Morning Aftercare or Is It Just A Diversion?

“morning, baby” sapa marko ketika melihat shailendra membuka mata perlahan. marko yang kini tangannya berada di atas kepala shailendra pun memiliki akses secara leluasa untuk melakukan apapun terhadap seseorang di depannya.

sebuah perbedaan yang harus kalian tahu bahwa kini marko telah mengenakan bawahannya—tanpa atasan, sedangkan shailendra masih setia tanpa sehelaipun kain perca menutupi tubuh moleknya.

“hmm.. morning..”

“terang banget ka—hnggg—mager...” rengek shailendra yang masih setengah sadar.

“bersih-bersih yuk? aku bantu” ajak Marko sambil mengusap-usap pundak mungil shailendra dengan satu tangannya.

shailendra tak merespon, hanya menatap marko saja.

“ayo, sayang”

“hmmm” gumam shailendra.

sebelum marko berdiri, hendak ke kamar mandi, lengannya dicekal sehingga membuatnya kembali terduduk lagi di kasur king size itu.

“hm?” tanya marko.

“sini dulu” pinta shailendra sambil merentangkan kedua tangannya, meminta marko mendekat dan mensejajarkan posisinya yang masih setia berbaring itu—marko mendekat.

cup

“i almost forgot your morning kiss” ucap shailendra setelah mengecup kilat ranum marko—tak peduli ranumnya yang pecah-pecah cause shailendra loves everything about marko.

dengan cepat marko merespon perlakuan suaminya yang tiba-tiba itu. ia membalas kecupan dari shailendra namun kini beda, ia bukan sekedar mengecup, tapi melumat.

“mmhh kaka udahh—mhh katanyamh mau bersih-bersih” ucap shailendra terbata karena marko tak kunjung melepas lumatannya.

“sorry sorry, aku kepancing banget tadi. sorry, baby. ayo sekarang kamu berdiri”

saat shailendra sudah sepenuhnya beranjak dari kasur, marko tertawa renyah yang dimana membuat shailendra kebingungan.

“hm? kenapa ka?” tanyanya linglung.

marko dengan tak berdosanya memberi tahu shailendra menggunakan gerakan mata dan bibirnya—menunjuk arah bawah shailendra.

ingat kan kalau shailendra masih sepenuhnya telanjang?

“KAKAAA!!!!!” protesnya kemudian berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya marah—lebih ke malu sebetulnya. marko yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala; lucu banget suaminya.

;

“brrrrr wuu dingin!!!” titah shailendra saat membersihkan rambutnya di bawah shower yang senantiasa membasahi tubuhnya sedari tadi.

marko dan shailendra mandi bersama, namun sekarang marko hanya melihat saja dari belakang karena shailendra belum mau dibantu apa-apa, jadi marko membiarkannya sendiri dulu.

“damn it” monolog marko. something has happened just now.

“ka, masih disitu kan? bantuin gosok punggung aku dong” pinta shailendra dengan matanya yang masih tertutup karena masih asik membasuh rambutnya.

marko dengan cepat mengambil sabun, menekannya 3x pam, kemudian mulai meratakannya di punggung dan seluruh bagian tubuh shailendra.

shailendra menoleh ke belakang saat mendapati perlakuan itu, “hehe makasih” katanya.

tak terasa agenda showering mereka sudah selesai, shower sudah dimatikan, shailendra hendak keluar dan memakai bathrobenya, namun sesuatu terjadi.

“stay” pinta marko setelah mencekal lengan mungil shailendra, kini shailendra berada di dekapan marko—membelakangi marko.

“ka, nanti masuk angin loh” ucapnya sambil mengusap-usap lengan kekar marko yang setia melingkar pada pinggang rampingnya.

“i think we have something left”

“apa deh? keramas udah, pake sabun juga udah”

marko dengan cepat membawa tubuh shailendra untuk ia tempelkan ke dinding kamar mandi yang masih basah bekas kegiatan mandi mereka barusan. marko mengukung tubuh shailendra dari belakang dengan kedua tangannya ia sandarkan di dinding.

“kaka?”

marko menulikan rungunya. tangannya kini justru berpindah mengusap seduktif paha dalam dan pantat bulat shailendra, membuat shailendra menggeliat terkejut.

“ka..”

shailendra yang awalanya hanya menggeliat kini sedikit terperanjat karena marko menyapa lubang senggamanya. “mmhhh”

“the something that left itu disini, aku bantu bersihin, boleh?” tanya marko—jarinya masih setia bergerak menggoda lubang berkerut di bawah sana.

shailendra mengangguk pasrah. lagian memang harus dibersihkan dan juga jika ia ingin kabur, bagaimana caranya? tubuhnya saja tengah terkukung oleh marko sekarang.

“i'm gonna push it in, kalo sakit teriak aja, gak bakal ada yang denger juga”

setelah mendapat anggukan dari shailendra, marko melumuri ketiga jarinya dengan sabun mandi. kini jarinya siap menjadi pembersih di dalam lubang shailendra.

“mmhhhh” lenguh shailendra karena merasakan sesuatu berusaha menerobos bagian bawahnya.

“moan for me, it's okay” bisik marko kemudian mengecup ringan pundak mungil shailendra yang masih setengah basah itu.

“aaahhh—kakaahh, enakh tapi dalem banget aaahh”

marko tersenyum penuh kemenangan, ia berhasil membuat shailendra berteriak.

“mau aku dalemin lagi, hold onto me”

marko makin memperdalam jarinya dengan tujuan membersihkan sisa-sisa cairan cinta mereka semalam.

kemudian shailendra bersiap mencengkeram lengan kekar marko kemudian memejamkan matanya erat—kind of anticipation.

clop clop clop

“haahh kakahh mmhhh—aahh”

melihat suaminya dalam keadaan basah, telanjang, mata terpejam, dan mendesah keras membuat sesuatu dari dalam diri marko tergugah.

“feel good? hm? padahal tujuan aku ngebersihin doang” godanya, kini sambil menggigit-gigit kecil ujung pundak mungil shailendra.

“yes, yes, feels so good, mmhh marko..”

“dikit lagi selesai” ucap marko.

saat dirasa cukup, marko mengeluarkan tiga jarinya perlahan. sedikit tak rela karena harus menghentikan permainan jarinya.

melihat lubang berkerut shailendra masih berkedut membuat marko terbelalak—mata dan adik kecilnya lapar. ditambah posisi shailendra yang sedikit menungging sehingga lubangnya terlihat jelas.

saat marko sibuk memperhatikan lubang, di sisi lain shailendra bernafas lega—akhirnya lubangnya kembali kosong. ia lega dirinya sudah dibersihkan.

cup

ceruk leher shailendra dikecup lama.

shailendra hanya tersenyum, pikirnya, marko sangat bahagia akhir-akhir ini.

saat mulutnya sibuk mengecup ceruk leher shailendra, satu tangannya yang lain menyiapkan sesuatu di bawah sana.

“excuse me, baby” ucapnya.

“for wha—aahhh kakaahhh too sensitive mmhhh”

marko mendorong pelan penisnya untuk masuk ke dalam lubang yang sedari tadi ia kagumi. matanya terpejam nikmat karena remasan yang ia rasakan dari dinding rektum milik shailendra.

“mmhh kenapa masuk lagihh—aahh marko!”

“i can't hold it anymore, sorry babe. i'll take care of you again later—shh fuck!” sahut marko saat penisnya telah masuk seluruhnya di lubang shailendra.

“so tight just for me..” tutur marko sambil memainkan penis shailendra yang sedari tadi tak ia jamah.

“no no no, jangan dimainin itunyaahh ahh akuu”

shailendra bingung harus berpegang pada apa, sandaran di depannya hanyalah sebuah tembok datar yang tak bisa digenggam, sedangkan mencengkeram lengan marko saja tak cukup menurutnya.

pusing, stimulasi yang ia terima membuatnya terkulai lemas sehingga posisi berdirinya tak lagi tegak. mungkin jika lengan kekar marko tak melingkar di pinggangnya, ia sudah merosot ke bawah sekarang.

“mmhh kakaahhh, wanna cum. cum cum keluarh”

marko mempercepat kocokannya di penis shailendra kemudian memperdalam dorongannya—sesekali mengeluarkan penisnya seluruhnya, kemudian memasukkannya lagi dalam sekali hentakan.

“haahh—aahhh enakh kena disitu mmhhh”

“cum for me, baby” bisik marko seduktif.

“aahhh marko!”

shailendra merilis putihnya tepat setelah marko melumat cuping telinganya.

“aku juga mau keluar”

“like that, sempitin kaya gitu” ucap marko meracau seiring dorongannya yang kian bertambah cepat.

saat dirasa putihnya akan segera tiba, marko mengeluarkan penisnya cepat kemudian mendorong ke bawah pundak shailendra agar suaminya berlutut di hadapannya.

shailendra tentu menurut saja.

“babeee, cum...” rintih marko sambil mengocok penisnya di depan wajah imut suaminya.

shailendra mengangguk.

“cum for me, marko, i'll take it as well as possible” ucap shailendra menggoda.

“aarghh fuck!”

marko merilis putihnya, tepat di wajah dengan kulit kecoklatan milik suaminya.

“your skin, also my loads looks perfect when it merged up” ucapnya sambil membersihkan cairan yang tersisa di wajah cantik suaminya.

“stand up, eca”

shailendra berdiri kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher marko.

“you happy?” tanyanya.

“definitely” sahut marko.

“sorry ya aku kelepasan” tambahnya.

“it's okay, aku nikmatin juga kan buktinya?”

“yuk sekarang keluar, gak baik di kamar mandi lama-lama” ajak shailendra.

;

ding dong!

ding dong!

salah satu staf hotel yang mereka singgahi ternyata sedari tadi berada di depan pintu kamar mereka guna memberikan jatah sarapan untuk keduanya.

tak kunjung mendapat balasan staf tersebut pantang menyerah, ia terus memencet bel di kamar tempat marko dan shailendra singgah.

namun saat ia akan memencet bel lagi entah untuk yang ke berapa belas kalinya, ia mendengar teriakan manja dari dalam kamar.

staf tersebut terbelalak kemudian pergi sambil mengumpat dalam bahasa kamboja.

ADUH MARKO ECA!!!!

fin.