Abang

Heaven masih di dapur saat mengirim pesan pada Farrel, sedangkan yang dikirimi pesan berada di kamar. Heaven khawatir karena saat Farrel memasuki unit apartmentnya, bukan senyum yang ia temukan tapi justru tautan kedua alis di wajah tampan Farrel—menandakan suasana hatinya tak baik-baik saja.

Heaven masuk tanpa mengetuk dan menemukan Farrel bersandar pada headboard kasur sambil memainkan gawainya.

Hey,” sapanya sambil tersenyum.

Kedua alis yang awalnya bertaut berubah seketika menjadi tukikan di pipi kanan dan kirinya—membentuk senyuman.

Farrel pun merentangkan kedua tangannya manja, “Sini.” ucapnya.

Heaven kemudian bergabung dalam gelungan selimut yang sedikit berantakan itu, memeluk Farrel senyaman yang ia mampu. Kepalanya bersandar di dada Farrel, sedangkan Farrel masih dengan posisi awalnya—satu tangannya melingkar di pinggang Heaven.

Sambil menepuk-nepuk dada Farrel, “Kalo belum mau cerita gak papa, kapan-kapan aja.” katanya.

Banyak coret-coretan lagi,” balas Farrel.

Heaven mendongak sebentar, menatap mata sambil memastikan kesayangannya baik-baik saja.

Heaven paham maksud dari banyak coret-coretan lagi. Artinya skripsi Farrel belum di acc, lagi. Dan Farrel harus memperbaiki lagi untuk bisa menjemput skripsi.

It's okay. Ada gue. Tumpahin semuanya ke gue.” ujar Heaven sambil mengusap rahang tajam Farrel.

Farrel kemudian menggeleng.

Kalo gak ada lo, gue gak tau nasib gue gimana. Tiap gue capek, selalu ada lo dan pelukan lo yang kaya gini. Yang paling bisa ngobatin gue,

Makasih ya?” tambahnya.

Justru gue yang makasih karena lu selalu dengan gampangnya cerita keluhan-keluhan lu. Gue jadi merasa penting dan berguna banget buat lu. I'm glad for it, really.

Sambil mensejajarkan posisinya dengan Heaven—rebahan. Farrel bergumam, “Gue pengen cepet lulus, Ven. Pengen S2.” katanya sambil membawa Heaven ke dekapan yang lebih erat.

Heaven kaget.

Huh?” sahut Heaven sambil mendongakkan kepala.

Iya. Gue pengen S2. Boleh kan?

Heaven tersenyum lagi.

Siapa gue berhak ngelarang lu, Augie? Do what you wanna do. Gue kaget aja tadi karena ambisi cowo gue ngejar pendidikan sebegitu kerennya, bukannya gue gak suka.

Gak papa kalo masih banyak coretan di lembaran lu. Wajar, Gie. Namanya juga usaha pasti ada proses naik dan turunnya.

Doain gue ya?” sahut Farrel.

Pasti. Yang terbaik buat lu, semoga bisa kekejar skripsinya dalam waktu deket ini. Semangat donggg.

Cium dulu baru semangat.

Heaven pun beranjak dari dekapan Farrel kemudian menumpukan siku untuk menahan kepalanya.

Cup

Dikecupnya ranum Farrel.

Semangat, Abang. Aku sayang kamu.” ucapnya kemudian.