sadar kan selama ini kalo mood aku sering banget berubah dalam waktu singkat? Aku kalo bahagia bahagia banget, begitu juga sebaliknya. Sadar kan?”

That's why kita ketemu di runah sakit waktu itu? Kamu check up?”

“Iya, aku ambil obat dan perawatan. Bipolarku udah gak sehat, aku seringkali hampir mencelakai diri aku sendiri, I hate the way the bipolar hits myself too hard, I can't even breathe normally. Dan kalo bukan karena kamu hari ini mungkin aku udah mati sekarang.”

“Bukan karena Gue, Nay. Ini hidup Lo, Gue cuma sebagai pelengkapnya aja, Gue cuma sebagai penopang Lo ketika Lo hilang arah. Lo hebat karena bisa bertahan sampe sekarang, Lo hebat Nay.” ucap Haksa sambil menepuk punggung Naya pelan.

Wanna go home now? It's getting late.” tambah Haksa.

“Heeh, ayo pulang.”

Nay, maaf karena Gue telat dateng ke kehidupan Lo. Maaf Gue belum bisa jadi penyembuh luka dan pereda beban Lo disaat lo lagi lengah. But from now on, let me take a good care of you. Gue bakal disini, apapun yang bakal terjadi. Maaf Gue gak bisa ngomong banyak secara langsung, Gue gak mau melukai perasaan Lo lebih dari ini. Semoga apa yang Lo alami dulu bakal diganti dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang. -Haksa.