📍 IKEA
“Kak, jadinya beli apaaaa?”
“Gak tau Nay, apa ya enaknya?”
“Kamu terakhir lagi butuh apa, coba diinget-inget.”
“Butuh ini deng, kursi gaming sama lampu belajar. Yuk cariii.” ucapnya sambil menggandeng tangan Naya untuk jalan bersama.
“Eh? Aku baru tau disini ada kacamata. Coba satu bentar, yang ini lucu.” ucap Haksa saat langkahnya terhenti karena melihat susunan kacamata disana.
“Bagus gak, yang?” tanyanya sambil melihat cermin.
“Kamu pake yang mana aja jug ganteng, Kak.”
“Aku mleyooottttt.”
“Apasih lebay deh hahahhaa.”
“Ntaran deh kacamatanya, cari kursi dulu.”
Setelah menyelesaikan transaksi pembelian kursi gaming dan serba-serbi lain, mereka berdua keluar dari IKEA.
Sambil memasukkan barang belanjaan ke bagasi, Haksa bertanya, “Mau ke Lotte Mart gak, yang? Aku pengen beli yogurt.”
“Bolehh, tapi kalo yogurt doang bisa beli di Indomaret kali, Kak?”
“Gak mau ke Indomaret, gak luas, gak bisa explore lama-lama sama kamu ntar.”
“Yeee dasarnya emang kamu aja yang hiperaktif, gak bisa diem.” balas Naya sambil menoel hidung laki-laki di depannya.
“Bentar, ke laundry dulu deh ya. Keburu tutup.”
“Heeh nurut aku mah.”
“Kamu gak kedinginan, Nay?”
“Hehehehehe.”
“Nyengir kamu. Siniin tangannya.” ucap Haksa dengan gesture seakan meminta tangan Naya untuk diberikan. Naya pun memberikan tangannya, “nih.” kemudian Haksa menggenggam erat tangan perempuannya. Tangan kanan buat setir, tangan kiri buat genggam Naya.