Fallingforyou
- POV Naya
Hari ini tepat hari ke sepuluh(?) Haksa nyuekin gue. Gue kira semuanya udah jelas tapi gue gak melihat sedikit pun perubahan sikap dan tingkah laku Haksa ke gue. Gue udah berusaha cairin suasana, ini lah, itu lah, tetep aja masih sama. Kayaknya mulai hari ini gue mau berusaha menghargai apa yang Haksa mau, gue juga gak bisa maksa. Siapatahu Haksa emang udah gedeg lihat muka gue?
Hari ini sekolah seperti biasa, gue mulai dihantam sama berbagai macam ujian, ya maklum udah kelas 3 bentar lagi lulus sekolah. Gue juga melakukan aktifitas gue seperti biasa, tidur, makan, mandi, beresin buku, pake seragam, berangkat sekolah, repeat lah pokoknya.
Hari ini gue lagi rajin, gue bikin potato wedges ala-ala. Haksa mau gak ya, kan dia suka kentang? Tambahin gula dikit kali ya biar ada manisnya.
📍 Di sekolah
Posisi bangku gue yang biasanya deketan sama Haksa kali ini jadi berjarak, tapi gue masih gak mengurungkan niat gue untuk memperbaiki semuanya, ya meskipun di awal gue ngomong bakal berusaha ngertiin Haksa.
“Ssttt, Haksa,”
1 detik... 2 detik... 3 detik. Panggilan gue gak kunjung direspon, ah samperin aja anjing, kelamaan, batin gue.
“Mau gak? Aku masak sendiri loh!”
Dia cuma ngedongak dan habis itu udah, dia gak jawab pertanyaan dan tawaran gue. Dia malah pergi dari kelas, gak tau kemana.
- POV Author
đź•° Pulang sekolah
Haksa berjalan melewati beberapa koridor sekolah, kalo boleh jujur Haksa lagi kepikiran soal Naya. Gue terlalu jahat gak ya?, pertanyaan yang terus-terusan menghantui otaknya.
Panjang umur, lagi dipikirin ternyata orangnya nongol. Haksa maunya cuek aja, stay cool kayak biasanya, tapi ada satu hal yang bikin dia gagal fokus. Haksa reflek.
Dengan sigap Haksa narik tangan Naya, mojokkin Naya ke ujung tembok, dan naruh kedua tangannya di samping kanan-kiri Naya, biar gak kabur. Gak lupa sama tatapan Haksa yang gak teralihkan, berasa hewan buas lagi mau mangsa. Beruntung koridor ini jarang dilewati guru dan murid, jadi Haksa pikir aman-aman aja sekarang.
“K-kak! Kamu ngapain!” seru Naya.
Haksa masih diem, sambil masang muka seakan-akan bilang, gue sendiri juga gak tau gue ngapain, keblablasan.
“Haksa, lepasin. Nanti kalo ada yang lihat gimana?”
“Kamu pake kalung dari aku?” ucap Haksa untuk pertama kali.
Naya kelimpungan, harus jawab apa? Harus malu atau takut atau bahkan seneng karena Haksa udah notice dia lagi?
“I-iya. Maaf ya, ini aku balikin aja deh.” ucap Naya sambil mengarahkan tangannya ke leher bagian belakang, guna melepas pengait kalung infinity pemberian Haksa.
Tapi tangannya ditahan, “Gak usah, pake aja. Bagus.” kata Haksa.
“Maaf, aku kelupaan ngelepas. Kalo kamu gak suka liat aku pake kalungnya ngomong ya, biar aku lepas aja.”
Raut muka Haksa kelihatan putus asa. Gak lama dari itu, Haksa malah memeluk tubuh mungil Naya tiba-tiba, erat banget, kayak gak ada hari esok.
“Ngapain sih minta maaf terus? Harusnya aku yang bilang gitu,” ucap Haksa, suaranya sedikit teredam akibat pelukannya yang terlalu erat.
“Nay, what if I say I love you?” tambahnya. Yang dimana di detik itu juga Naya pengen berevolusi jadi jelly aja, kedua kakinya lemes, tangannya pun, bahkan untuk ngomong aja susah.
“So.. you l-love me?”
“Jangan tegang, aku gak lagi mau ngebentak kamu. I'm so sorry for what I've done to you last week. I feel complicated, Nay. Aku sebenernya belum siap buat ngomong sama kamu lagi karena aku terlalu malu. Maaf, ak-”
“Ssttttt. Diem aja deh, aku lagi pengen kayak gini (pelukan) lebih lama dan nyaman, tanpa kamu public speaking kayak barusan.”
“Ah, I'm in my serious mode loh, Nay,”
“No one wants you to be that serious. You've forgiven, Haksa. I know it was hard for you when you find out that Zizi mogok segala macem. I'm so sorry for making things so unclear, I–”
“Kok malah kamu yang jadi public speaking? Udah ya, gini dulu, diem aja.” balas Haksa sambil mengusap pelan punggung Naya, sesekali juga mengusap kepala Naya dengan sayang.
“Lepasin dong, engap nih aku.” ucap Naya setelah hampir 10 menit mereka berada di posisi yang sama.
“Say you love me first, so I'll let you go hahahaha.”
“I love you, Kakak. I fucking love you, you dumb! Puas kamu?”
“Ouch, my little sunshine is back, kangen dipanggil Kak sama kamu. So, we're clear now?”
“Yep.”
“Be mine, then.”
“Anjir gini banget, Pak, cara nembaknya?”
“Biar kita punya pengalaman kayak lagu yang kisah kasih di sekolah itu loh, Nay.”
“Hadeh-hadeh,”
“Jadi?”
“Well, fineee“
“Ikhlas dong, sayang.”
“Ini ikhlas, sayang. We're dating now, Mr. Haksa. Is that clear enough for you?”
“Ya Allah gue dipanggil sayang,” “Nay, kalo aku pingsan jangan ditolongin ya, kamu gak bakal kuat soalnya.”
“Iya nanti aku seret aja ke UKSnya.”
“Buseeeetttt.”