I love you, Augie

cw // kiss, drunk & wasted

Sesaat setelah Farrel diminta untuk menjemput Heaven, tanpa ba-bi-bu Farrel meraih kunci mobil kemudian menancap gas menuju lokasi yang diberi Karrel.

Jujur semenjak tahu bahwa Heaven sedang bersama sang adik, Farrel sedikit khawatir. Apa yang akan dilakukan Heaven juga Farrel tak tahu, ia mau bertanya juga takut kalau-kalau Heaven terganggu.

Sekarang pukul 01.41, berdasarkan lokasi yang dikirimkan Karrel, Farrel meyakini bahwa Heaven minum-minum. Ditambah kabar dari Karrel yang mengatakan bahwa Heaven tertidur karena kelelahan bernyanyi. Fix, batinnya.

;

Farrel buru-buru keluar dari mobilnya dan mencari keberadaan Heaven di sekitar area club.

Namun yang ia temukan nihil.

Karena pikirannya mulai tak karuan, Farrel memustuskan untuk menelfon sang adik—Karrel.

“Lo dimana?”

“Parkiran. Kesini aja.” balas Karrel dari seberang sana.

Sesaat setelah Farrel spoted his brother's car, Farrel berlari menghampiri mobil itu. Mengetuk kacanya dan sedikit mengintip. Benar saja, ada Heaven yang sedang tertidur di kursi sebelah kemudi sekarang.

Tok tok,

“Buka.” ucap Farrel yang tidak seberapa terdengar karena kaca mobil Karrel masih tertutup.

“Lo anter pulang deh.” ucap Karrel setelah membuka kaca mobilnya.

“Kenapa gak lo aja? Lagian udah di mobil juga?”

We talked about it later, buruan bawa dia balik, Bang.” pinta Karrel.

Melihat Heaven tertidur pulas membuat Farrel tak tega membangunkannya, “Aduh gak tega gue, De, banguninnya.” katanya sambil berbisik.

Karrel menghela nafas pelan kemudian berinisiatif membangunkan Heaven.

“Ven,”

“Heaven,”

“Hey,” ucapnya sambil terus menepuk-nepuk pipi, pundak, dan tangan Heaven.

Erghhhh! Apa sih gue pusing mau tidurrr!” protes Heaven.

Farrel terkekeh sebentar melihat itu.

“Ayo pulang, Ven.”

Farrel buka suara.

“Rel? Lu Karrel kan? Ini mobil Karrel?”

“Kok suaranya Augie sih? Rel? Karrel?”

Farrel kembali terkekeh.

“Gue disini, Ven, ini Augie.” sahutnya.

Heaven membuka matanya perlahan, berusaha setengah mati membuka matanya setidaknya setengah saja, ingin memastikan apakah itu benar 'Augie-nya' atau bukan.

Karena melihat pemandangan di depannya seperti sungguhan, Heaven reflek meraih wajah Farrel dengan kedua tangannya, kemudian menggeleng-gelengkan kepala Farrel ke kanan dan kiri.

“Lah? Karrel kok jadi Augie? Ah pasti gue masih mimpi.” ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi tirus Farrel.

“Karrel lu jangan main-main ah, anter gue pulaannggg! Gue mau tidur woiiii!” tambahnya.

“Bang, buruan. Lo gendong aja dah, cepet-cepet.” pinta Karrel.

Mengingat sedari tadi Heaven masih setia duduk di kursi penumpang sedangkan Farrel berdiri di samping mobil Karrel dengan badannya yang sedikit condong masuk ke dalam mobil.

“Gue bawa. Lo hati-hati, langsung pulang. Udah tengah malem.” ucap Farrel.

“Ya ya ya.”

;

“Duh, Heaven Heaven..” ucap Farrel bermonolog sambil membawa Heaven menuju ke mobilnya.

Sesampainya di depan kos Heaven, Farrel diam sebentar. Membiarkan waktu terus berjalan sementara ia asik membuang waktu untuk menatap paras bagai nirwana di sampingnya.

Saat Heaven menolehkan kepalanya ke hadapan Farrel—masih dengan mata tertutup, Farrel berinisiatif menyingkirkan helai rambut yang mengganggu wajah indahnya dan sesekali mengusap pelan pipi sang empu dengan jari telunjuknya.

“Kenapa lo gak cinta sama gue, Ven?”

Hening..

“Udah 3 tahun, kenapa masih gue sendiri yang jatuh cinta disini?”

Hening lagi..

Sebelum berucap lagi, Farrel memalingkan pandangannya sebentar, melihat jalanan di sekitar kos Heaven yang sepinya mamring. Sesekali menatap setir mobilnya, ujung sandalnya, dan kembali ke Heaven lagi.

“Kalo lo belum cinta sama gue, lo masih bisa pura-pura cinta sama gue kok. Gue gak masalah yang penting lo cinta sama gue dulu,”

“Soal gue yang tiba-tiba ngilang dari hadapan lo setahun lalu, bukan karena gue nyerah, Ven. Gue bahkan masih cinta sama lo, sampe sekarang, gue masih disini.” ucapnya sambil kembali mengusap pipi gembil sang empu yang sedang tertidur.

Heaven mulai bergerak gelisah saat mengetahui ada yang menyentuh pipinya. His gaze point right into Farrel's eyes.

“Augie..” panggilnya pelan sambil menetralkan pejaman mata dan posisi duduknya.

Farrel terkesiap.

“Gue disini.”

Heaven memajukan badannya sedikit.

Cup

He kissed Farrel's raw lips.

Farrel yang awalnya kaget pun mulai memejamkan mata dan mengikuti irama yang Heaven mainkan.

Pagutan keduanya sempat terlepas sebelum Heaven kembali meraih tengkuk Farrel untuk ia kikis lagi jarak di antara keduanya—kembali mencium bibir kering Farrel.

I love you, Augie.” ucap Heaven di sela pagutan yang tak beraturan dan tanpa kesadaran.

Mendengar penuturan Heaven, Farrel memalingkan wajahnya. Berusaha menghentikan pagutan yang terjalan di antara keduanya.

You're drunk, Ven. Kita masuk ya? Nanti gue bantu bersihin badannya.”

“Gie..” panggil Heaven manja.

Not now, Ven. Sorry.

“Augie..” panggilnya lagi.

We stop here tapi gue bantu lo bersih-bersih atau gak sama sekali?” tukas Farrel.

Fine.” rajuk Heaven.

Kemudian Farrel keluar lebih dulu dan membopong Heaven masuk ke kamar kosnya agar ia bisa beristirahat lebih nyaman.

Tbc.