Anxious

⚠️ TW // Anxiety, Panic Attack, Family Problem.⚠️

Setelah mendapati chat dari sang Ibu yang lama sekali hilang bagai lenyap ditelan bentala, Naya memutuskan untuk bertemu dengan sang Ibu.

Di tengah kekacauan dan kecemasan yang membanjiri emosinya, Naya memberanikan diri untuk kembali bertatap dengan sang Ibu.

Hari ini hari dimana mereka akan bertemu, Naya diantar oleh Haksa tentu saja. Selepas diminta bertemu oleh sang Ibu, Naya langsung menghubungi Haksa dan bercerita, akhirnya Haksa memilih untuk mengantar dan memantau Naya selama bertemu dengan sang Ibu, supaya Naya tetap merasa aman dan nyaman nantinya.

Haksa sudah sampai di depan rumah Naya, ia menghubungi kekasih mungilnya itu.

“Sayang, aku udah di depan yaa.”

“Iya Sa, tunggu sebentarrr.”

Kemudian yang ditunggu sudah masuk di mobil sekarang, dengan raut wajah yang tak tergambar emosi apapun disana. Datar saja.

“Hey, liat aku, Nay.” ucap Haksa sambil menangkup pipi perempuan kesayangannya. Yang dipinta pun menoleh.

“Hey, everything's is gonna be okay, you have me, I'm with you. Jangan takut ya, jangan cemas. Aku bakal tetep di mobil buat mantau kamu selama kamu ngobrol sama Mami. Nay, listen to me, aku mungkin gak bisa jadi penenang kamu sekarang tapi kamu harus inget juga kalo Mami itu juga ibu kandung kamu, mau gak mau akhirnya juga kamu bakal ketemu sama beliau. So, relax okay?” ucapnya sambil mengelus pipi kesayangannya dengan ibu jari, Haksa berusaha merengkuh kesedihan kesayangannya.

Give me a kiss first, Kak.” balas Naya.

Where should I throw the kiss? Forehead? Cheeks? Nose? Eyes? Lips? Or maybe chin?

Anywhere. Make it anywhere.”

Neck juga boleh berarti ya?”

“Ngelunjak ihhhh.”

“Iya-iya, sini-sini sayang mumumu sayangnya kakak, mwah mwah mwah mwah. Dah tuh banyak, relax yaa?”

“Heem thankyouuuu.”


Sesampai di depan restaurant tempat janjian Naya tak kunjung turun dari mobil Haksa.

1 detik.. 2 detik.. 3 detik, yang terdengar malah isak tangis.

“Sayangg, hey hey. Katanya janji mau relax? Naya aku disiniiii, look at me whenever you feel nervous, aku parkir gak jauh dari tempat kamu bakal duduk. Ya, okey?”

“Kamu percaya sama aku gak, Kak? Kamu yakin gak kalo aku bakal bisa?”

“Banget, aku percaya dan yakin banget. Nay, kamu bahkan udah bertahan sejauh ini sendirian loh, yang kayak gini harusnya kecilll lah buat kamu, kan kamu wonder women!!”

Fine, I'll go.”


“Selamat Pagi, Anak Mami. Mami kangen bangetttt.” ucap perempuan yang tiba-tiba berada di tempat duduk seberang tempat Naya duduk.

“Kamu makin cantik, Nak. Dan-”

To the point aja, saya gak bisa lama-lama, maaf.” balasnya ketus, sejujurnya dirinya takut.

“Mami cuma pengen ngobrol aja, pengen lihat wajah kamu dan actually I wanna hug you, can I?”

“Buat apa? Anda gak lihat mulai banyak kamera dan paparazzi di sekitar sini?”

“Mami gak peduli, Mami cuma maunya ketemu sama kamu.”

“Saya masih bingung tujuan utama anda apa tiba-tiba sekali mengajak saya bertemu, kalo gak jelas tujuannya kan bisa lewat chat saja. Gak perlu repot-repot kayak gini,”

“Saya balik, terimakasih.”

Namun saat hendak meninggalkan meja, Sania tiba-tiba menyela,

“Mami bela-belain balik ke Indonesia untuk ketemu kamu, Naya. Mami rela dihujat seluruh warga di media sosial demi bertemu sama kamu. Mami-”

Stop playing victim, would you? Saya gak pernah minta ditemui oleh anda, saya gak pernah minta anda merelakan waktu dan uang anda untuk hanya sekedar bertemu dengan saya. Lagian saya ini apa sih di mata anda? Saya ini siapa sih?”

“Kalo memang anda gak punya tujuan yang tulus untuk menemui saya ya tinggal jangan temui saya, sampai kapanpun. Saya baik-baik saja selama tanpa adanya anda, jadi jangan bertingkah seakan-akan saya mengemis perhatian dari anda. Saya permisi.”

Lagi, saat Naya akan berbalik, tangannya ditahan dan dipaksa untuk berbalik badan.

Plak!

“Oh wow? Bahkan anda berani menampar saya di depan banyak orang dan kamera ini? Memang karir anda sudah tidak ada harga dirinya ya? Sudah mati, karir anda malu dengan pemiliknya karena pemiliknya gak bisa menjaga sikap dan mengontrol emosi.”

“Jaga ucapanmu, Nayanika. Mami sudah berusaha sabar tapi ternyata kamu kurang ajar ya? Memang dari dulu kamu gak pernah tahu malu dan diuntung.”

“Gak ada yang minta dilahirkan ke dunia ini tapi saya berterimakasih karena anda sudah mengizinkan saya melihat dunia yang kejam dan penuh tipu muslihat ini,”

“Satu lagi, jangan berani-berani menampar saya. Jangan berani-berani menyentuh saya barang ujung jemari saja, saya gak akan diam saja. Anda gak pernah memikirkan saya dan dengan tiba-tiba anda datang hanya untuk menampar saya? Sekarang saya tanya, yang bisa disebut gak tau malu itu saya atau anda?”

Dengan itu, selesai. Naya beranjak pergi dari sana dengan tangan dan kaki gemetar juga mata yang mulai memanas. Belum lagi mungkin ia akan menghadapi berbagai macam pertanyaan dari wartawan yang sedari tadi berada di luar restaurant. Saat wartawan dan kamera mulai mendekat, Haksa melindungi dirinya.

“Bukan waktunya untuk wawancara, BUBAR.” katanya sambil merangkuk tubuh mungil Naya.

Kerumunan itu belum juga bubar, “Saya bilang bubar atau saya laporkan pihak keamanan di sekitar sini?” kemudian akhirnya kerumunan itu berkocar-kacir melindungi diri.