“How's you day, Devano?”
“So far great, hbu?”
“Kamu selalu bilang kalau hari-hari kamu selalu sempurna, bahagia, dan menyenangkan. Ajari aku gimana caranya menghargai setiap waktu seperti kamu.”
“Amanda, do you know how precious you are?”
“No, I don't. I don't even think that I am precious, even if it's for you.”
“Sst sstt stt. Aku mau kasih tau caranya supaya bisa menghargai setiap waktu yang berjalan,”
“How is it? tell me.”
“Kamu tau kan kalau dalam sehari ada 24 jam, 1440 menit, dan 86.400 detik?”
“Tau.”
“Hargai setiap jam, menit, dan detiknya, Sayang. Meskipun cuma 1 jam pun, 1 menit pun, atau bahkan detik. Kamu gak bisa merasakan bagaimana berharganya setiap waktu yang berjalan karena kamu gak mencoba. Kalau kamu ngerasa sedih di menit pertama gak apa-apa, coba untuk bangkit di menit kedua, begitu seterusnya. Kalau kamu ngerasa hari itu sama sekali gak ada bahagia-bahagianya, share it to me then. Salurkan semua kesedihan kamu ke aku biar aku ganti sama secuil kebahagiaan yang aku dapet dari sepersekian menit dalam hari-hari aku.”
“Maaf ya?” kata Amanda.
“Kenapa maaf?”
“Delapan tahun bersama kita gak menghasilkan apa-apa. Aku tau kamu mau adek bayi, Dev. I'm so sorry that I can't give it to you. Delapan tahun, Dev.” balasnya.
“Kok malah itu bahasnya? Kamu sedih karena ditanya sama Mama lagi? Atau dikata-katain sama orang-orang lagi? Bilang sama aku, Sayang.”
“Enggak Dev,”
“Pretty little liar.”
“Dev...”
“Iya sayang.”
“I love you but if it's for you I had to let you go.”
“I won't loosening the hold of your beautiful hands.”
“Devano, mama minta kamu nikah lagi. She wants it for your happiness...
And I guess I want it too.”
“My happiness is you. How could I live my life if you're gone?”
Amanda beranjak dari dekapan Devano, mencari sebuah kertas kecil yang ia tahu disitu tertera nomor seorang perempuan, yang sempat mencintai Devano dengan amat sangat, kala itu. Ia kembali dan berkata,
“Hubungi nomor ini, Dev, then let me go.”
“I love you, Dev. So much. Let's walk together but in our own ways, and from now on, without holding hands and sharing hugs again.”
Setelah berkata demikian Amanda beranjak dari sofa kesayangannya itu, tempat dimana ia berbagi rasa, cerita, bahkan luka dengan suaminya.
4 years later.
In a diary book :
Pagi, Devano. How's your day? Aku tau jawaban kamu akan selalu sama, “it's great”. Gimana keadaan kamu? It's been 4 years, right? hehe. I wouldn't be the same pretty little liar again for this time, I miss you, Dev.
Aku lihat kamu sudah punya adek bayi ya? She's so beautiful, Dev. Cantik banget, persis Raquita. Aku bisa merasakan bahagia yang terpancar dari dalam mata kamu. I'm so happy to see you smile like that.
Dev, maaf karena sudah mengekang kamu 8 tahun belakangan itu. Maaf karena gak memberi kamu kebahagiaan yang seharusnya kamu dapat sedari dulu. Aku benci sama diri aku sendiri, Dev, aku benci sama keadaan yang memaksa aku untuk melepaskan genggaman kamu. Cuma kamu yang bisa merengkuh semua kekurangan aku dan cuma kamu yang bisa menutup mata dan telinga aku dikala semua orang sibuk mencaci-maki aku.
Tulisan ini adalah tulisan ke 18.600 sekian, Dev. Aku berusaha menghargai seluruh rasa yang ada seperti yang kamu ajari.