— Bunda kaget waktu Jav tiba-tiba ada di rumah sakit, dengan tampilan yang sedikit acak-acakan dan nafas yang terengah-engah. “Loh Kak? kamu kok pulang? turnamenmu gimana?” tanya Bunda ikut tergesa-gesa.

“Gak apa-apa bun, masih ada pemain cadangan, lagian Ayah lebih penting” serunya, namun tak lama tatapannya berpindah menatap seseorang di samping Bunda, Jibran. Jibran hanya menunduk setelahnya, tatapan kakaknya mengisyaratkan kemarahan dan tersirat kebencian disana.

“Lo, ikut gue, gue mau ngomong sama lo” ucap Javiero.

“Loh kemana? Kak kamu jangan marah-marah loh sama adekmu, bukan salah adekmu” sela Bunda.

Javiero melengos saja tanpa membalas Bunda, diikuti Jibran di belakangnya. — “Kenapa?” tanya Jibran, “Sorry, kalo lo mau pukul gue gak papa pukul aja” sambungnya. Sebenarnya tangan Javiero sudah terangkat saat itu juga tapi tertahan karena lagi-lagi teringat Ayah, Ayah, Ayah.

Javiero memejamkan mata sekilas guna meredakan emosinya, sambil sesekali mengambil-membuang nafas. “Gue gak kayak gitu. Gue cuma mau ceritain aja semuanya ke lo, gak ada penolakan dek. Kalo denger dari Ayah atau Bunda gak bisa, lo bisa denger dari gue”, ucap Jav seakan tanpa boleh disela.

— “Jadi semuanya kayak gitu. Gue tau ini sulit buat lo tapi lo juga harus liat sisi positif dari semua kejadian ini.

Lagian permasalahan gak akan selesai kalo gak ada komunikasi. Jujur gue sedikit kecewa sama lo tapi gue gak bisa ngerasain gimana rasanya jadi lo, jadi ayo kita sama-sama perbaiki semuanya, bareng. Ada gue, dek, dan jangan lagi ngerasa semesta gak butuhin lo” ucap Javiero.

Sorry kak, bener kan gue bilang, gue belum bisa sekuat lo dan ini semua buktinya”

“Gak apa-apa. Setiap orang yang mau jadi versi lebih baik dari dirinya juga butuh proses kali,

By the way, ada satu rahasia lagi yang belum lo tau.. “Apa?” potong Jibran, “Lulus SMA handle perusahaan Ayah yuk?” ucap Javiero dengan mudahnya.

“Waras lo?”, tanya Jibran sambil memegang dahi kakaknya sekalian memeriksa siapa tau kakaknya masih mabuk bekas perjalanan luar kota.

“Serius anjir, ini tuh amanat tau namanya. Ayah sendiri kok yang suruh”

Gak ada di dunia ini istilah bertengkar yang lama buat Javiero dan Jibran. Dunia serasa selalu milik berdua, sedikit bertengkar banyak candaannya.

Kalo kata Payung Teduh, sedikit cemas banyak rindunya. Kayak gitu deh mereka.