It wasn't the end, not yet.

Bryan sudah dibawa orang aparat kepolisian untuk diamankan, gimana keadaan yang lainnya? tentu saja campur aduk.

Jav yang ingin secepatnya menuntut penjelasan dari Ayah dan Ji yang masih terpaku di tempatnya karena lengannya seperti mati rasa.

“Jav, bisa nyetir mobil kan? tolong siapkan mobil ayah, adekmu harus cepet dibawa ke rumah sakit” pinta Ayah.

“Saya aja om yang bawa mobilnya, kayaknya Jav masih shock” sela Ansel.

“Oh iya.. tolong ya dek, makasih ya”

✨✨✨✨✨✨

Di rumah sakit, Jibran langsung dibawa ke ruang operasi sebab ada peluru yang tertanam di lengannya sekarang.

Soal aku bilang Jibran kuat, memang kuat kan? selama perjalanan ke rumah sakit jibran terus membuka mata, seolah gak terjadi apa-apa. Dia beneran kuat.

Ayah Tito sedari tadi cuma bisa mondar-mandir, diiringi rasa menyesal yang membelenggu perasaannya sekarang. Kenapa kok harus anakku? pertanyaan yang berulang kali muncul di benak Ayah anak dua itu. Javiero yang juga masih terdiam dan Ansel yang sedang menelfon orang sewaannya untuk segera menuntaskan Bryan.

Tak lupa Ayah menelfon sang istri, Bunda Karin. Sekedar memberi kabar tentang keadaan anak-anaknya dan kabar tentang lokasi dimana ia berada sekarang.

“Halo bun, aku udah di rs, kalo mau kesini hati-hati ya” ucap Ayah yang lagi telfonan sama Bunda.

✨✨✨✨✨✨

“B-bunda...?” sapa Javiero ragu begitu sosok bunda berdiri di hadapannya.

Tak butuh waktu lama, Bunda langsung memeluk erat anak sulungnya dibarengi mengucap beribu kata maaf.

“Adekmu gimana, kak? bunda takut...” tak terasa buliran air mata menetes dari mata indah Bunda.

“Javiero gak tau bunda, cuma Tuhan yang bisa kita andelin sekarang”